"Za! Za!" Reza yang baru saja masuk ke kelas sehabis dari kantin terhenti. Tatapannya tertuju pada siswa perempuan pemilik meja pojok depan dekat pintu.
"Ini kunci motornya si Sabda kayaknya." Siswa itu menjulurkan tangannya yang berisi sebuah kunci motor.
Reza mengambilnya. "Dari Jenderal?"
Siswa itu mengangguk.
Reza kemudian lanjut berjalan menuju mejanya, menggelengkan kepala saat melihat Sabda yang dengan damainya tidur beralaskan kursi yang sudah disusun sedemikian rupa.
"Oy! Nih geprek lu!" Reza menggeplak kaki Sabda.
Sabda yang sejatinya belum terlalu tidur langsung bangun. Senang melihat pesanannya datang.
"Sendiri lo? Tadi sama Yandra," tanya Sabda saat mendapati Reza hanya sendiri. Padahal tadi pergi bersama temannya yang lain.
"Dipanggil temennya, anak Paskib juga keknya," ucap Reza. "Oiya, noh, kunci motor lo."
Sabda hanya mengangguk, tangannya sibuk membuka bungkusan nasi geprek miliknya.
"Semalem lo begadang ngapain lagi hah?" ucap Reza.
Hampir setahun sebangku dengan Sabda, membuat Reza paham betul tentang kebiasaan temannya itu. Temannya itu akan memilih untuk tidur saat jam istirahat pertama jika malam sebelumnya begadang.
"Si Fitri di rumah gue, sakit dia, bawel banget sama gue," cerocos Sabda.
"Dititipin ke rumah lo lagi?"
Sabda mengangguk. "Hooh, bapaknya dinas ke malang, ibuknya ikut."
"Bau-baunya lo bakal bokek noh!"
"Iya anjim, heran gue, padahal juga ada bang Atha, tapi minta jajan Cuma ke-"
"SABDAAAA KURSI GUEE!" teriak Sekar, gadis yang kursinya dipakai Sabda untuk tiduran tadi.
"Bentaaar, gue lagi makan, entar gue balikin, oke?" Sahut Sabda.
"Gue mau duduk!"
"Yodah sini ambil sendiri," balas Sabda. "Sini, neng! gue ga apal kursi lo yang mana, entar ketuker ngomel lagi."
"Ya lagian ngapain pake kursi sih?! Tidur di lantai aja kan enak."
Heran juga, padahal meja Sekar dan Sabda ini terlampau jauh. Masih banyak kursi lain juga, kenapa harus kursinya Sekar?
Kalo kata Sabda sih soalnya seru melihat Sekar yang mengomel saat sedang kesal dengannya.
"Nah, gitu, ambil sendiri kan bisa."
"Nyenyenyenye."
Sebelum Sekar kembali ke tempatnya, dia menyempatkan diri untuk menjahili Sabda dulu. Ia menarik kursi yang diduduki oleh Sabda hingga Sabda jatuh. Sendok yang baru saja akan masuk ke mulut Sabda juga ikutan jatuh.
"ANJING!" umpat Sabda spontan.
Reza langsung memukul mulut Sabda. "Sama cewek jangan anjing-anjingan, anjing!"
Sabda hanya mendumel di bawah sana sambil beranjak berdiri dan membersihkan nasi yang ikut terjatuh. Sementara itu, Sekar tertawa sambil kembali ke mejanya.
...
Di setiap sekolah pasti ada saja guru muda. Seperti pak Toriq. Pak Toriq baru saja mengabdi pada sekolah ini sekitar 4 bulan yang lalu.
Baru saja masuk, tapi sudah dihadapkan pada masalah seperti pencurian soal ujian. Pak Toriq juga bingung bagaimana menanggapinha.
Siang itu pak Toriq hanya diam menatap ke atas bangunan yang berseberangan dengan ruang kerjanya itu. Terlihat ada seorang siswanya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala | Lee Jeno
Teen FictionSandyakala Gurat merah di langit sore. Pertanda Matahari berganti bintang. Mengingatkan tuk segera pulang. Kaya Jeje, senja itu hebat. Senja itu cuma muncul sebentar saja. Tapi itulah pesonanya, jadi banyak yang nungguin dia. Walau muncul sebentar...