"Bantu yang di sini, Rose!"
Seru salah satu temanku yang membantu acara ulang tahun mrs. Chris.
"Iya!!!"
Aku membalas seruannya, berlari kecil menujunya.
"Aku harus membantu apa?"
"Kau lumayan ahli merangkai bunga kan? Ini tolong rangkai bunga mawar putih ini."
Aku mengangguk, menurut padanya. Aku mulai merangkai mawar putih itu sampai kegiatanku terhenti saat aku mendengar bunyi dentingan halus yang keluar dari lonceng yang berada di atas pintu, tanda seseorang datang.
Laki - laki itu membawa kantong kertas yang ia peluk dengan sebelah tangannya, sebelahnya lagi ia menggendong gitar. Syal berwarna crem keputihan melilit di lehernya, topi biru bulu yang melekat di rambut cokelatnya ia lepas dan ia gantung di salah satu pengait gantung caffe ini. Mantel putih yang ia pakai juga ia gantung. Ia tersenyum ramah.
"Selamat siang! Uh udara di luar dingin sekali ya. Sepertinya akan turun salju."
Seperti biasa, David selalu ramah pada semua orang. Gerald tertawa dan mendekatinya.
"Hey teman, kau sudah telat 2 jam."
Tegurnya.
David tersenyum. Senyum yang dapat menularkan ke siapa saja sehingga orang yang marah dihadapkan padanya mau tak mau ikut tersenyum juga.
"Maaf Gerald, aku kurang tidur tadi malam. Jadinya bangunnya agak siang. Rove juga tidak membangunkanku."
"Oke. Ayo semuanya kita kerjakan lagi!"
Halo! Namaku Roses Lilian. Panggil saja Rose. Hari ini aku dan semua teman sekelasku ingin merayakan ulang tahun mrs. Chris nanti malam secara diam - diam. Makanya kami terburu - buru mendekorasi caffe milik salah satu teman kami, Darrel. Yang tadi, bernama David. Ia sangat tampan, juga pandai merangkai bunga karena ibu dan ayahnya mempunyai toko bunga. Jujur, aku kagum padanya, aku menyukainya. Sejak aku kelas 5 sampai sekarang aku kelas 9, tapi aku masih tidak mau jujur kepadanya. Aku takut.
BUG!
Lamunanku buyar, sebuah bola bisbol menghantam kepalaku. Aku pun menoleh ke belakang dengan tampang kesal.
"Oh, sori Oce, aku tidak sengaja."
Kata laki - laki yang melempar bola bisbol itu dengan tampang tanpa dosa. Aku mengelus kepalaku, korban kekerasan laki - laki itu. Aku berdiri dan menghentikan kegiatan merangkai bunga mawar putih. Menghampiri laki - laki itu. Terlebih ia mengganti namaku 'Rose' menjadi 'Oce'
"KAU..."
"Oh! Oce, maaaaf."
"ROVEEER!"
Rove berlari sambil tertawa di sekitar cafe, mengitari meja untuk menghindariku. Aku berhati - hati untuk melangkah atau dekorasi ini bisa rusak.
"Rove! Berhenti mengganggu Rose. Ya ampun kau ini."
David menahan lengan Rove supaya tidak lari lagi. Oh ya! Aku lupa memberitahukan kepadamu, Rove dan David adalah saudara kembar. Muka mereka sama persis, yang dibedakan hanyalah jika rambut David terkena matahari, rambutnya berwarna cokelat kemerahan. Kalau Rove berwarna hitam kebiruan. Tapi sifat mereka sangat bertolak belakang. Tadi Rove datang lebih dulu karena malas membangunkan David.
"Uh, iya Kiddo. Lagipula salah Rose sendiri, mukanya itu enak sekali untukku ganggu."
Aku melotot.
"Jangan panggil aku Kiddo, Rover."
Aura kemarahan David muncul di sekeliling caffe. Temanku yang lain hanya tertawa - tawa melihat pertunjukkan gratis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Move On?
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak mereka bertemu. Sejak dia tersenyum pada Nina. Sejak dia tertawa. Sejak dia tidak bisa menghilang d...