1. Tournament
———Teriakan riuh para penonton mulai bergema ke seluruh penjuru stadion. Kebanyakan dari mereka adalah lelaki. Tak heran karena pertandingan kali ini mengkhususkan pemain lelaki saja.
Tanpa menghiraukan kebisingan penonton, mata sang pemain hanya fokus pada benda pipih yang ada digenggamannya. Tak lupa pula headset yang menyumpal telinga mereka. Benar, ini adalah turnamen untuk para gamers.
Sementara orang lain dengan
semangatnya mendukung jagoan mereka, lain halnya dengan gadis yang hanya fokus memainkan game cacing di ponselnya. Siapa lagi jika bukan Imelda Youlanda.Ditemani sorakan riuh, Melda sendiri seolah tuli jika berkaitan dengan game cacingnya.
"Plis, dikit lagi rekor baru," gumam Melda pelan sambil sibuk menggiring cacingnya ke jalan yang benar.
Dibenaknya ia bertanya-tanya mengapa ia harus capek-capek mengeluarkan suara indahnya hanya untuk meneriaki orang yang sama sekali tidak ia kenal ralat, orang yang tidak mengenali dirinya.
Sesekali Melda melirik ke samping dimana sahabatnya sedang berteriak heboh seperti para penonton lainnya.
Gara-gara orang inilah Melda berada di tempat sesak seperti ini. Sedang enak-enaknya menikmati malam minggu bersama Ueno, malah gadis itu datang dengan hebohnya memaksa Melda berganti baju tanpa memberitahu akan kemana.
Melda yang mau-maunya menurut akhirnya dihinggapi rasa menyesal. Dirinya di bawa ke tempat sesak dan berisik yang bukan Melda banget. Jadi berakhirlah Melda di sini, di turnamen para gamers cowok.
Fyi, Ueno adalah nama yang diberikan Melda untuk cacingnya.
Setelah beberapa menit bergelut, akhirnya Melda dapat bernapas lega karena berhasil mencetak rekor baru. Sepulang dari sini, Melda akan menuliskan kembali rekor ini di album khusus rekornya tentu saja. Melda pun menghentikan aktivitas bermainnya.
"Zet, lo gak capek apa teriak mulu? Keren kaga, kayak orgil iya," ucap Melda jengah. Pertandingan ini sungguh tak menarik di matanya namun tidak untuk Zeta.
Zeta tidak menanggapi ucapan Melda. Untungnya, Zeta adalah tipe orang yang tidak mudah tersinggung. Ia masih setia meneriaki nama pemain di bawah sana dengan antusias.
Melda berdecak malas. "Zeta! Lo dengerin gue gak sih?" teriak Melda di telinga Zeta.
Zeta jelas kaget. "Ih... apa sih, Mel? Lo ganggu aja deh. Lagi seru-serunya nih. Tuh liat tuh," balas Zeta seraya mengarahkan jari telunjuknya ke para pemain.
Zeta Razelaine, gadis yang selalu memaksa Melda agar mau menemaninya jalan-jalan. Gadis yang manis dan sungguh humble serta selalu excited dalam segala hal.
Kurangnya hanya satu, Zeta selalu dighosting oleh lelaki, termasuk lelaki di bawah sana yang Zeta sukai namun belum ada titik terang dalam hubungannya. Melda mencium bau-bau ghosting lagi.
Melda heran, padahal wajah sahabatnya ini tidak jelek-jelek amat, namun mengapa kisah asmaranya selalu berakhir TERGHOSTING?!
"Pulang yuk, sesek gue disini terus," ajak Melda dengan wajah memelasnya. Lagi-lagi Zeta tak memperdulikan ucapan Melda. Andai bukan Zeta yang memaksanya kesini, ia tak sudi menghabiskan waktu berharganya berada di tempat seperti ini.
Melda pun terdiam di tempat duduknya dengan pasrah. Sesekali melirik ke para pemain yang masih setia menatap ponselnya dengan fokus. Dan berharap turnamen ini cepat berakhir.
ALGIAN
Sebagai seorang Leader, Algian Agatha Pramodya dianugrahi gerakan tangan yang lincah dan pemikiran yang cerdik untuk mengecoh musuh. Tak heran jika dirinya terpilih untuk memimpin clan bernama Navigator 96. Kali ini, Navigator 96 ikut andil dalam turnamen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIAN [ON GOING]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum di baca!] "Gue tantang lo battle game bareng gue, by one." Imelda Youlanda. Algian Agatha Pramodya, lelaki berotak gesrek bin tengil tapi jangan salah, Algi adalah seorang Gamers pro yang terkenal di dunia pergame-an. Melawan...