"Ditampar realita, diperbudak ekspektasi, dikuasai impian."
Dor!Suara tembakan itu, Reren mengenalinya. Hanya dia yang mahir menguasai jenis senjata itu di antara Daffa, Caesar, dan Algi. Tetapi siapa yang menggunakannya?.
Seketika Daffa, Caesar, Danil dan Rifky melirik Reren yang tampak tersentak lalu mengerutkan dahinya menatap Algi dan Melda.
"Ada apa,Ren?" tanya Daffa bingung.
Reren menatap kawannya satu persatu. Ia lalu membuang nafasnya pelan. "Lo pasti tau tuh senjata jenisnya apa,Daf."
Daffa mengangguk. "Positive thinking aja sih, yang make senjatanya salah tembak kali."
"Iya. Algi aja nggak bisa pakai yang gituan," tambah Caesar.
"Melda?" tanya Danil. Daffa dan Caesar hanya menggeleng tanda tak tahu.
Rifky hanya bungkam menatap lurus ke depan. Ia juga bertanya-tanya,siapa yang akan memenangkan duel ini. Lelaki itu masih fokus memandangi wajah Melda.
Algi melotot. Melda terkejut. Mereka sama-sama memandangi ponsel yang masih menampilkan permainan itu.
Hening beberapa detik lalu mereka saling pandang. Algi tertawa remeh lalu menyimpan ponselnya di atas meja. Melda hanya menatap nanar ponsel itu.
'Sial' Melda kalah. Apa-apaan ini?! Bagaimana bisa?! Melda sangat ingin membanting benda pipih ini sekarang juga, tetapi tidak mungkin karna ponsel ini bukan miliknya. Melda mengangkat pandangannya dan menangkap sosok lelaki itu tengah menertawai dirinya.
Matanya lalu melihat kembali ponsel di tangannya. Disana terlihat jelas username lelaki itu berada di urutan teratas sedangkan ia berasa di urutan kedua. Ah,ini benar-benar gila. Melda benci ini.
Flashback on.
Melda sedang mencari satu-satunya pemain yang akan menentukan nasibnya itu. Zona dalam game ini juga kian mengecil membuat jantung Melda berdetak tak karuan.
Melda sangat berharap ingin memenangkan pertandingan ini sehingga ia bisa terbebas oleh lelaki rese di depannya.
Namun, saat Melda sedang mengisi senjatanya dengan peluru dan menambah nyawanya yang tinggal sedikit lagi, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara tembakan.
Dor!
Melda terkejut. Mengapa harus saat-saat seperti ini?. Pikiran Melda seketika melayang ke perkataan Rifky dulu.
"Kalo pemainnya tinggal dikit, lo harus selalu hati-hati. Karena semakin sedikit pemain, biasanya lo bakal ketemu sama pemain yang cara mainnya sama kek Algi."
Ternyata inilah yang di maksud Rifky waktu itu. Melda seketika lupa karena ia sibuk memikirkan bagaimana caranya agar bisa menang dan terbebas dari Algi.
Melda memejamkan matanya meredam perasaan kesal. Ia berdecak saat melihat karakter miliknya tengah tertunduk tak bisa apa-apa.
Dapat ia lihat, Algi dan player sialan itu sedang beradu. Terhitung beberapa detik saja, Algi mampu melumpuhkan player itu. Benar-benar ide gila jika melawan Algi.
Permainan pun berakhir dengan Algi yang mendapatkan chicken dinnernya.
Flashback off.
Seperti apa yang di inginkan Algi dari awal akhirnya terwujud. Ia akhirnya melihat wajah galak itu berubah menjadi pucat pasi. Hari ini, Algi memenangkan semuanya. Baik itu duel, dan jangan lupa taruhan para teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...