5. Siapa sosok itu?
———Seusai memberikan Zeta pencerahan, Melda memilih keluar sebentar meninggalkan kedua sahabatnya yang pembahasannya masih tentang lelaki ganteng di sekolah ini.
Tujuan Melda saat ini adalah loker. Ia ingin mengambil buku paketnya yang tersimpan di sana. Hal pertama yang menarik perhatiannya saat membuka pintu loker adalah secarik surat yang ada tepat di atas buku paketnya.
Melda mengambil surat berwarna biru pastel itu. Ditatapnya beberapa menit lalu helaan napas terdengar dari mulutnya. Melda memilih memasukkan kembali surat itu ke dalam loker kemudian mengambil buku paketnya segera.
Surat seperti itu sudah sering Melda dapatkan di dalam lokernya. Sejak awal Melda mendapat surat, gadis itu belum pernah membuka satupun. Entahlah, namun Melda mager. Surat itu pasti berisi rangkaian kata menjijikkan yang Melda yakin akan muntah sehabis membacanya. Dari sampulnya saja Melda tahu bahwa surat itu adalah surat cinta.
Terkadang Melda merasa kasihan kepada lelaki yang susah payah membuat surat itu untuknya. Tapi ayolah, Melda bukan gadis yang akan terenyuh ketika diberikan surat berisi kata romantis. Akan lebih baik jika yang diberikan adalah makanan. Melda jelas menerima makannya tapi tidak untuk orangnya.
Usai mengunci lokernya, Melda kembali melangkahkan kakinya menuju kelas. Suara dering ponselnya membuat gadis itu merogoh saku bajunya untuk melihat siapa yang menelpon.
Abang
Jari Melda langsung saja menggeser ikon hijau di layar, "halo, Bang?"
"Halo, Dek. Belom pulang? "
"Belom, Bang. Kenapa?" tanya Melda. Gadis itu berjalan pelan sembari telponan dengan kakaknya.
"Abang hari ini pulang. Lo mau nitip sesuatu gak, Dek? "
"Mau dong. Gue nitip chic—"
Bruk!
Ucapan Melda refleks terhenti. Ponselnya terlepas dari genggamannya mengakibatkan ponsel itu terjatuh ke lantai. Saking sibuknya memikirkan makanan apa yang akan ia pesan, gadis itu sampai tak menyadari siapa yang berani menabrak lengannya.
Melda melihat ke belakang. Air muka Melda berubah menjadi datar. Seseorang yang menabraknya itu baru saja menghilang di belokan. Namun Melda jelas tahu siapa itu.
Melda berjongkok mengambil ponselnya. Gadis itu menempelkan kembali di telinganya, "halo, Bang." Namun beberapa saat tak ada suara yang terdengar.
Melda menepuk-nepuk ponselnya berharap agar menyala, tapi ternyata tidak. Ia menekan tombol power namun sama saja. Gadis itu berdecak. Ia berbalik hendak menemui Algi untuk meminta pertanggung jawaban. Namun suara bel yang tiba-tiba berbunyi mengurungkan niat Melda. Dengan pasrah Melda pun ke kelas secepatnya. Pulang nanti ingatkan Melda untuk ke kelas lelaki itu.
Sementara dilain sisi, Algi memilih bersandar di tembok. Lelaki itu menunggu kedatangan Melda di belokan ini. Bisa ia lihat di pantulan kaca, Melda sedang mencoba menyalakan ponselnya.
Algi senang melihat Melda yang akan jalan ke sini. Namun suara bel membuat gadis itu urung lalu berbalik ke kelasnya. Algi mendesah kecewa. Lelaki itu kemudian menatap kepergian Melda sembari bersedekap.
Jika di tanya apakah Algi sengaja atau tidak, jelas Algi sengaja. Algi sedikit kesal dengan Melda gara-gara kejadian di kantin pagi tadi. Bibir Algi menyunggingkan senyum miring menatap kepergian gadis itu.
~ALGIAN~
Bel tanda pulang berbunyi nyaring. Semua siswa bersorak senang mendengarnya. Dengan tergesa mereka merapikan alat tulis mereka lalu bersiap untuk pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...