Yang penting berusaha dulu, masalah hasil biar tuhan yang menentukan.
Imelda Youlanda.
Langit gelap menandakan sudah malam. Cuaca malam ini sepertinya kurang mendukung. Sebab, diluar tengah gerimis dan sebentar lagi akan turun hujan. Ditambah lagi angin yang berhembus lumayan kencang.
Terlihat seorang gadis yang berada di dalam kamar sedang rebahan. Matanya menatap langit-langit kamar seolah sedang memikirkan sesuatu. Sesekali ia memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang masuk melalui balkon.
"Melda,turun sayang. Makanan udah siap nih,ayo makan!," panggil Alya yang sedang berada di dapur.
Melda yang dipanggil seketika membuka matanya yang terpejam tadi. Melda tidak tidur,hanya menutup matanya saja. Lagipula, ia tak bisa tidur ketika perutnya kosong tak diisi. Bisa-bisa ia sakit keesokan paginya.
"Iya, Mah!," balas Melda. Ia kemudian berajak dan segera turun kebawah. Melda berjalan mendekati Alya yang sedang mengatur makanan diatas meja. Melda mendudukkan bokongnya di kursi berhadapan dengan Alya.
"Makan sayang," ucap Alya tersenyum lembut. Ia lalu menyedokkan makanan itu ke mulutnya tanpa memperhatikan Melda yang sedari tadi diam tak menyentuh makanannya.
Alya mendongak menatap putrinya. "Sayang, kok nggak dimakan? Keburu dingin loh itu," tegur Alya.
"Mah, Papa belum pulang?," tanya Melda menatap Ibunya. Pertanyaan yang bersarang di kepalanya akhirnya terungkap.
"Belum,sayang. Papa kamu kayaknya kejebak hujan deh," jawab Alya seraya menatap keluar rumah yang ternyata sudah diguyur hujan.
Melda mengangguk pelan dengan raut muka yang kecewa. Walaupun tidak hujan,Ayahnya pasti akan pulang malam dan tidak makan bersama. Selalu saja begitu.Ayahnya memang sering pulang larut karna lembur di kantor.Sangat jarang Melda bisa makan bersama keluarga lengkap.
Melda segera makan karna dirasa makanannya akan dingin. Mereka makan diiringi suara gemercik hujan yang bersahutan.
Setelah makan, Melda membantu Ibunya membereskan sisa makanan. Melihat semuanya telah selesai, Melda kemudian melangkah menaiki tangga dan menuju ke istananya. Apalagi kalo bukan kamar.
Gadis itu menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dengan bantal yang ia peluk. Dia kemudian mengambil ponsel di atas nakas dan memainkannya. Ingat itu ponsel Rifky bukan ponselnya.
Melda menghembuskan nafasnya pelan. Jam segini biasanya ia tengah asyik bermain game cacing ditemani dengan snack. Oh, sial! ia kembali mengingat kenangannya bersama ponsel tercinta. Ini semua gara-gara lelaki kampret itu.
Sebenarnya bisa saja Melda membeli yang baru, tetapi Melda sangat menuntut lelaki itu untuk bertanggung jawab. Dan, keadaan malah semakin sulit karna Algi tak mau ganti rugi. Jangankan bertanggung jawab, meminta maaf saja,lelaki itu terlihat ogah. Ingin rasanya Melda menendang aset berharganya. Ya, sangat ingin.
Melda berdecak. Lebih baik ia kembali melatih dirinya dengan bermain game. Saat ia akan memulai, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Ada yang kurang sepertinya,tetapi apa. AC telah menyala, baterai ponselnya penuh, kuota berlimpah,tetapi ada yang kurang. Setelah beberapa detik bungkam, dirinya telah tau, tidak ada snack di sampingnya.
Melda bangkit menuju nakas tempat snack tersimpan. Setalah membukanya, matanya menatap isi nakas yang kosong melompong. Habis. Ia lupa membeli snack di supermarket tadi. Menutup nakas dan ingin kembali rebahan, tetapi matanya tak sengaja menangkap sesuatu di atas nakas. Permen. Melda menatap lekat makanan manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...