07

41K 2.2K 32
                                    

(Andre POV)

               Dari pagi ini Nina aneh sekali. Tak seperti biasanya ia ketus sama aku, haaa apa mungkin dia mau melupakanku ya? Itu sih mungkin saja mengingat aku jahat sekali padanya. Anehnya hubungan kami kembali biasa saja, tak musuhan tuh. Tapi aku masih kesal padanya, kenapa Bryan yang harus pergi bersamanya ke taman bermain waktu itu? Apa ini artinya aku cemburu?

Aku melihatnya sedang berjalan di koridor saat aku meminum air mineral di botol. Mendekatinya masih memakai baju futsalku.

“Nina!”

Yang dipanggil menoleh ke sana kemari dan matanya terfokus padaku. Belum hitungan detik dia berlari dengan langkah seribu untuk menjauhiku. Tuh. Aneh kan?

“hei bro, masih berharap nih sama doi?”

Rio merangkulku dari belakang dan dengan menjijikannya dia mengganti nama Nina dengan sebutan ‘doi’.

“berisik”

Sahutku ketus dan menepis rangkulannya. Rio nyengir kuda.

“hahaha kamu yang mutusin kamu juga yang ribet.”

Aku memandang Rio dengan kesal, yang ditatap hanya bersiul riang.

“ngaca dong! Kau sama Osie saja putus.”

Akhirnya Rio cemberut juga.

“dia terlalu posesif!”

“HAHAHAHAHA”

Kali ini aku yang senang. Tiga hari yang lalu Rio putus dengan Osie yang katanya Rio dia posesif. Aku sih selama jadian sama Nina saja terasa tak pacaran. (pantas saja, aku kan balikan dengan Kaina. Ups...)

“haaa kau jangan begitu dong, lagipula aku sudah punya calon baru hahaha. Yasudah lah ayo latihan lagi.”

Kata Rio sambil tersenyum senyum.

“hah!? Siapa?”

Tanyaku tanpa perduli ajakannya.

“rahasia! Sudahlah ayo latihan lagi”

Rio kembali ke lapangan futsal sementara aku termenung di pinggir koridor.

“hey Nin, Aku putus asa dengan sikapmu. Biarkan sajalah...”

Gumamku lirih dan kembali ke lapangan futsal.

***

(Nina POV)

“tadi kau bilang apa If?”

Tanyaku, yang ditanya malah cemberut.

“hhh kau lebih mencintai buku harianmu itu daripada aku yang sedari tadi menceritakan ini itu dan kau tak mendengarnya!”

Tunjuknya memakai jari telunjuk tepat di depanku.

“hahaha sorry, kau tahu kan cita – citaku sebagai penulis. Aku sedang menulis buku harian. Dulu aku baca buku di perpustakaan. Katanya sih awal menjadi penulis harus di mulai dari yang kecil – kecil dulu.”

“apaan, buku harianmu isinya tentang Andreee semua”

Akhirnya aku menutup buku harianku dengan nyengir lebar.

“nah kalau gitu, ceritakan sekarang! Aku ingin kau bercerita tragedi kau tadi di perpustakaan! Mumpung belum terlalu malam.”

Akhirnya dia tersenyum senang.

“aku mau rahasiain namanya.”

“yasudah.”

“oke, jadi tadi pagi saat aku mengambil sebuah buku di perpustakaan. Kebetulan jaraknya tinggi sekali. Kau tahu kan... aku ini kan pendek. Lalu ada seseorang yang mengambil buku itu dan mengasihnya padaku. Dia juga tertarik dengan buku itu dan ingin meminjamnya setelah aku baca. Hyaaa dia manis sekali saat berbicara padaku. Kurasa aku menyukainya. Dan kau tahu? Dia sekelas dengan kita lho.”

Aku melotot.

“hah!? Siapa?”

“rahasia! Sudahlah ayo tidur, aku sudah ngantuk.”

Aku menyanggupinya sambil cemberut dan kembali ke tempat tidur Ify. Yap, hari ini aku menginap di rumahnya. Setelah cuci muka dan gosok gigi. Aku menarik selimut yang menutupi badan kami berdua.

“Ify.”

“hm?”

“masa aku masih belum bisa melupakannya...”

“sudahlah jangan di pikirkan. Eh aku mau ngasih tau sesuatu yang menarik. Kan kau selalu bingung setiap aku murung, saat itu aku memikirkan sesuatu. Sesuatu yang tidak dapat aku ceritakan padamu. Kenapa? Setiap orang mempunyai rahasia masing – masing. Bukan rahasia namanya jika seseorang mengetahuinya.”

Lalu Ify terlelap tidur di kegelapan malam yang di penuhi bintang – bintang. Sementara pikiranku melayang tentang Andre.

“hey ndre. Aku putus asa untuk melupakanmu. Biarkan sajalah...”

Gumamku lirih dan menutup mataku mencoba tidur.

---

Read my another story :

1. Royal Academy

2. A-B-C-D Love

3. Princess Series [1] : The Overweight Princess

How Can I Move On?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang