20: TANDING VOLLY 1

113 15 0
                                    

Selamat hari Kartini dan selamat berpuasa bagi  para umat muslim.🌼♡

Part spesial untuk hari yang spesial yuhuuu😍

Selamat membaca...🔥

"Ketika sedang melakukan sesuatu, jangan terburu-buru juga jangan terlalu nafsu. Lakukan saja dengan tenang, maka semuanya pasti akan lancar."
.

.

.

WELCOME TO THE VOLLEYBALL TOURNAMENT

Sebuah spanduk berukuran besar menjadi hal yang pertama kali di tangkap oleh retina mata orang-orang  ketika memasuki kawasan SMA Smaga. Spanduk berartian selamat datang di turnamen bola volly itu, terbentang indah disertai balon warna warni yang ada di sekitarnya. Spanduk tersebut menjadi sambutan untuk para siswa maupun guru-guru yang datang mewakili sekolah mereka masing-masing.

Area parkiran kini dipadati oleh orang-orang. Bukan hanya pemain saja, tetapi para pendukung dari tiap sekolah pun ikut andil disini. Bayangkan saja berapa banyak orang yang datang.

Suara-suara terdengar sana sini entah apa yang dibicarakan. Terlihat ada yang duduk di atas motor sembari mengobrol, ada yang berdiri sambil menertawakan kekonyolan teman, serta ada juga yang sibuk berfoto ria dengan cogan dan cecan sekolah lain.

Melda baru saja turun dari grab mobil. Entah kemana hilangnya bus yang sering ia tumpangi, sehingga Melda terpaksa memesan grab. Ia sengaja memesan grab mobil karna cuaca sangatlah panas. Gerah sekali rasanya jika bermotor di bawah sinar matahari hari ini.

Mari melupakan hilangnya bus dan kembali ke Melda. Melda masih berdiri di depan gerbang yang terbuka lebar. Enggan rasanya sang kaki melangkah memasuki sekolah jika mata, otak, dan telinga sangat singkron untuk menyuruhnya pulang saja, seolah menggodanya untuk kembali berbaring di tempat tidur menikmati hari libur yang hanya berlangsung selama tiga hari. Matanya bergerak kesana kemari dengan malas -memandangi orang-orang yang jumlahnya ratusan lebih.

Melda menghela napas. Telinganya sangat sensitif mendengar kebisingan yang luar biasa ini. Padahal, ia hanya berdiri di luar gerbang tetapi suara sudah sampai ke jalan. Melda yakin, para pengendara yang melewati jalanan depan SMA Smaga pasti risih mendengar keributan itu.

Jujur saja, ini adalah situasi yang Melda berusaha hindari. Keramaian. Melda bukan gadis nolep, tetapi hanya tak suka berada dalam kerumunan. Wajarlah karena Melda anak rumahan.

Menurutnya, keramaian adalah tempat bersatunya berbagai macam suara bising dan Melda sangat muak mendengar itu. Melda sungguh malas dengan yang namanya perkumpulan. Jika pun ia berada dalam lingkaran itu, akhirnya pasti ingin cepat-cepat pulang.

Bukankah sekolah juga tempat yang ramai? Mengapa Melda lebih memilih sekolah biasa daripada home schooling?Jawabannya, Melda sudah merasakan home schooling saat berada di jenjang SMP. Sangat menyenangkan tetapi tak ada teman berbincang. Hanya ada guru pengajar dan sang Mama yang selalu menemaninya. 1 tahun Melda menjalani home schooling awalnya baik-baik saja, tetapi Agam datang dan membujuknya untuk mulai bersekolah secara konvensional.

Awalnya Melda menolak mentah-mentah bujukan sang abang. Hingga suatu hari Alya dan Erwin yang turun tangan untuk membujuknya membuat pertahanan Melda pun runtuh. Melda akhirnya mau bersekolah. Erwin pun menyekolahkan Melda di sekolah swasta terbaik bernama SMP Atira. Melda perlahan-lahan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya di sana. 

ALGIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang