23: SMA SMAGA VS SMA ELECTRA

51 9 0
                                    

"Kekalahan adalah kemenangan yang kalah."

Sorakan-sorakan dari para supporter menggelegar ke seluruh penjuru stadion.

Pertandingan yang melibatkan dua tim yang sama-sama berpengaruh menjadi sesuatu yang patut di saksikan. Bahkan ada beberapa yang bertaruh untuk jagoan masing-masing.

Disinilah Algi. Berdiri di luar garis bersama kelima rekannya. Wasit di sana memberi waktu kepada kedua tim tersebut untuk memperlihatkan nomor punggung masing-masing kepada para penonton.

Peluit wasit akhirnya berbunyi membuat perhatian tertuju kepadanya.

"Baiklah, pertandingan antara SMA Smaga dan SMA Electra dimulai!" ucap wasit tersebut. Selanjutnya peluit kembali ditiup untuk yang kedua kalinya membuat kedua tim melangkah memasuki lapangan secara bersamaan kemudian berdiri di tempat yang sesuai dengan posisi mereka.

Rifky menghirup lalu membuang nafas mencoba rileks. Di kubu sana adalah lawan yang sesungguhnya. Rifky hanya berharap keberuntungan berpihak padanya kali ini.

Mata Rifky tak sengaja bertubrukan dengan manik mata di sana. Lelaki yang di tatap oleh Rifky tersenyum simpul. Selanjutnya, lelaki itu berjalan menuju ke arah Rifky dengan net yang membatasi keduanya.

"Gue nggak nyangka tuan rumah bakalan jadi lawan gue kali ini," ucap lelaki itu. Rifky hanya diam tak menjawab.

"Oh iya, lupa. Kenalin gue Atra, kapten sekaligus setter Sma Electra." Atra mengulurkan tangannya dibawah net.

Rifky memandang tangan Atra sebentar lalu membalas uluran tangan Atra. Siapa sih yang tak kenal Atra. Lelaki tampan kesukaan gadis-gadis.

"Rifky," jawab Rifky singkat. Rifky tak berniat memperkenalkan dirinya lebih jauh. Nama saja sudah cukup menurutnya.

Atra tampak mengangguk mengerti. Tanpa diberitahu pun Atra sudah tau Rifky adalah kapten di timnya. Lelaki itu hanya ingin berbasa basi. Rifky kemudian melepaskan jabatan tangan mereka.

"Kita mainnya sportif aja. Kalem lah," ujar Atra.

Rifky mengangguk setuju. Setelahnya Atra menepuk pelan lengan Rifky sembari tersenyum ramah kemudian berbalik menuju posisi awalnya berdiri. Lelaki itu memang terkenal ramah. Tak heran jika Atra banyak disukai oleh orang-orang. Apalagi Atra sangat mudah bergaul dan juga humble.

Tetapi beda lagi jika berada di dalam lapangan. Seperti julukannya monster net, maka ketika bertanding dirinya akan berubah 180 derajat menjadi sosok monster. Membuat beberapa orang merinding sekaligus ngeri jika melihatnya.

"Yang nggak jago receive yang mana, Rif?" tanya Algi berbisik.

"Nomer 12," jawab Rifky sambil memperbaiki letak deker hitam di sikunya.

Algi menganggukkan kepalanya pelan sambil memperhatikan gerak gerik lelaki yang bernomer punggung 12 itu.

"Mukanya emang masih baru. Bener yang dibilang Bang Akil," ujar Algi.

Rifky hanya diam. Tangannya sangat lihai melilitkan finger tape di setiap jari-jarinya. Setelah semuanya selesai di tempel, Rifky memberikan finger tape tersebut ke Algi.

Algi menerima dan melakukan hal yang dilakukan oleh Rifky sebelumnya.

Rifky lagi-lagi menatap datar lawannya di sana sebelum permainan di mulai. Nampak mereka semua telah siap di posisi masing-masing seolah menunggu Rifky dan kawannya  dihabisi di pertandingan akhir ini.

~ALGIAN~

Reyna dan kawan-kawannya tengah asyik menyantap makanan di kantin sekolah. Gadis-gadis itu memilih berkumpul di kantin saja daripada masuk ke gedung berdesak-desakan.

ALGIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang