(Andre POV)
Aku mengacak rambutku frustasi. Sabtu pagi yang menurutku cerah ini tak secerah hatiku. Sudah 2 jam lamanya aku menunggu balasan dari BBmku tapi tak kunjung dibalas hanya membuatku mendengus kesal. Kulempar smartphoneku ke atas ranjangku.
"Aaaaaaaaaaaaa! Cepatlah membalasnya monyet hutaaan!"
Umpatku nyaring.
Bip.
Smartphoneku berbunyi. Tergopoh - gopoh aku mendekati dan mengambilnya tergesa.
(1 message received)
* waktu itu aku buru - buru Ndre. (Sender : Nina)
Aku menghela nafas lega. Jari - jariku mulai bermain di keypad smartphone.
* oh. Hari sabtu yang cerah ya. Mau jalan - jalan gak? (Sender : Andre)
5 menit aku menunggu balasan.
Krik.
Krik.
Sialan!!! Dia mengacuhkanku. Lihat saja ya. Aku menekan panggilan cepat nomor 1 dan nada tersambung.
Bip.
Dia menerima telepon itu.
"Halo Mom? Ya ya aku sudah makan kok!"
Aku mengernyit heran. Ini anak kesambet ya? Tiba - tiba langsung nyerocos begitu. Siapa tahu kan yang tadi menelpon bukan Momnya. Dan memang benar saja.
"Aku Andre nin."
Dia terdiam, sementara aku cekikikan dalam hati. Hahahaha lihat saja...
"Eh, Ndre... Ngapain nelpon?"
Tanyanya. Aku menaikkan sudut bibirku. Tersenyum.
"Pengen ngajak kamu jalan - jalan! Kamu lagi dimana?"
"Heh? Aku lagi di rumah Ify."
Terlintas suatu ide di otakku. Senyumku melebar.
"10 menit lagi aku sudah ada di sana. Tunggu ya."
Aku nyengir sambil berdansa hula - hula dengan gayaku sendiri. Aku tidak tahu jadinya seperti apa dansa yang aku buat sendiri. Dengan langkah ringan aku menuju kamar mandi.
Dan.... Sekaranglah aku berada, menaiki sepedaku dan memboncengi Nina. Gak keren sih, tapi mau bagaimana lagi. Dad tidak membolehkanku membawa motor ataupun mobil. Sepertinya Nina syok saat aku memberitahunya akan ke taman bermain? HAHAHAHA aku senang menggodanya seperti itu.
Saat sudah sampai ke area taman bermain. Aku langsung memarkirkan sepedaku di tempat parkir. Aku berjalan sejajar dengannya tanpa satupun berbicara. Sedikit bersalah sih, tapi... Ya sudahlah. Tapi.... Aku tidak tahan!!!
"NINAAAA!"
Teriakku tanpa berfikir panjang, karena ulahku banyak yang memandang kami sinis sementara Nina terkejut.
"Apa? Ya ampun... Pelan - pelan saja. Jantungku hampir copot."
Nina mengelus dadanya dan memandangiku tajam dan memberengut. Sementara aku hanya bisa salah tingkah.
"Ah... Eum... Itu..."
Aku kehabisan kata - kata! Sialan...
"Apa sih?"
Tanyanya masih memberengut. Dia menggandeng tanganku menuju tempat memberi karcis ke taman bermain.
"Mana uangmu?"
Tanyanya sedikit kesal.
"Eh? Ah ini...."
Aku mengeluarkan uang sesuai dengan nominal satu karcis. Dia juga mengeluarkan uang yang jumlahnya sama dan membeli karcis taman bermain. Menggandeng tanganku lagi menuju area taman bermain. Hatiku berdegup kencang. Aduh... Kenapa dia menggandeng tanganku sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...