(Author POV)
Seorang perempuan tengah termenung di teras rumah. Sambil memangku gitar di tangannya. Ia mulai memetik gitar dan menyanyikan sebuah lagu.
Melewatkanmu , Dilembaran hariku
Selalu terhenti, Di batas senyumanmu...
Walau berakhir, cinta kita berdua
Di sudut relung hatiku yang membisu
Ku merindukanmu...
Wajah perempuan tersebut seketika keruh. Ia menundukkan kepalanya dalam - dalam dan menghela nafas. Melanjutkan memetik gitarnya lagi.
Harusnya ku telah melewatkanmu
Menghapuskanmu
Dari dalam benak.. Ukh!
Air mata perempuan tersebut sulit untuk ia tahan. Rasa pedih mulai menjalar hatinya. Ia menghapus kasar air mata tersebut. Menaruh gitarnya di samping ia duduk dan mulai memeluk lututnya. 5 menit begitu dan ia mendongakkan kepalanya. Wajahnya kembali cerah dan ia tersenyum. 'Hm... Ternyata aku sudah mampu mengendalikan ekspresi. Kalau begini, Mom Dad dan lainnya tidak tahu perasaanku yang sebenarnya. Huaahaha...' Perempuan tersebut melanjutkan permainan gitarnya. Ia tersenyum saat mengingat sebuah lagu yang mengingatkannya pada seseorang.
If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long, with you I see forever
Oh, so clearly, I might have been in love beforeBut it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to goHold me now
Touch me now
I don't want to live without youNothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love..."Haaaaa..." Perempuan itu menghela nafas panjang.
"Nina, kau harus membuat daftar kegiatan untuk melupakannya" ucapnya kepada diri sendiri.
Sejenak ia terdiam, dan ia memantapkan hatinya dan mengangguk sendiri. Lalu tersenyum pahit. Nina pun masuk ke dalam rumahnya sambil membawa gitarnya yang setia.
***
Hari ini drama dimulai. Dan lancar - lancar saja. Malah sangat lancar. Nina sih tenang - tenang saja. Ia menunggu apresiasi kelas yang lainnya. 'Hmm bagus' pikirnya. Dia sendiripun masih memakai baju T-shirt dan celana jeansnya. Ia terpaku menonton apresiasi seni sampai seseorang menepuk bahunya.
"Ah Ify! Kau menganggetkanku saja"
Nina mengusap - usap dadanya. Jantungnya hampir loncat. Sementara Ify hanya mengangkat alis tebalnya.
"Aku hanya menepukmu"
Ify duduk di sebelahnya, kebetulan tempat duduk itu kosong.
"Hey Nin..."
"Hmn.."
Gumam Nina tak jelas.
"Bagaimana daftar kegiatan untuk melupakannya? Berhasil?"
"Hmn... Sedikit"
Jawab Nina, pandangannya terfokus oleh apresiasi seni.
"Tapi kau setiap hari bertemu dengannya, bercanda seperti biasanya, tertawa, tersenyum dan.. Terkadang kau dicuekkin. Memangnya kau bisa untuk melupakannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...