"Jadilah mahal agar orang lain tak memperlakukanmu rendah. Sebab, kita adalah manusia, yang harga dirinya harus yang paling utama."
"Gila sih! Vibes-nya kek di film-film anjir!" sahut Abrar heboh.
Kali ini, kantin di huni oleh 12 orang lelaki tampan yang tengah duduk santai membicarakan seorang gadis yang berani melukai anak donatur sekolah.
Akil memasukkan keripik kentang ke mulutnya. "Yang rambut ikal, bukannya anak pak Abdan yah?" tanya Akil dengan mulut yang sibuk mengunyah.
"Pak Abdan? Si donatur itu nggak sih?" tanya Awe juga.
Algi dan teman-temannya mengangguk serentak sebagai jawaban dari pertanyaan lelaki di hadapan mereka.
"Pantesan. Mirip banget ama bapaknya. Mukanya rada-rada ngeselin," celetuk Rafael sembari menaruh handphone -nya di samping mangkuk bakso miliknya.
"Gimana? Kena omel tuh pasti," ucap Reren ketika melihat Rafael selesai dari aktivitasnya mengabari sang pacar.
Rafael menghembuskan nafas panjang. "Rewel banget. Masa iya gue harus temenin dia ke salon?" keluh Rafael sambil mencomot satu kentang goreng milik Reren.
"Temenin aja lagi apa susahnya," jawab Daffa.
Rafael mengusap wajahnya kasar. "Ah nggak! Nanti gue di gangguin lagi ama manusia jadi-jadian disana. Mana mukanya pengen banget gue gampar," gerutu Rafael. Manusia jadi-jadian yang ia maksud adalah manusia bergender laki-laki tapi kelakuannya bak gadis perawan.
Algi tertawa. "Kasian. Batin lo pasti tertekan ya, Bang," kata Algi menunjuk wajah Rafael dengan kentang goreng di tangannya.
"Kampret lo,Gi," umpat Rafael kesal.
Mereka semua tertawa terbahak-bahak melihaf ekspresi Rafael yang seperti orang kesusahan. Lelaki itu hanya menghela nafas berat berkali-kali.
Tawa Firzi mereda dan kembali melayangkan pertanyaan ke Algi. "Cewe tadi, yang pipinya luka itu siapa sih?"
"Doinya Algi bang," jawab Caesar seenaknya.
Mereka membulatkan matanya tak menyangka.
"Pacar lo, Gi?" tanya Akil.
Algi manatap satu persatu wajah lelaki di hadapannya itu dan akhirnya menggeleng. "Bukan. Babu gue."
Akil, Awe, Firzi, Abrar,Rafael dan Deka tercengang mendengar ungkapan Algi. Mereka berenam tertawa kencang sembari memukul-mukul meja.
Algi mengerutkan dahinya heran. Apa yang lucu?
"Mana mau dia jadi babu lo. Cantik-cantik gitu masa iya dijadiin babu? Jadiin doi lah enaknya," ucap Akil menggelengkan kepala.
"Dih, gak percaya lo? Emang babu gue kok," jelas Algi kepada mereka semua.
"Bener bang. Nih anak lagi hoki dapetnya yang cantik. Cantik sih, tapi si doi jutek banget," cibir Caesar.
Abrar yang mendengarnya langsung menerobos duduk di samping Algi lalu mendorong Caesar kasar. Caesar yang hampir terjatuh hanya mengusap-usap dadanya memandang Abrar yang sudah duduk merapat di samping Algi.
"Yang bener lo. Namanya cepet. Namanya siapa?" desak Abrar menatap Algi.
Algi berdecak. "Melda," jawab Algi malas.
Mata lelaki tersebut langsung berbinar mengetahui nama gadis tadi. "Lo ada nomor ponselnya gak? Bagi sini, cepet!" Abrar mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendeknya. Ia sudah siap siaga mencatat nomor telepon milik Melda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...