11

78 16 3
                                    

Jimin.

Ada pesanan yang harus kubuat agar kepala koki-ku, berada di mejaku kemarin. 

Panggilan telepon yang perlu ku balas dan seorang tunangan bertekad untuk membuat ku memutuskan tanggal pernikahan kami. 

Apakah aku melakukan salah satu dari semua hal itu? 

Tidak, aku malah menyiksa diriku sendiri.

Yeorin membutuhkan atasan bikini yang lebih besar dan Namjoon akan kehilangan fungsi kedua tangannya.

Sambil mengertakkan gigi, aku mengalihkan pandangan dari tabir surya. Namjoon mengoleskan tabir surya di punggung dan bahu Yeorin. 

Namjoon berhasil mengajaknya masuk ke air bersamanya. Aku telah duduk di sini dan menyaksikan setiap detik yang menyakitkan itu. Pekikan tawa Yeorin dan kebutuhan Namjoon untuk terus menyentuhnya membuat kecemburuan mengamuk di nadiku. 

Aku tidak punya hak untuk cemburu. Kami pernah melakukan seks. Itu saja. Aku tidak tahu apa-apa lagi tentang Yeorin. Tapi aku ingin tahu.

Aku ingin tahu dari mana asalnya. Jelas itu utara. Aku ingin tahu apakah dia memiliki saudara laki-laki dan perempuan.

Siapa yang memberinya mata biru yang telah kulihat dengan senang hati? 

Apakah dia suka menari? 

Di mana dia belajar bernyanyi seperti itu? 

Dia benar-benar membuatku kagum di acara semalam. Ada begitu banyak hal yang tidak pernah ku ketahui.

“Bahumu terlihat merah muda. Aku pernah berpikir dengan kulit mu bahwa kau akan terbiasa dengan matahari." Namjoon berkata dan aku tidak bisa menahan pandanganku dari beralih ke belakang untuk melihat bahunya. 

Namjoon benar; warnanya merah muda.

Aku berdiri dan berjalan ke tempat persewaan.

"Beri aku payung," kataku pada pria muda yang kupekerjakan hanya dua minggu lalu sebelum liburan Musim Semi melanda.

“Ne, Sajangnim,” dia mengangguk, “Anda ingin aku memasukkannya ke pasir untuk Anda?”

Tidak, aku ingin melakukan ini sendiri.

"Aku bisa melakukannya. Terima kasih."

Aku mengambil payung. Mataku bertatapan dengan mata Yeorin saat aku berbalik untuk berjalan kembali ke sana. Dia memperhatikan ku dengan rasa ingin tahu. Namjoon mengatakan sesuatu di telinganya tapi Yeorin tidak memperhatikannya. Fokus penuhnya ada pada ku.

"Minggir," aku memerintahkan Namjoon memberinya sedikit waktu untuk benar-benar mengikuti perintahku sebelum mendorong tiang ke payung ke pasir dan memulai gerakan melingkar untuk membuatnya menggali cukup dalam sehingga berdiri dan tidak terbang jauh.

"Payung itu tidak akan mencapai dirimu dari sana," kata Jihwan sambil menyeringai.

"Bukan untukku."

“Oh, kau mendapatkannya untukku? Manis sekali, tapi aku sedang berusaha untuk menjadi cokelat," jawab Jihwan sangat menikmati dirinya sendiri.

“Kalau begitu minggir. Bahu Yeorin terbakar.” Di sana aku mengatakannya. 

Dia ingin aku mengakuinya jadi aku lakukan. Membiarkan Yeorin memikirkannya sebentar.

“Kau mendapatkannya untukku?” Tanya Yeorin. 

Aku bisa mendengar keterkejutan dalam suaranya dan aku tidak menatapnya sampai payungnya aman.

"Ya," adalah satu-satunya tanggapan ku sebelum aku berjalan dan mengambil handuk ku. 

Sudah waktunya aku pergi. Yeorin tidak ingin aku di sini dan seharusnya aku tidak ada di sini.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang