21: TANDING VOLLY 2

87 13 0
                                    

"Sekali-kali, cobalah sesuatu yang absurd agar yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin.Kita tak tau apa yang sedang menunggu di depan sana."


Hari ini adalah hari kedua dimana pertandingan volly memasuki babak semi final. Orang-orang yang berdatangan pun tak seramai kemarin. Tak heran karena tim yang mengalami kekalahan otomatis akan tersisihkan dan pulang hanya membawa nama.

"Hai," sapa seorang lelaki berhead band  hitam. Gadis yang di sapa mengangkat kepalanya yang semula menunduk memainkan ponsel.

"Eh, hai," balas gadis itu sedikit terkejut.

"Maaf yah ngagetin," ucap Algi meminta maaf.

Gadis itu tersenyum manis, "Nggak papa kok. Santai."

Algi langsung tertegun melihatnya. "Woilah! Fiks, pabrik gula tutup," batin Algi tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis di hadapannya ini.

Gadis itu berkedip lucu, "Kamu nggak papa?" tanya gadis itu sambil melambaikan tangannya di depan wajah Algi.

"Manis," ujar Algi tanpa sadar. Lelaki itu langsung terpesona pada pandangan pertama gegara senyuman yang diberikan oleh gadis di hadapannya itu.

Mendengar ungkapan Algi, sontak teman-teman dari gadis tersebut melancarkan aksi mereka untuk menggoda temannya yang sekarang wajahnya berubah memerah ini.

Algi yang sudah tersadar dari lamunannya pun salah tingkah. Lelaki itu berusaha menormalkan ekspesinya menjadi biasa saja.

"Kenalin nama gue Algi." Algi menjulurkan tangannya berusaha menghindari godaan-godaan yang diberikan gadis-gadis itu.

"Nama aku Christa," jawab gadis yang bernama Christa sambil menerima uluran tangan Algi.

Algi menghembuskan nafas. "Dunia menyeramkan yah," balas Algi melepaskan jabatan tangan mereka.

"Me-menyeramkan?" tanya Christa tak mengerti. Otaknya langsung ngebug.

Algi mengangguk. "Iya menyeramkan. Yang menggemaskan cuman lo doang." Algi tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang tertata rapi.

Lagi-lagi, Christa dibuat salah tingkah. Pipinya bersemu merah mendengar hal itu. Apalagi godaan orang-orang sekitar yang kian menjadi-jadi membuat Christa ingin menghilang saja.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, Caesar dan Reren yang mendengar hal itu langsung menunjukkan ekspresi ingin muntah. Kedua lelaki itu sebenarnya juga sedang berkeliling mencari gadis cantik yang bisa dimintai nomor telepon. Katanya, lumayan bisa jadi teman chatting tengah malam.

Mendengar gombalan yang membuat telinga mereka berdenging, mereka berdua memutuskan berhenti mencari mangsa dan buru-buru berjalan ke arah Algi untuk menghentikan aksi lelaki itu demi kesehatan telinga mereka.

"Lo udah tau nama gue?" tanya Algi lagi.

"I-iya, Algi kan?" ucap Christa ragu. Gadis itu masih terlihat malu-malu.

Algi tersenyum simpul. "Iya betul. Nama itulah yang nantinya bakal disebut Papa oleh anak lo nanti."

Suasana lapangan yang tadinya hening karena membiarkan Algi berbicara, kini dipenuhi pekikan iri dari gadis-gadis yang mendengarnya. Sungguh tontonan yang tidak diperuntukkan untuk kaum jomblo. Christa hanya bisa menutup sebagian wajahnya yang memerah agar tak dapat terlihat oleh orang-orang. Tetapi percuma saja karna Algi sudah melihatnya.

Dari arah belakang, Caesar datang lalu menaruh kepala Algi di ketiaknya. Lelaki itu tertawa terpaksa. "Nih anak kayaknya harus ditertibkan deh,Ren." Caesar berucap kepada Reren yang sudah berdiri di dekatnya.

ALGIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang