32

62 10 21
                                    

Yeorin.

Aku minum kopi sambil duduk di teras Jimin dan menyaksikan ombak memecah pasir. 

Aku dilarang bekerja hari ini. Jimin mengatakan dia harus berurusan dengan ayahnya dan memiliki ku di sana akan membuatnya stres. Dia khawatir aku terluka. Setelah malam yang kami habiskan, aku terlalu lemah untuk melakukan banyak hal lain. Jadi, aku setuju dan tinggal di sini.

Jika bekerja di restoran hotelnya akan menjadi masalah, aku harus mendapatkan pekerjaan di tempat lain.

Tapi itu bukanlah argumen yang ingin ku tangani hari ini, tadi malam masih bersamaku. Aku tidak bisa menghitung berapa banyak orgasme yang ku alami, tetapi aku tahu Jimin telah masuk ke dalam diriku lima kali. Setiap saat menjadi kenangan.

Saya telah meminum pil ku pagi ini sebelum menyikat gigi. Jika kita akan memulai seks seperti ini aku tidak bisa melewatkan satu pun.

Aku tidak bisa punya anak. Itu akan menjadi takdir yang mengerikan untuk diberikan kepada seorang anak. 

Seorang ibu yang ditakdirkan untuk kehilangan akal pada suatu saat. Tidak ada anak yang membutuhkan kehidupan sepertiku. 

Aku bersumpah aku tidak akan pernah melakukan pada seorang anak seperti yang dilakukan ibuku padaku, tapi aku tidak yakin. Tidak jika aku membentak secara mental. Ibuku bukan orang jahat. Dia hanya tidak sehat.

Aku menyingkirkan rasa takut itu karena aku berhati-hati. Aku tidak akan hamil.

Ponsel ku berdering dan aku meraihnya. Nama Seonjoo muncul di layar. Aku tidak berbicara dengannya selama lebih dari seminggu. Aku begitu sibuk dengan Jimin sehingga tidak sempat meneleponnya.

"Selamat pagi," kataku di telepon.

Selamat pagi orang asing yang tidak menelepon sahabatnya lagi. Apa kabar?" dia menjawab.

"Aku baik." Makna di balik satu kata sederhana itu sangat kuat.

Seonjoo tertawa. “Baik, ya? Seperti seberapa baik? Seperti dia sangat seksi dan memberi mu banyak orgasme, atau baik seperti kau tidak pernah memiliki seks yang lebih baik, atau baik seperti kau akan menikah dengannya dan memiliki anak?"

Aku tersenyum sampai kalimat terakhir. Senyumku lenyap dan hatiku menghantam dadaku. 

Menikah dengan Jimin dan memiliki anak…

Aku tidak akan pernah bisa menikah dengannya. Jimin tahu itu. Aku telah mengatakan kepadanya bahwa aku gila dan aku bisa patah mental setiap saat. 

Apakah dia bahkan mencintaiku? 

Aku tidak berpikir demikian. Dia tidak memberitahuku. Tapi aku mencintainya. Aku mencintainya lebih dari apapun. Dan aku tidak bisa menikah dengannya. Ini harus berakhir pada akhirnya karena aku tidak bisa menikah dengannya. 

Jimin ingin punya anak. Dia tidak membutuhkan seorang istri yang pada akhirnya akan kehilangan akal sehatnya.

Ya Tuhan. Apa yang ku lakukan?

Yeorin, kau baik-baik saja?” Suara Seonjoo bertanya. 

Aku bisa mendengar kekhawatiran di dalamnya. 

"Sialan. Yeorin, aku tidak berpikir sebelum aku mengatakan itu. Yeorin, maafkan aku. Aku tidak bermaksud begitu. Pikirkan tentang pria dan seks liar. Pikirkan tentang semua yang perlu kau katakan kepada ku. Tetap fokus. Tetap bersamaku." 

Dia bekerja keras untuk mengembalikan ku ke jalur yang benar. Masalahnya adalah aku tidak keluar jalur. Aku sangat menyadari kebenaran. 

Faktanya. 

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang