_________________________________________________________________
Pagi ini Jisoo sudah siap dengan seragam sekolahnya dan senyumannya yang mengembang. Bahkan semuanya nampak berjalan seperti biasanya, normal pada umumnya. Seolah-olah kejadian tadi malam tidak pernah ia rasakan. Pagi tadi, ia dibangunkan oleh Farel dalam keadaan tertidur di depan teras. Farel lantas terkejut mendapati Jisoo yang tertidur dengan keadaan yang setengah basah. Didepan teras?
Tanpa perlu dijelaskan pun, Farel sudah paham siapa yang membuat Jisoo sampai seperti ini. Siapa lagi kalau bukan Udin? Farel tau, di rumah ini bukan hanya Udin saja yang membenci Jisoo melainkan juga Naya. Namun, Farel masih bisa melihat kalau Naya tidak akan mungkin menyakiti Jisoo sampai sejauh ini, Naya tidak benci dengan Jisoo, ia hanya kesal dengan cewek tersebut.
Dan Farel bisa melihat hal itu, walaupun Naya selalu berkata kalau ia membenci kehadiran Jisoo di rumah ini.
Farel hendak memberitahu sang ibu dan hendak bicara dengan sang ayah kalau apa yang sudah ia lakukan itu benar-benar keterlaluan. Semalaman tidur didepan teras dengan kondisi hujan yang sangat deras? Hidung mimisan?
Farel merasa, ayahnya itu memang sudah tidak punya hati. Tega-teganya ia menyiksa anak yang tidak bersalah seperti Jisoo, Farel tak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran ayahnya sampai tega melakukan hal keterlaluan ini dengan Jisoo.
Namun, Jisoo melarang Farel untuk berbicara dengan ayahnya dan menceritakan apa yang Jisoo alami pada ibunya, karna apa? Tentu saja ia tidak ingin terjadi pertengkaran antar anak dan ayah tersebut, dan juga tidak ingin membuat Santi jadi kepikiran.
Tetap saja, Jisoo sadar diri ia siapa di rumah ini.
Ia sudah cukup berterimakasih karena Farel sudah mau membantunya. Jisoo sebenarnya di larang untuk pergi ke sekolah oleh Farel karna Farel masih khawatir dengan kondisi sang adik. Namun Jisoo tetap keras kepala ingin ke sekolah. Jika ia tidak berangkat ke sekolah, otomatis Santi akan curiga terhadapnya.
Jisoo tadi pagi tidak berani menatap mata Udin, saat tak sengaja bersitatap dengan pria yang semalam dengan tega menguncinya di luar rumah, membiarkannya tidur di depan teras dan kehujanan, membanting pintu hingga mengenai Jisoo dan berujung Jisoo mimisan. Sungguh, Jisoo tidak berani menatap mata tajam yang menyiratkan kebencian terhadap dirinya.
Sebenarnya Jisoo juga kepingin melihat sedikit saja, rasa iba di mata pria tersebut, atau rasa kemanusiaan, atau rasa kasih sayang—yang mungkin itu sangat mustahil.
Jisoo menginginkan hal itu, sekali saja ia mohon...
Seperti biasanya Jisoo akan berjalan kaki menuju ke sekolahnya, namun di tengah-tengah jalan ada satu makhluk yang seperti jailangkung, bahkan Jisoo tidak pernah ingin sosok itu ada, namun jika sosok itu tidak ada dia akan merasa sepi, seperti ada yang kurang dalam hari-harinya.
"Milea...."
"..............."
"Hai, aku Dilan.."
".........."
"Anak ngen!" Dengus cowok tersebut yang masih berada di atas motornya, bahkan ia masih setia mengendarai motornya dan mengiringi Jisoo yang berjalan, "Jisoo, kok aku manggil gak di jawab sih? Kamu meng jahat ya sama aku. Pundung aku sumpah!"
Jisoo sedikit terkekeh, mendengar cowok tersebut mulai menggunakan aku-kamu, "Emang kamu manggil aku?" Tanyanya, "Perasaan enggak deh. Kamu tadi kan manggilnya Milea, sedangkan nama aku kan Jisoo."
"Hiss... Ya kan biar hits gitu Jis, Milea dan Dilan. Jisoo dan Lucas ahhh soswit sekali everybody. " Yang ternyata cowok tersebut adalah, jamet Hongkong alias si Lucas Baron Brimata.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different | Kjs.ft Lucas✓
JugendliteraturIni tentang aku dan kamu yang berbeda namun berharap ingin bersama sampai hari tua. Tentang latar belakang ku dan latar belakang mu yang sudah jelas berbeda namun berharap agar bisa bersatu. Kita memang tinggal di Indonesia, berbeda beda namun tetap...