"Drop your problem and let stranger give you some advice"
Memasuki babak final, lapangan hari ini dipadati oleh empat tim dari masing-masing sekolah yang berhasil memenangkan babak kemarin.
Penentuan bahwa tim mana yang akan meraih kejuaraan akan ditentukan sebentar lagi.
Algi beserta para sahabatnya sedang berlatih seperti biasa dibawah sana. Di sekitar mereka juga ada para tim yang melakukan hal yang sama.
Algi mendengus malas. "Anjing lo,Rif. Nggak usah kenceng-kenceng napa," maki Algi.
Rifky memukul bola terlalu keras sehingga bola terpental jauh.
"Makanya tahan. Ambil." Rifky memerintahkan Algi untuk mengambil bola di sana.
Algi berdecak kesal. Walaupun begitu, lelaki itu tetap pergi mengambil bola mengabaikan rasa pegal karena terus saja menuruti perintah Rifky untuk mengambil bola ini dan itu ketika terlempar jauh. Salahkah Algi jika memakinya?
Lelaki itu bergerak lesu sambil terus menggerutu. Ia pun membungkuk mengambil bola dan kembali menegakkan badannya. Sungguh Algi sangat lemas. Mungkin ia kekurangan asupan nutrisi. Yah, sepertinya begitu.
Algi mengedarkan pandangannya mencari Melda dan kemudian ketemu. Gadis itu tengah duduk sendiri sembari melamun. Ia berinisiatif untuk menemuinya.
Lelaki itu berdiri di samping Melda tetapi Melda sendiri tak menyadarinya. Algi mengangkat tangannya yang sedang memegang bola tepat di atas kepala Melda lalu menjatuhkan bola itu di kepala Melda.
Tuk!
Melda tersentak kaget. Ia refleks mengelus kepalanya yang tidak sakit dengan mata yang menatap Algi tajam.
"Lamunin gue nih pasti," tanya Algi kepedean.
"Dih, yakali!" Melda menjawab sewot. Gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Santai elah. Sewot banget perasaan." Algi memutar bola matanya, "tas gue sini," pinta Algi mendaratkan bokongnya di samping Melda.
Dengan gerakan malas, Melda mengambil tas yang ada di sampingnya lalu melemparnya tepat mengenai dada Algi.
Algi hanya geleng-geleng kepala melihat Melda. Kemudian tangannya segera merogoh isi tas mencari sumber asupan nutrisinya. Bibirnya menyunggingkan senyum bahagia ketika berhasil mendapatkannya.
Melda melirik bergantian wajah dan tangan Algi yang sedang memegang sebungkus mie lidi pedas. Setelahnya gadis itu mendesah pelan.
Algi itu sangat menyukai mie lidi. Entah bagian mananya yang enak, Melda sendiri tak tahu karena ia belum pernah memakan makanan seperti itu. Seketika, Melda penasaran dengan rasanya.
Sedang mengunyah mie lidi, Algi menoleh ke samping memandang Melda. Gadis itu tengah menatap lekat mie lidi di tangannya sambil sesekali menelan ludahnya.
Algi terkekeh geli.
"Apasih? Gajelas," ucap Melda ketika matanya tak sengaja menatap Algi yang sedang terkekeh memandangnya.
"Mau nggak?" Algi menyodorkan mie lidi itu di hadapan Melda. Melda mengernyit.
"Mau nggak?" ulang Algi.
"Nggak,"
Algi kemudian mengedikkan bahunya acuh. Ia kembali ke aktivitas awalnya -memakan mie lidi dengan nikmat.
"Gue tebak, pasti lo belom pernah kan makan ginian?" celetuk Algi.
Melda terdiam. Benar, Melda belum pernah merasakan cita rasa mie lidi. Jika yang ditanya adalah kebab, maka Melda akan menjawab dengan benar sambil memasang wajah angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...