[BAGIAN.17]

150 36 24
                                    

__________________________________________

Jisoo masih tak menyangka kalau Adi akan pergi secepat ini, baru satu hari ia hidup tanpa Adi. Jisoo merasa bahwa sudah sangat lama ia hidup tanpa Adi, Jisoo saat ini tengah memeluk pakaian yang biasa Adi pakai saat sholat. Iya, itu adalah pakaian terakhir yang Adi pakai saat ia sholat berjamaah dengan Jisoo.

Memang,Jisoo sudah mengikhlaskan kepergian Adi namun tetap tak bisa ia pungkiri bahwa ia masih sangat sedih karna kepergian cowok tersebut. Adi pergi bukan hanya dua hari atau tiga hari, namun Adi pergi untuk selama-lamanya. Dan sampai kapanpun hanya kenangan Adi yang bisa Jisoo peluk, Jisoo tak akan pernah lagi bisa memeluk raga Adi yang sudah menjadi kebiasaannya jika ia ingin memeluk sesuatu yang nyaman.

Meskipun tubuh Adi tidak terlalu besar, namun tubuh Adi cukup nyaman dan juga hangat saat Jisoo butuh seseorang agar bisa menghangatkan tubuhnya, Jisoo butuh orang yang bisa ia jadikan sandaran ketika dirinya lelah. Dan orang tersebut adalah Adi, namun sekarang? Adi sudah pergi jauh dan tak akan pernah kembali untuk selama-lamanya.

Jikalau waktu bisa diputar kembali, demi Tuhan Jisoo hanya ingin diberikan waktu sedikit lebih lama bersama dengan Adi, sebelum akhirnya adiknya itu benar-benar pergi di jemput oleh Sang Maha Kuasa. Andai waktu bisa diputar kembali, andaikan saja. Namun, percuma saja karna yang telah berlalu tak akan pernah bisa diputar ulang.

Setelah puas menangisi Adi, Jisoo jadi teringat akan sesuatu. Ia baru ingat bahwa sebelum Adi pergi, cowok tersebut mengatakan kalau ia mempunyai surat untuk Jisoo. Dan baru Jisoo ingat kalau surat tersebut belum ia sentuh sama sekali.

Dengan segera Jisoo menggeledah lacinya dan menemukan selembar kertas yang Jisoo yakini itu surat terakhir dari Adi. Berarti, memang Adi sudah lebih dulu merasakan kalau hidupnya tidak akan lama lagi. Jisoo kemudian menghapus jejak air mata yang tadi membasahi pipinya. Ia menatap nanar pada secarik kertas yang hanya ia pandangi, karna jujur saja saat Jisoo hendak membaca surat tersebut. Entah mengapa hatinya merasa sakit.

Ia kembali teringat dengan Adi yang selalu tersenyum bahkan dalam kondisinya yang sekarat. Bahkan, Jisoo masih ingat dengan jelas saat Adi sudah berhenti bernafas, jantungnya berhenti berdetak, matanya sudah tertutup sempurna, jiwanya sudah meninggalkan raganya, namun senyuman yang selalu jadi penyemangat Jisoo tak pernah pudar. Bahkan saat sosok tersebut sudah tak bernyawa, Adi masih tetap tersenyum. Adi pergi dengan senyuman.

Perlahan tapi pasti, Jisoo membuka kertas yang terlipat rapih tersebut. Ia berusaha menormalkan nafasnya dan perlahan-lahan matanya mulai membaca tulisan yang ada di kertas tersebut.

Assalamualaikum kak....

Sebelumnya, Adi gak tau kenapa bisa Adi kepikiran buat nulis surat ini buat kakak. Tapi, aku ngrasa bahwa sebentar lagi Tuhan bakalan bener-bener jemput aku untuk selama-lamanya. Kakak pernah denger kan, tentang seseorang yang sebelum meninggal itu pasti merasakan tanda-tandanya terlebih dahulu?

Aku ngrasa kalau aku mulai ngrasain tanda-tanda itu kak. Aku ngrasain tanda-tanda kalo emang Tuhan bentar lagi bener-bener mau jemput aku, Tuhan bakalan bawa aku pergi jauh dari kakak. Aku bakal pergi dan gak akan pernah bisa kembali.

Kakak bakalan bener-bener kehilangan aku, dan aku bakalan bener-bener ninggalin kakak.

Aku minta maaf kak... Aku minta maaf kalo selama ini aku belum bisa jadi adik yang terbaik buat kakak. Aku selalu nyusahin kakak,tapi pada saat kakak butuh aku, aku cuma diem kaya orang yang gak berguna sama sekali.

Kalo emang aku bener-bener pergi, aku mohon sama kakak jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Kakak jangan pernah nyalahin diri kakak sendiri, karna kakak gak salah. Ini semua takdir.

We Are Different | Kjs.ft Lucas✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang