Aku bersama rombongan, tentunya di belakang Mike. Sedikit lagi sampai di puncak gunung. Tetapi sepertinya aku tertinggal oleh rombongan karena aku istirahat sebentar.
"aku capek..." keluhku.
Mike mengelus rambutku pelan, seperti majikan kepada anak kucing. Haaah!
"tahan. sedikit lagi." semangatnya.
Entah ini hanya perasaanku atau bukan, jantungku berdetak lebih cepat. Kualihkan tatapanku pada langit malam.
"jangan sentuh rambutku!" sahutku ketus.
"memangnya kenapa? biasanya di rumah kau suka sekali dielus kepalanya?" Tanya Mike bingung.
Aku diam. Memang di rumahku, dia suka sekali bermain dengan Goldy-Chan dan aku. Tak jarang pula dia mengelus rambut panjangku.
Gigiku bergemeletuk kedinginan. Kueratkan jaket yang kupakai dan menggosok - gosokkan tanganku yang berlapis sarung tangan.
"kau kedinginan?" tanya Mike cemas.
Aku lagi - lagi diam tetapi kembali mendaki. Mike mengekoriku. Gigiku semakin bergemeletuk. Paru - paruku seperti tersedot dan udara dingin layaknya jarum menusuk kulitku. Dari ekor nataku, sepertinya Mike memperhatikan gelagat keanehanku.
"astaga! kau hipotermia!" Pekik Mike kaget.
Dia menoleh ke atas, tetapi hanya ada aku dan dia. Rombongan sudah menjauh. Sepertinya dia panik. Dapat dilihat dari wajahnya yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Juga nafasnya yang terengah.
Berselang dua detik, dia menghabiskan jarak antara aku dengannya. Dia memelukku erat.
"tahan sebentar!" perintahnya keras, tetapi tidak terhindar dari nada cemas di dalamnya.
Aku pusing. Mataku berkunang - kunang.
"Mike..." Lirihku.
"Kumohon tahan sebentar. Kamu kedinginan Nin." Katanya lagi.
Ketika aku merasa kekuatanku kembali, aku berusaha berontak. Tubuh kami berdua bergoyang - goyang tak terkendali.
"Bodoh!" Serunya.
Aku masih berontak melepaskan pelukannya. Berusaha mengelak perasaan aneh yang sama kurasakan saat di dekat Andre. Tidak! Aku sudah menganggapnya kakakku! jeritku dalam hati.
Sekuat tenaga aku menghentakkannya dan berhasil. Tetapi aku malah terhuyung ke belakang. Aku terjerembab ke belakang.
"Mike! tolong!" Seruku panik.
"ck!"
Aku memanjatkan doa seraya memejamkan mata ketika tahu kalau di belakangku jurang.Tapi aku tidak merasa aku jatuh. Tanganku ditarik.
"Mike..." tangisku.
Aku takut. Aku tidak bisa berfikir jernih. Dia menarik tanganku ke atas. Aku berusaha menggoyangkan kakiku ke atas. Kakiku berusaha berpijak pada batu - batuan yang bisa kujangkau. Rasa dingin kembali menyergapku. Tolong aku!
Tanah yang di atas Mike ternyata rapuh. Sekuat tenaga Mike menarikku.
"kita akan jatuh jika kau masih menarikku! lepas tanganku Mike. Aku saja yang jatuh." Jeritku.
"tidak akan!"
Aku memejamkan mataku. Berdoa. Tuhan, tolonglah kami. Detik selanjutnya aku terjatuh bersama Mike karena kebodohanku sendiri.
---
Read my another story :
1. Royal Academy
2. A-B-C-D Love
3. Princess Series [1] : The Overweight Princess
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...