.
.
.
.
.
Setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya lupa menaruh barang. Mau itu tua atau muda, pintar atau tidak, kaya atau miskin, pasti pernah. Ga mungkin ga pernah.
Seperti Sabda sekarang. Malam-malam sebelum tidur, dia malah menghebohkan seisi rumah dengan berita ponselnya yang hilang.
Waktu itu Sabda baru teringat akan ponselnya yang siang tadi lowbat dan berakhir mati. Dia berencana ingin mengisi daya ponselnya. Sabda ingat betul bahwa dia menaruhnya di tas, tapi kenapa gak ada??
Yang bikin tambah panik adalah kenyataan bahwa di dalam ponselnya itu ada file ppt untuk bahan presentasi kelompoknya besok. Mana urutan pertama.
Mau ditelpon juga gak bakal ketemu, hapenya aja mati. Atha juga udah nanyain semua temennya dia juga gaada yang tau. Jadilah Sabda yang begadang untuk menyelesaikan PPT itu. Masalahnya itu nyangkut nilai banyak orang, kalau cuma dia sendiri mah, Sabda bisa santai.
Kabar baiknya, di pagi hari esoknya, Reza mengirim pesan pada Atha.
Eja
|Bang
|udah berangkat?Mana ada gua jam segini udah berangkat|
Napa?||hapenya Sabda ketemu
Yaudah|
Bawain dlu, Ja||Gabisa, bang
|Ada something
|berangkat aja buru
|pentingHah?|
Nyusahin amat|
Anaknya masi ngebo|
Jagain bentar, Ja|
Nunggu Sabda mandi|
Padahal Sabda baru tidur jam 2 tadi. Tapi harus rela berangkat pagi-pagi ke sekolah. Padahal biasanya juga mepet sampe sekolah bahkan terlambat.Di perjalanan itu, Sabda ingin memaki Reza saja rasanya. Something apaan coba? "Awas aja kalo cuma akal-akalan dia doang."
"Ngapain ke BK si bang? Hape gua disita?"
"Mana gua tau. Si Eja yang ngomong. Nah! Tuh dia." Atha menunjuk seorang siswa laki-laki yang sedang berdiri di depan ruang BK.
Sabda langsung saja menghampiri Reza. "Napa si?" Sabda mengintip ke dalam ruang BK lewat jendela. Terlihat ada pak Toriq, guru bk nya, bersama 2 siswa lain.
"Masuk aja dah, gue gangerti juga," ucap Reza.
Dengan langkah ragu, Sabda mengetuk pintu BK. Meminta izin untuk masuk.
"Sini, dek! Masuk!" Sambut pak Toriq dari dalam.
Sabda berjalan masuk ragu, duduk di kursi yang ada di depan pak Toriq, di samping Jenderal. Nah iya, Sabda juga bingung kenapa ada Jenderal.
Sabda-Jenderal-Arga. Kombinasi yanh cukup aneh. Sabda tak merasa punya hubungan dengan mereka. Jenderal saja hanya sekedar tau. Kalau Arga, walaupun teman sekelas, tapi mereka ini gak akrab. Deket aja nggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala | Lee Jeno
Teen FictionSandyakala Gurat merah di langit sore. Pertanda Matahari berganti bintang. Mengingatkan tuk segera pulang. Kaya Jeje, senja itu hebat. Senja itu cuma muncul sebentar saja. Tapi itulah pesonanya, jadi banyak yang nungguin dia. Walau muncul sebentar...