Abang

329 69 0
                                    

.

.

.

.

.

"Kayaknya Luki diganti aja gak sih? Ga yakin pas hari-H dia udah bisa main, kakinya patah gitu. Mana tega."

Sore itu, anak basket memutuskan untuk berdiskusi mengenai satu anggota mereka yang tempo hari terlibat kecelakaan.

"Terus ngambil siapa dong? Kita gaada cadangan. Minta tim inti 2? Tapi mereka juga ada turnamen kan?"

"Satu satunya cara ya rekrut anak ke tim inti lagi."

"Rekrut lagi nih? Capt?"

"Gimana kalo kita masukin Jenderal aja?" Usul Atha yang kemudian dihadiahi tatapan aneh dari teman se timnya. "Kenapa? Skill Jenderal oke loh! Kita juga pernah satu tim. Juga lo dulu se tim ama dia di SMP kan?"

"Yakin? Dengan semua rumor yang ada, bisa aja kita malah bunuh diri, bang."

"Masalah itu cuma anak sekolah kita yang tau. Kalo lo pada gak bocor cerita ke sekolah lain, kita aman kok!" Ucap Atha.

"Lo begini karena deket sama dia kan? Jangan karena lo deket terus kayak gini, Tha."

Atha menghembuskan napas. "Kalo dipikir-pikir kalian semua juga deket sama dia btw, dulu. Kalo gue masukin anggota karena deket sama orang, gue pasti milih masukin Sabda atau Eja. Disini gue nekanin skill dia."

"Kita tinggal punya waktu sekitar 10 hari, kalo kita rekrut member baru mungkin gaakan sebagus itu. Okelah kalo skill dia bagus, tapi di basket kita juga harus kerja sama. Jenderal pernah jadi bagian dari tim, skill dia oke dan gue yakin kita masih bisa kompak sama dia. So, why not?"

Dan begitulah akhirnya Jenderal kembali masuk ke dalam tim basket. Jenderal begitu senang hari itu. Wajahnya menunjukkan demikian. Sore itu juga, ia langsung latihan.

Sabda dan Reza kembali ke rutinitasnya yang menonton jalannya latihan dengan duduk di pinggir lapangan.

Kalo dilihat-lihat mereka ini kayak anak-anak gabut yang suka liatin eskul orang. Kadang pak Toriq juga ikut atau kadang juga pak John ngajakin lari sore.

"Kayaknya emang kita nih tempatnya di pinggir lapangan gjni deh, Ja," ucap Sabda.

"Gue abis nongkrong di rooftop gitu pas malem rasanya kek masuk angin, etdah," balas Reza.

"Dih, tapi seru tau, Ja."

"Iya seru, tap-"

"Sab beliin minum, dong!" Atha yang baru saja selesai latihan datang menghampiri Sabda dan Reza bersama dengan Jenderal.

"Yeu, dikira babu apa," ucap Sabda. "Ja! Beliin, Ja!"

"Mager ah! Masih pewe!"

"Tuh kan! Masih pewe, Bang. Beli sendiri sono," ucap Sabda.

"Yeu gaada akhlak, terus fungsi lo disini apa coba gue tanya?" Ucap Atha.

"Jadi tim hore aja yang teriak, SEMANGAT LATIANNYA ABANG-ABANG!" Balas Sabda.

"Sab, gak punya minum lo?" Tanya Jenderal, tenggorokannya benar-benar haus.

Melihat keringat yang bercucuran dari keduanya, tenggorokan Sabda tiba-tiba kering. Rasanya seperti dia ikut merasakan.

"Yang gak ikut berarti kalah! Kertas-Gunting-Batu!" Sabda memimpin.

"Batu!"

"Batu!"

Sandyakala | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang