9

78 15 13
                                    

Jimin.

Aku berdiri di depan jendela kantorku dan melihat mobil merah Yeorin melaju pergi. 

Aku bisa membohongi diri sendiri dan mengatakan bahwa kebetulan aku melihat ke luar jendela pada saat dia pergi. Tapi aku tahu jadwalnya. 

Aku tahu giliran kerjanya telah berakhir dan dengan menyedihkan aku datang ke sini untuk melihatnya masuk ke mobilnya dan pergi. Aku tidak bisa tidur karena khawatir dia akan pergi tanpa sepatah kata pun setelah tadi malam.

Ketika aku masuk ke Hotel hari ini dan dia datang menghampiriku, memanggilku Ryu-ssi dan memastikan dia masih punya pekerjaan. Aku sangat lega sehingga aku tidak bisa meminta maaf padanya dengan benar sebelum dia pergi.

Lalu aku memutuskan itu yang terbaik. Tidak perlu bagi kami untuk terus berpura-pura mungkin ada lebih dari ini. Dia memotong ku dan aku harus membiarkan dia melakukannya. Demi kita berdua. Itu adalah cara terbaik untuk mencegah aku mengalah dan memohon padanya demi sesuatu yang tidak dapat ku miliki.

Pintu terbuka di belakangku tanpa ketukan dan aku tidak perlu melihat siapa itu. Hanya satu orang yang akan masuk ke kantor ku tanpa ketukan terlebih dahulu.

"Halo, Ayah," kataku tanpa menoleh untuk melihatnya. 

Aku mengidolakannya sejak masih kecil. Sekarang, sebagian diriku membencinya.

“Jimin. Aku datang untuk memastikan rencana masih ada untuk malam ini. Park Janghun dan Soyung akan berada di sini malam ini. Mereka sedang merencanakan pengumuman ini. Membiarkan RJ Hotel jatuh bukanlah sesuatu yang ingin ku lakukan.”

Dia tahu aku tidak menginginkan ini tetapi di sini dia masih menegaskan kembali pentingnya hal itu.

"Tidak ada yang berubah." Kedua kata itu jauh lebih dalam daripada yang aku tahu dia mengerti. 

Tidak ada yang berubah. Dia masih mengendalikan banyak hal. Aku masih tidak tahan dengan gagasan menikah dengan Hana dan dia masih tidak peduli.

"Baik. Ibumu sudah merencanakan pernikahan dengan Soyung. Mereka sudah merencanakan pernikahan ini sejak kalian berdua masih muda. Ini tidak hanya mengamankan masa depan kita dan kesuksesan dari apa yang dibangun kakekmu; itu juga membuat ibumu sangat bahagia. Dia mencintai Hana. Ini semua akan berhasil untuk yang terbaik. Kau akan melihatnya." 

Geli dalam suaranya hilang dariku. Tidak ada yang lucu tentang fakta bahwa kedua orang tua ku mengharapkan aku untuk mengorbankan kebahagiaan ku untuk mereka.

"Setidaknya seseorang bahagia," kataku tanpa emosi.

“Ketika kau menikah dan duduk di kantor baru mu dengan gelar Wakil Presiden di depan pintu mu, kau juga akan bahagia. Saat ini kau hanya merajuk seperti anak kecil yang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku tahu apa yang kau butuhkan untuk menjadi sukses dan Park Hana adalah jawaban mu.”

Aku tidak bisa melihatnya. Kemarahan yang membakar lubang di usus ku tidak diragukan lagi akan berkedip di mata ku. 

Langkah kaki ayahku menjauh dariku dan pintu tertutup di belakangnya. Aku tidak yakin apakah aku bisa memaafkannya untuk ini. Atau mungkin aku yang tidak akan pernah bisa memaafkan. 

Pria mana yang membiarkan orang lain mengendalikan hidupnya? 

Masa depannya?

.
.
.

Hana hampir mengelilingi seluruh ruang dansa sambil memamerkan cincin yang kutempatkan di jarinya di depan semua orang lebih dari satu jam yang lalu. 

Dia sangat bersemangat dan seluruh ruangan menerimanya. Kau akan mengira kami sedang jatuh cinta. Aku bukan aktor yang bagus. Aku lebih suka berdiri di dekat bar dan minum wiski.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang