15: ALGI BERULAH

105 21 10
                                    

"Memilih diam dan mendengarkan.Tapi jika ada waktu untuk berkata,itulah saya".

Rifky Putra Abraham

Rifky memandang wajah teman-temannya satu persatu. Terlihat mereka sedang menunggu jawaban darinya. Hening beberapa saat.

"Nggak." Satu kata yang membuat mereka semua berdecak malas.

"Beneran nih?" tanya Algi dengan mata yang menyipit ke arahnya.

"Kenapa emang?" Rikfy balik bertanya.

Algi terkekeh. "Nggak papa sih. Cuman aneh aja kalo lo beneran tertarik ama dia. Gue tau lo banget,Rif,".

"Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar,tapi kekurangan orang jujur," celetuk Daffa yang daritadi hanya diam saja.

"Trus?" tanya Caesar bingung. Entah kesambar apa Daffa saat ini.

"Apalagi tentang perasaan," timpal Daffa lagi.

Teman-temannya bersorak heboh. Mereka tau, Daffa sedang menyindir Rifky. Yang disindir malah acuh saja.

"Jujur aja kali,Rif. Kalo lo suka, kite pasti bantuin kok," ujar Reren santai.

"Bantu ngapain?" sahut Caesar.

"Gue bantu nikung lah." Reren tertawa ngakak. Sementara yang lain hanya geleng-geleng kepala.

"Gue nggak suka. Tenang aja," kata Rifky datar.

Bukan Algi namanya kalo langsung percaya. Ia kembali bertanya lagi.

"Trus,tuh dasi ngapain lo buang? Ngapain juga lo nyerahin diri buat di jemur tadi?" tanya Algi dengan berbagai pertanyaan yang hinggap di kepalanya.

Rifky menatapnya biasa saja. Baru saja ia ingin menjawab, pekikan suara teman sekelasnya membuat ia urung untuk menjawabnya.

"Woy, Ibu cantik jalan kesini tuh!".

Para lelaki yang tengah berada di luar kelas pun kaget sekaligus bahagia lahir batin. Mereka sangat menanti guru ini dari minggu lalu. Katanya, Guru yang kerap di panggil Ibu Cantik itu tak sempat hadir di karenakan harus ke luar negeri untuk menjenguk Ayahnya yang sedang sakit disana.

Dengan semangat empat lima, para lelaki yang nongkrong di depan kelas pun memasuki kelas dengan rusuh terkecuali Rifky tentunya. Setelah duduk di tempat masing-masing, Ibu Cantik dengan nama Ibu Ayumi itu berjalan anggun memasuki kelas. Derap langkah kakinya menimbulkan suara ketika sepatu heels-nya bersentuhan dengan lantai.

Ibu Ayumi meletakkan buku-bukunya di meja dan menyapa murid-murid di kelas ini.

"Morning all," sapa Bu Ayumi tersenyum ramah.

"Pagi too Ibu beautiful," ucap mereka serentak. Ini memang kebiasaan mereka ketika Bu Ayumi memasuki kelas ini. Kebanyakan guru-guru betah berada di kelas XII IPS 1 karena murid-murid di kelas ini terkesan kalem dengan berbagai bahan lawakan,tetapi berbeda dengan Bu Marta tentunya. Ia menganggap kelas ini adalah kelas anak-anak tak sopan dan suka membuat masalah terkecuali Rifky seorang.

Bu Ayumi geleng-geleng kepala. Senyumnya masih terpampang jelas di wajahnya yang cantik itu. "Kok bahasanya di campur-campur gitu?" tanya Bu Ayumi lembut.

Geng perusuh yang mendengar perkataan itu langsung baper. Hatinya seperti beterbangan bagai burung yang terbang bebas setelah sekian lama berada di dalam sangkar.

"Lembut banget Ya Allah," ujar Reren memegang dadanya seraya tersenyum lebar.

"Damage-nya nembus jantung gue," timpal Danil kejang-kejang di tempat.

ALGIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang