10: TERSULUT EMOSI

131 24 6
                                    

Aku tak peduli pada orang yang tidak menyukaiku.Jangankan kamu,nyamuk aja kalau baik tidak akan aku sakiti.

Imelda Youlanda

Kali ini, kantin yang tengah sepi itu mendadak heboh karena teriakan seorang lelaki. Teriakan tersebut terdengar menyedihkan. Kesannya seperti tersiksa. Para murid hanya diam menonton lelaki yang sedari tadi meminta tolong itu. Terbilang jahat memang, tetapi mau apa lagi. Tak ada yang berani menolongnya,karena sama saja ia yang akan terkena imbasnya.

"Aarghh!" pekik lelaki itu. Wajahnya tampak memerah menahan sakit yang sedang menimpa dirinya.

"Sar, tahan tangannya tuh woy!" perintah sang pelaku heboh.

"Ini udah di tahan woi. Kuat bener anjrit," ucap teman pelaku.

"Arghh! Sakit bego! Woy, udah!" ujar sang korban. Ia memberontak minta dilepaskan. Tapi apa daya, ada empat orang yang menyiksanya.

"Lo kemarin kemana,hm?" tanya pelaku gemas.

Dengan nafas terengah-engah, sang korban menjawab. "Gi, kemaren gue disuruh bokap buat benerin genteng. Masa ia gue ke rumah lo sedangkan kondisi rumah gue kek gitu,bisa-bisa gue di depak dari rumah," jelas Danil.

"Alah, boong. Boong tuh,Gi. Sikat aja tuh area cepetan," kompor Reren. Ia yang sedari tadi heboh melihat kawannya itu disiksa.

"Heh, sekate-kate lu yah. Gak boong gue. Suer deh." Danil menampilkan dua jari dengan raut wajah memohon. 

"Ah! Nggak peduli gue. Perjaka kek lu mana mau benerin genteng. Jangankan benerin genteng, pasang tabung gas aja lo gak bisa bangsat,". Tanpa menunggu jawaban Danil. Algi kembali menyerang area sensitif Danil.

Dengan mengandalkan kakinya yang dibalut sepatu, ia dengan sekenanya menginjak-injak aset berharga Danil. Dengan di sponsori oleh Reren yang bertugas memegang  kaki kiri Danil, Caesar yang memegang erat  tangan kanannya, Daffa yang memegang  tangan sebelah kirinya,dan Algi yang memegang kaki bagian kanan Danil.

Sementara kakinya yang sibuk dihentak-hentakkan, tangan Algi juga tak tinggal diam. Ia menahan kaki Danil yang entah sejak kapan sepatu anak itu tak ada di kakinya. Entah kemana sepatu tersebut hilang, Algi juga tak peduli. Ia masih menginjak-injak aset berharga Danil yang sedari tadi empunya memohon minta dilepaskan.

Karna sudah lelah menahan kaki Danil yang sejak tadi selalu saja refleks menendang wajahnya, ia lalu meminta bantuan si lelaki es.

"Rif, bantuin elah. Gue mau bales dendam nih. Semalam kan udah gue bilang, yang nggak dateng gue kasih hadiah,". Algi menoleh kebelakang tepat dimana Rifky duduk santai.

Rifky hanya menatapnya datar sembari menghembuskan nafasnya jengah sambil memijat pangkal hidungnya. Dari tadi, ia hanya duduk menonton pengeroyokan aset. Sesekali Rifky berfikir,mengapa dirinya diberi teman yang masa kecilnya tidak bahagia.

"Aww! Udah dong,Gi. Pecah nih biji bangsat!" pinta Danil. Dirinya sudah terkapar di lantai kantin.

Algi yang melihat sohib sebobroknya itu pun tersentuh. Ia lalu memberi kode pada kawannya yang ikut serta dalam penyiksaan ini untuk berhenti. Kasian kan kalo bijinya pecah.

Daffa berdecak. "Padahal dikit lagi tuh biji pecah," celetuk Daffa kecewa. Ia kemudian berdiri lalu menepuk bokongnya yang terkena debu saat duduk di lantai dekat Danil. Lelaki itu kemudian berjalan ke arah Rifky dan duduk disampingnya. Algi dan yang lainnya juga mengikuti jejak Daffa.

Mereka berlima menatap kasihan Danil yang masih meringis di samping meja. Dengan tangan yang tak henti-hentinya mengelus area sensitifnya yang berdenyut nyeri. Tak lupa pula mulutnya yang komat-kamit mengoceh kesal.

ALGIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang