______________________________________________________"Jisoo?"
Suara seseorang menginstrupsi membuat Jisoo bangun dari tidurnya, ia melihat sudah tidak ada orang didalam kamarnya. Bahkan, nampak Adi dan juga bang Farel sudah tidak ada didalam kamarnya. Ia memandang seseorang yang begitu ia kenal— Raka.
"Raka?" Jisoo berusaha untuk bangun, melihat hal itu Raka segera membantunya untuk duduk. "Kok kamu bisa ada disini?"
Tak langsung menjawab melainkan Raka duduk di samping Jisoo sembari melepas jaketnya, melihat Raka yang sepertinya kepanasan membuat Jisoo menatapnya dengan perasaan tidak enak, "Kamu pasti kepanasan yah? Maaf yah, dirumah aku gak ada AC kaya di rumah kamu. Maaf kalo kamu kepanasan.."
Raka lantas menggeleng singkat, ia melepaskan jaketnya bukan karna kepanasan. Namun, memang ia sedikit tidak suka jika menggunakan jaket didalam rumah, bahkan dirumahnya saja ia tidak pernah menggunakan jaket dan akan langsung melepaskan jaketnya jika ia sudah masuk kedalam kamar.
"Enggak kok," jawabnya singkat, Jisoo hendak membuka suara namun sudah didahului oleh Raka "Gue tau lo begini dari Adi. Tadi, gue di sekolah nyariin lo tau gak? Dan gua sampe ke kelas Adi cuman buat nanyain lo, eh malah Adi juga gak berangkat. Gue udah hubungin lo berkali-kali tapi nomor lo gak aktif, akhirnya gue nelfon Adi, dan dia bilang lo..." Raka menjeda ucapannya.
"Adi bilang sama kamu kalo aku disiksa ayah lagi ya?" Tanya Jisoo sembari menyinggungkan senyum manisnya. Raka sampai tidak mengerti dengan orang seperti Jisoo, ia menyimpan banyak luka namun masih bisa tersenyum? Kalau Raka yang ada diposisi Jisoo, entahlah ia sendiri tidak tahu apakah ia bisa setegar Jisoo atau tidak.
"Aku gak apa-apa kok" ucap Jisoo lagi namun Raka hanya diam, ayolah bisa-bisanya Jisoo berkata kalau dia tidak apa-apa? "Kan aku kuat, hehe. Makasih ya udah mau repot-repot dateng kesini," lanjutnya.
"Gak ngrepotin." Sahut Raka, "Nih gue pinjemin buku catatan. Gue tau lo tipikal orang yang sebenernya gak mau ketinggalan pelajaran kan?"
Mata Jisoo nampak berbinar kemudian dengan segera ia mengambil buku catatan milik Raka dan memeluk Raka dengan sangat erat, Raka terkejut namun ia tersenyum dan membalas pelukan Jisoo.
"Makasih ya Raka... Kamu emang sahabat terbaik aku," Raka tersenyum getir, hanya sahabat ya? Memang hubungan mereka hanya sahabat kan? Setelah itu, Jisoo melepaskan pelukan mereka "Oh iya tadi Lucas berangkat ke sekolah ya?"
Nampak Raka mendecih dan membuang muka saat Jisoo malah menanyakan tentang Lucas, tentu saja Raka sudah tau kalau Jisoo sampai disiksa oleh ayahnya karna perihal dia membantu Lucas dan tidak sengaja tertidur dirumah Lucas. Tadi, Raka bahkan melihat Lucas nampak biasa-biasa saja. Apakah dia tidak tahu kalau Jisoo sedang sekarat dirumah karna dirinya?
"Kenapa lo malah nanyain dia?"
"Emangnya gak boleh?"
"Ya gak boleh lah!"
"Kenapa Raka?"
Raka meremas rambutnya frustasi, "Gue tau lo disiksa sama ayah lo karna dia kan? Dan gue tadi di sekolah liat dia tampak baik-baik aja sedangkan lo sekarat dirumah? Dia gak peduli sama lo Jisoo, buat apa lo peduli sama dia?!"
"Siapa bilang gue gak peduli sama Jisoo?"
Kompak Raka dan juga Jisoo menoleh dan mendapati Lucas sudah berada dikamar Jisoo. Sempat mereka terkejut "Lucas?"
"Ngapain lo disini?" Raka berdiri dan menghampiri Lucas, bahkan Raka sudah ancang-ancang hendak memukul Lucas, tapi Lucas hanya menatap Raka dengan tatapan remeh.
"Emang kenapa?" Lucas menaikkan satu alisnya, "Lagian Jisoo aja gak nglarang gue main kesini, dan juga dia biasa aja tuh. Kenapa lo ribet? Emang ini rumah lo?"
"Bangsat!"
"Astaga kasar ya kamu" Lucas berlagak ngeri dan menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Raka seolah-olah ia adalah orang yang paling suci dan Raka adalah seseorang yang berladang dosa.
_____________________
Lucas baru saja pulang dari rumah Jisoo, sebenernya ia belum mau pulang hanya saja dengan tidak tahu dirinya Raka mengusirnya dari sana, sangat tidak senonoh.
Saat baru memasuki rumah Lucas menatap aneh karna biasanya lampu rumahnya selalu ia matikan namun kali ini lampu rumahnya nampak menyala, ia berpikir apakah pembantunya sudah pulang? "Bi, Bi Yanti?" Panggil Lucas sembari berjalan menuju dapur.
Namun, sosok Yanti yang ia cari tidak berada di dapur, Lucas sangat hafal kalau jam-jam segini pasti Yanti sedang memasak untuknya.
"Lucas?"
Seketika itu Lucas menoleh dan mendapati sosok ayahnya, Lucas tidak terkejut sama sekali. Ia menatap ayahnya dengan tatapan benci, "Masih inget sama anak,hm?" Tanya Lucas dengan tatapan memusuhi, "Kenapa pulang? Udah puas ya main sama jalangnya?"
"Lucas!" Bentak— Brimata atau yang biasa dipanggil Brima, ia adalah ayah Lucas.
"Jaga sopan santun kamu! Saya ini adalah ayah kamu Lucas! Apakah kamu juga tidak ingat bahwa bunda kamu adalah seorang jalang yang hamil anak pria lain?" Brima nampak tersenyum sinis menatap Lucas yang kini tampak diam seribu bahasa.
Kenapa ayahnya itu harus pulang kerumah? Lucas sudah nyaman tinggal dirumah bersama dengan Bi Yanti dan juga Pak Santo— satpam dirumahnya. Jujur, ia tak menyukai ayahnya yang selalu menghina mendiang bundanya.
"Jaga bicara ayah! Bunda itu hamil anak ayah, hamil anak kandung ayah!! Kenapa ayah selalu menghina mendiang bunda yang udah tenang disana?! Kenapa ayah harus pulang hah?!"
"Ini rumah ayah! Jadi suka-suka ayah mau pulang atau enggak, ingat! Kamu disini cuma numpang Lucas. Untung kamu anak kandung saya, jika tidak saya juga pasti akan mengirim mu menyusul si jalang itu!"
"Ayah!"
"Kenapa?! Memang benar yang papa katakan bukan?"
Tanpa berkata apapun Lucas segera pergi meninggalkan ayahnya. Ia masuk kedalam kamar dan sengaja menutup pintunya dengan sangat keras, Brima menatap putra satu-satunya itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia sangat menyayangi anaknya sangat, namun disaat ia ingin memeluk sang putra dan mengatakan bahwa ia sangat menyayanginya, bayangan mendiang istrinya yang selingkuh selalu menghalanginya.
Brima sangat mencintai sosok mendiang sang istri, namun semua itu terkalahkan oleh rasa sakit karna mendiang istrinya sudah mengkhianati dirinya. Dan yang paling menyakitkan baginya adalah, disaat Lucas anak kesayangannya selalu membela mendiang istrinya terang-terangan didepannya.
Apalagi Lucas selalu mengatakan bahwa mendiang istrinya dulu mengandung anak kandungnya. Berkali-kali Brima menjelaskan kalau anak yang dulu di kandung oleh mendiang istrinya adalah anak dari pria lain, namun berkali-kali juga Lucas menyangkalnya.
"Lucas, ayah sayang sama kamu nak, ayah sayang banget sama kamu. Lucas..." Air mata pria paruh baya itu berhasil lolos dari kedua matanya. Ia menatap sendu pintu kamar sang anak yang sudah 2 bulan lebih tidak ia temui.
Sebenarnya juga, Brima jarang pulang karna ia sudah menikah lagi dengan seorang wanita.
____________________
Btw, masih inget enggak sama buku harian Lucas yang gak sengaja kebaca sama Jisoo waktu itu?
Kan disitu Lucas nulis keluarganya dulu baik-baik aja sebelum 'dia' datang kedalam keluarganya. Nah, yang di maksud 'dia' sama Lucas itu yah istri baru Brima.
Gak ngerti ya?
Nanti di part-part selanjutnya pasti bakalan dijelasin kok.
Vote & Komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different | Kjs.ft Lucas✓
Ficção AdolescenteIni tentang aku dan kamu yang berbeda namun berharap ingin bersama sampai hari tua. Tentang latar belakang ku dan latar belakang mu yang sudah jelas berbeda namun berharap agar bisa bersatu. Kita memang tinggal di Indonesia, berbeda beda namun tetap...