Bukan lebaran

290 78 0
                                    

.

.

.

.

.

"SABDA WOI! BANG ATHA! BUNDA! AYAH" Tin tin...

Terdengar suara kalkson motor beradu dengan suara jatuhnya air hujan ke tanah. Sebenarnya dari suara itu, seisi rumah Sabda pun tau kalau itu suaranya Reza.

"Ngapain sih teriak teriak kek dihutan," ucap Sabda kesal, tapi tetap berjalan keluar untuk membukaka. pintu. Bunda juga mengikuti, ingin mengomeli Reza yang ke sini menggunakan motor di waktu hujan-hujan begini.

Belum sempat Sabda membuka pintu, pintu rumahnya sudah terbuka lebih dulu. Menunjukkan Reza yang masih mengenakan helm dan jas hujan. "Tamu lo ga disuruh masuk?"

"Lo juga biasanya langsung mas-"

"Yaampun, nak!" bunda langsung mengambil payung di dekat rak sepatu lalu berjalan keluar rumah, mendekati seseorang yang berdiri di depan pagarnya. Tubuh orang itu sudah basah kuyup.

"Jenderal?" Sabda memastikan.

"Dia kayaknya udah berdiri lama deh, gue sampe sini dia udah di sana, gue ajakin masuk dia Cuma geleng-geleng. Dia udah menggigil, Sab." Lapor Reza.

"Ck, kenapa lagi dia," gumam Sabda lalu berlari masuk ke dalam rumah. Mengambil banyak handuk.

Semantara itu, Atha dan Ayah yang bingung langsung keluar rumah juga, melihat apa yang terjadi.

Sekitar 5 menit kemudian, akhirnya Bunda dengan bantuan Atha dan Reza berhasil membujuk Jenderal masuk. Sabda langsung menyampirkan 2 handuk sekaligus ke pundak Jenderal.

"Lo kenapa sih? Ga berani ngetuk? Ya chat atuh, bro!" ucap Sabda. Kini semuanya sudah ada di ruang keluarga.

"mana ujan-ujanan, ke teras rumah kek!" lanjut Reza. "Untung gue dateng. Kalo gue gak dateng lo mau berdiri kek orang bego sampe kapan?"

"Aduh, jangan diwawancarain dulu Jenderalnya," omel Bunda. "Adek pinjemin baju Jenderal gih, biar ganti baju."

"Gausah, tante."

"Apa?! Lo mau demam? Ikut gua buru!" Omel Sabda galak lalu berjalan ke kamarnya.

"Udah ayok!" Reza yang melihat Jenderal hanya diam langsung menarik tangan lelaki itu untuk mengikuti Sabda.

Tak lama kemudian, Sabda, Reza, dan Jenderal sudah kembali ke ruang keluarga. Tentu saja dengan Jenderal yang sudah berganti baju.

"Nasinya masih kan, Bun?" tanya Sabda.

"Nih masih banyak! Belum bunda beresin!" jawab Bunda.

Sabda duduk di dekat ayah diikuti Reza yang duduk di dekat Atha. Jenderal? Dia harus ditarik oleh Sabda dulu agar mau duduk.

"Makan, Jen! Gue tau lo belum makan," ucap Sabda mengingat Jenderal tadi masih memakai seragam.

"Maaf," ucap Jenderal lirih.

"Oseng tempe punya bunda enak loh!" Sabda tak menanggapi ucapan Jenderal.

"Maaf."

"Ini juga martabak tadi yang beli abang."

"Maaf."

"Oh! Sambelnya Bunda juga juara!"

"Maaf."

Sandyakala | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang