[BAGIAN.16]

147 37 22
                                    

_________________________________________

Membuka mata, ia menemukan dirinya sudah berada di tempat yang menurutnya tak asing. Bahkan, ia sangat mengenal nuansa kamar yang sedang ia tatap langit-langitnya saat ini. Kamar dengan cat abu-abu, dan penuh dengan poster-poster anime yang sangat ia sukai. Lucas akhirnya tersadar kalau ia sedang berada didalam kamar.

Kemudian, ia beranjak bangkit dan duduk. Kepalanya masih lumayan pusing, namun tidak se pusing tadi saat dirinya berada di pantai bersama Jisoo— tunggu dulu. Ngomong-ngomong apakah Jisoo yang mengantarkannya pulang kerumah? Ah, entahlah Lucas tidak ingat apa-apa lagi. Ia hanya tau kalau tadi dirinya sempat pingsan di pantai.

"Lucas, bunda masuk ya." Lucas menatap Okta yang sudah berada di ambang pintu kamarnya dengan membawa nampan, senyumannya mengembang namun tak mampu meluluhkan Lucas, "Kamu udah sadar rupanya. Tadi, bunda khawatir banget sama kamu, pasti kamu pingsan karna jatuh dari tangga tadi kan?" Ucapnya seraya berjalan mendekati Lucas.

Lucas masih diam menatap wanita didepannya ini, jujur saja ia sangat enggan menyahuti omong kosong wanita yang sudah ia anggap sebagai perusak keluarganya. "Untung aja, tadi temen kamu nganterin kamu. Ngomong-ngomong siapa namanya Cas? Anaknya baik, cantik, ramah banget lagi dan tutur katanya lembut, bunda suka deh. Dia pacar kamu ya?" Okta tau, Lucas tidak suka keberadaannya di sini. Namun, Okta tidak mau menyerah begitu saja.

"Mau dia pacar saya atau bukan, itu bukan urusan anda."

"Bunda kan hanya tanya Cas," Okta menghela nafas, sudah ia duga respon Lucas tidak akan mengenakan didengar. "Bunda khawatir— "

"Anda tidak usah pura-pura peduli dengan saya. Karna sampai kapanpun, saya tidak akan pernah mau menganggap anda itu ada."

"Tapi Lucas, bunda bener-bener khawatir sama kamu. Bunda sayang sama kamu seperti anak kandung bunda sendiri nak."

"Halah basi! Kalau memang anda menyayangi saya, silahkan anda angkat kaki dari rumah ini!" Ucap Lucas penuh dengan penekanan.

Okta sedikit tertohok dengan ucapan Lucas, ia tau keberadaannya disini hanya akan membuat Lucas muak. Namun, ia tidak bisa pergi begitu saja dari rumah ini. Karna ada amanah dari seseorang yang harus ia jalankan, dan tak akan pernah bisa ia tinggalkan. Karna Okta akan merasa sangat berdosa, jikalau ia meninggalkan amanah tersebut.

"Okta, jaga Lucas. Jaga dia, sayangi dia layaknya anak kandung kamu sendiri. Mungkin, setelah ini dia akan membenci kamu, tapi jangan menyerah. Luluhkan hatinya, beri dia kasih sayang seorang ibu agar dia bisa melupakan kisah rumah tangga kedua orang tuanya yang kelam."

Setiap kali Okta mau menyerah dan berteriak lelah, kata-kata itu selalu terlintas dipikirannya yang membuatnya tetap maju berusaha membuat Lucas menerima kehadirannya. Namun sepertinya sekeras apapun dia berusaha itu akan sia-sia saja karna tampaknya Lucas sudah tidak menganggapnya ada.

"Keluar dari kamar saya nyonya Brimata!"

"Lucas, ini bunda nak. Ini bunda kamu, stop manggil bunda dengan sebutan nyonya Brimata!"

"Bunda saya sudah meninggal!"

"Bunda Okta ini bunda angkat kamu sayang."

"Bunda angkat? Bahkan menganggap anda bunda angkat saja saya tidak sudi, apakah anda mendekati saya hanya untuk menggeser posisi bunda Reva dari hati saya?"

"Gak gitu Lucas." Berhadapan dengan Lucas memang hanya akan membuat perasaan Okta menjadi sakit. Saat ia menatap mata Lucas yang tajam namun menyimpan banyak luka, itu mengingatkannya pada mendiang— Reva.

"Keluar dari kamar saya! Atau saya akan pergi dari rumah ini!"

_____________________________________

We Are Different | Kjs.ft Lucas✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang