rumah

293 75 0
                                    

.

.

.


.

.

.

"Daripada lo gabut ngotorin papan tulis mending duluan ke rooftop deh!"

Hari ini jadwal Reza dan Sabda piket. Bedanya kalo Sabda dapet jadwal Pagi dan selama pelajaran berlangsung, Reza mendapat bagian siang setelah sekolah.

"Ini tuh gue ngasih kerjaan namanya. Tugas piket kan juga bersihin papan tulis, berhubung papan tulisnya bersih, ya gue bantuin kotorin," tanggap Sabda.

"Ga guna banget, Sab! Sumpah! Sono dah! Hush!" Balas Sasa, temannya yang lain.

"Dah! Nih! Spidolnya abis, jangan lupa diisi ya!"ucap Sabda lau ngacir keluar kelas, sebelum digebuk Reza.

Belum benar-benar pergi, Sabda menyembulkan kepalanya dari pintu kelas. "Entar langsung ke rooftop ya, Ja! Cilok ama Kikonya jangan lupa!"

Kali ini Sabda langsung berjalan pergi, meninggalkan Reza yang misuh-misuh di tempatnya.

"SABDA!" Panggil Sekar yang sedikit berlari dari arah kelas.

Sabda menoleh horror. "Gue bagian pagi!" Biasanya kalo Sekar ngampirin gini pasti mau ngomel.

"Dih, sapa juga yang mau nyuruh piket," ucap Sekar sewot.

"Ya apaan?"

"Eum... anu..." Sekar bergerak gelisah. Tangannya bergerak mengulurkan sebuah plastik putih pada Sabda.

Walaupun bingung, Sabda tetap menerimanya. Yah, walaupun dengan dahi yang mengernyit.

Sabda mengintip isinya. "Coklat? Pocari?" Sabda terlihat berpikir. Sekar seperti sedang memberi kuis dadakan untuk Sabda. "Lo naksir bang Atha ya?! Kasih sendiri! Gamau! Gue keliatan menyedihkan banget anjer!"

"Mana ada?! Nggak! Ih!" Elak Sekar. "Eh tapi boleh juga sih kalo lo mau jadi mak combalang."

"Dih ogah!" Balas Sabda. "Berarti Eja? Lo naksir Reza?!"

"Lo tuh bisa gak sih biasa aja? Gausah heboh," ucap Sekar kesal.

"Oh, bukan juga? Berarti... oh..." Sabda menutup mulutnya, wajahnya berekspresi terkejut.

"Apa lagi?!" Ucap Sekar galak. "Gausah mendramatisir deh!"

"LO NAKSIR GUE?!"

"AMIT-AMIT YA TUHAN!"

"Kurang ajar," umpat Sabda. Wajahnya berubah menjadi masam. "Terus apa?!"

"Anu, itu... eum... Jenderal."

"Lo naksir Jenderal?!"

"DENGERIN DULU, KAMPRET!"

"Galak bener, ya terus kalo bukan naksir apa? Ga mungkin lo tiba-tiba ngasih ginian."

"Anu..."

...

"Buset, kek orang galau abis putus cinta aja," ucap Sabda saat melihat Jenderal yang berdiri di belakang dinding pembatas dan melihat ke lapangan basket.

"Lah? Belum mulai latihannya? Tumben?" Komen Sabda saat ikut melihat lapangan. Disana terlihat anak basket yang berkumpul, padahal biasanya jam segini sudah mulai latihan.

Sandyakala | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang