Tanpa kusadari,ternyata ini semua adalah awal dari kisah cinta kita.
Sudah terhitung dua hari semenjak kejadian itu dan dua hari pula Melda dilanda rasa was-was.Saat ini ia berada di taman belakang sekolah. Gadis yang sedari tadi duduk melamun sambil menggigit kukunya itu tersentak kaget ketika seseorang menepuk pundaknya.
Ia menoleh ke samping dan menatap Zeta horor. "Lo ngagetin aja deh," gerutu Melda.
Zeta membalas dengan cengegesan. "Hehe ... Lo sih, di panggilin gak nyahut," Zeta kemudian duduk di samping Melda.
"Au ah," ketus Melda.
"Lo kenapa sih,Mel? Akhir-akhir ini bengong terus? Kesambet dedemit tau rasa lo!" ucap Zeta.
"Kepikiran tuh ama tantangan tololnya," celetuk Gwen yang tiba-tiba datang dari belakang mereka. Ia kemudian duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Melda dan Zeta.
Perkataan Gwen ada benarnya. Melda selalu kepikiran dengan tantangan itu. Pikirannya selalu bertanya apakah ia akan menang atau malah sebaliknya. Tidak, Melda tidak ingin dijadikan babu oleh lelaki sialan itu. Jangan. Jangan sampai.
"Halah,apa lagi sih yang lo pikirin? Ponsel buat latihan kan, udah dipinjemin ama Kak Rifky, ya ... Sekarang tinggal lo aja yang bertindak," jelas Zeta.
"Bener tuh," tambah Gwen sembil mengoleskan liptink di bibirnya.
Melda berdecak. "Masalahnya bukan disitu. Tapi..," Melda menjeda ucapannya seraya berfikir sesuatu.
"Tapi apaan?" tanya Zeta dan Gwen serempak.
"Gu-Gue nggak tau caranya main game gituan." Melda berkata gugup. Ia benar-benar tak tahu caranya. Ia sudah mencobanya beberapa kali,tetapi usahanya tetap nihil. Ia kira, game PUBG Mobile itu sama seperti bermain game cacing kesukaannya,tetapi ia salah. Ini lebih sulit dibanding melilit cacing dan berakhir muncul berbagai macam makanan dan siap di santap.
"Hah?!" pekik Zeta dan Melda bersamaan. Mereka berdua saling tatap dan kembali menatap Melda. "Masa iya lo gatau,Mel?" lanjutnya.
Melda tak menjawab. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil menatap lurus kedepan.
"Lo kan hari-harinya main game terus,Mel. Masa lo gak pernah main game gituan?,
" tanya Gwen."Ck! Emang nggak tau. Gue udah mati-matian belajar dari youtoube tapi gak bisa-bisa," keluh Melda.
"Jadi gimana dong. Lo mau gitu dijadiin babu ama dia?" tanya Zeta.
"Ya nggaklah!" jelas Melda. Ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi setelahnya.
Gwen yang sejak tadi bungkam pun angkat bicara. "Mending lo batalin aja deh tantangan lo. Bicarain baik-baik ama Kak Algi. Lo goblok juga sih, pemain handal lo lawan," ucapnya jengah.
Melda menatapnya tajam. "Nggak. Gak ada batal-batalan. Handphone gue dirusakin ama dia. Game cacing gue udah tinggi levelnya tapi udah nggak bisa gue mainin. Enak aja pake batalin segala. Nggak!" kukuh Melda sembari bersedekap.
"Emang lo mau dipermaluin kalo lo kalah?" sahut Gwen sambil mengangkat sebelah alisnya.
Melda terdiam sebentar. "Ah, lo bukannya mendukung malah bikin mental gue down tau nggak. Au ah!". Setelah mengatakan itu, Melda beranjak kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...