3. Pertemuan
———Sesampainya di parkiran, para lelaki tampan itu segera menghampiri motornya yang terparkir rapi. Algi melirik pos satpam disana. Ia berharap Pak Joko si satpam SMA Smaga tak nongkrong disana. Syukurlah, pos disana tampak sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan disana.
Sepertinya semesta sedang berpihak kepada mereka kali ini. Algi mendorong motornya ke gerbang diikuti teman-temannya. Takutnya jika dinyalakan, suara deru dari mesin motor mereka terdengar oleh guru. Apalagi jika yang mendengarnya adalah Bu Marta si guru BK, bisa habis mereka.
Sesampainya di gerbang, Algi melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan lagi bahwa Pak Joko tak menciduk mereka. Baiklah, mereka sedang berada di zona aman. Tanpa mereka sadari, pagar dihadapan mereka ternyata terkunci.
"Sialan! Ke kunci nih goblok!" umpat Reren ketika ingin membuka gerbang namun terkunci.
"Gimana nih, Gi?" Caesar mulai gelisah.
Berbeda dengan teman-temannya yang mulai kelimpungan, Algi justru tenang-tenang saja. Tangannya terlihat merogoh saku bajunya mencari letak barang berharga miliknya. Lelaki itu tersenyum lebar dan memperlihatkan barang berharga itu kepada teman-temannya.
Bola mata Reren, Caesar dan yang lain berbinar kala melihat jepit rambut di tangan Algi. Benda yang terlihat biasa saja namun berbeda di mata mereka. Jepit rambut itu adalah penyelamat kaum pembolos.
Algi kemudian memasukkan ujung runcing jepit tersebut ke gembok pagar. Kemudian memutarnya seperti hendak membuka gembok dengan kuncinya. Setelah ini, Algi berharap bundanya tak konser dirumah setelah tau jepit rambut miliknya dijadikan senjata tindakan ketidakdisiplinan anaknya.
"Lo dapet darimana tuh jepit rambut?" Ucapan Daffa mewakili setiap pertanyaan temannya.
"Punya si doi," jawab Algi santai. Ia memasukkan kembali benda pusaka itu ke saku.
"Yaudah, ke warung Bumi yuk. Udah lama gak nongkrong disana," ujar Reren kemudian diangguki oleh teman-temannya.
Mereka segera mendorong motornya keluar dari area sekolah. Sebelumnya Algi menutup kembali pagar tersebut agar tak dicurigai oleh satpam Smaga walaupun itu hanya sia-sia.
Tujuan mereka sekarang adalah ke warung Bumi. Warung yang dijadikan base camp oleh Algi. Tempat dimana para anggota Navigator 96 sering berkumpul. Warung kecil berjuta kenangan ini adalah tempat dimana Algi sering menghabiskan waktunya dikala merasa bosan. Lokasinya yang lumayan dekat dari SMA Smaga menjadikan warung ini sebagai tempat yang dituju para anggota Navigator Team saat membolos.
Sesampainya di Warung Bumi, Algi dan teman-temannya bergegas masuk sembari mengucapkan salam.
"Eh masih pagi kok udah dateng dimari?" Bu Ummi terlihat terkejut dengan kedatangan mereka pagi-pagi begini.
"Biasalah, Bu, anak muda." Danil menjawab santai.
"Jangan keseringan bolos kalian, nanti gak lulus loh." Bu Ummi menghembuskan napasnya tidak habis pikir. Wanita paruh baya itu sudah menganggap mereka seperti anaknya sendiri wajar saja jika Bu Ummi khawatir.
"Gak sering kok, Bu. Seminggu tiga kali doang." jawab Caesar dengan cengiran menyebalkannya. Bu Ummi menggeleng pelan. Mereka ini selalu saja seperti itu.
"Yaudah duduk. Mau pesan apa, Nak?"
"Algi pesan teh anget aja deh, Bu." Algi menjatuhkan bokongnya di kursi.
"Samain aja deh, Bu. Kita semua lagi haus," ujar Daffa disertai anggukan teman-temannya yang setuju.
"Yaudah, tunggu. Ibu mau bikinin dulu pesanan kalian," ucap Bu Ummi sambil berjalan ke dapurnya kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...