35

62 10 9
                                    

Jimin.

Ibuku telah menelepon dan berkata ayahku ingin bertemu denganku. 

Aku telah siap untuk konfrontasi ini jadi ketika Yeorin sedang bekerja, aku pergi menemuinya tapi dia tidak ada di rumah. Ibu menyuruhku duduk dan dia akan memberiku sarapan sementara kami menunggunya. 

Setelah dua jam mendengarkan kepedulian ibuku terhadap masa depan ku dan mengatakan keinginan kakek, aku berdiri. 

Aku tidak tinggal lebih lama lagi. Yeorin akan segera pulang dari shift keduanya dan aku akan berada di sana saat dia melakukannya. Aku tidak punya waktu lagi untuk disia-siakan.

Ponsel ku berdengung untuk kelima kalinya berturut-turut dan aku melihat ke bawah untuk melihat nomor Eunbi di layar. Aku tidak berbicara dengannya sejak dia meninggalkan Daegok dengan tunangannya dan saat ini bukan waktunya. 

Aku punya masalah lain yang harus aku tangani. Aku akan meneleponnya kembali nanti. Aku mematikan telepon dan memasukkannya kembali ke saku.

“Dia akan berada di sini hanya dalam beberapa menit lagi, sayang. Beri dia waktu. Dia orang yang sibuk. Biarkan aku melihat apakah aku dapat menemukannya." Dia mulai memanggilnya ketika aku mendengar salah satu dari dua pintu depan yang berat dibuka dan ditutup, lalu bunyi klik sepatu resmi ayah ku di lantai marmer.

"Dia di sini." ibuku berseri-seri. 

Kelegaan di wajahnya terlihat jelas. Dia mulai lelah menghiburku. Perasaan itu saling menguntungkan.

"Maaf aku terlambat. Aku punya masalah yang harus diurus. Masalah dengan staf yang kau abaikan tetapi sekarang sudah diurus. Kami perlu mendiskusikan masa depan mu dan memutuskan apa yang kau inginkan persis dengan hidup mu. Aku mengerti bahwa Hana bukan orangnya. Aku siap menerimanya. Tapi kita perlu bicara.”

Aku tidak yakin mempercayai penerimaannya yang mudah atas penolakan ku untuk tidak menikahi Hana.

Dia telah memaksanya masuk ke tenggorokanku sejak aku berumur sepuluh tahun. Aku melirik ke arah ibuku yang memberiku senyuman palsu sambil memutar tangannya dengan gugup di pangkuannya. Sesuatu telah terjadi. Mereka harus memiliki calon pengantin lain yang berbaris. Itulah satu-satunya alasan dia bahkan siap untuk mempertimbangkan hal lain.

“Bisakah kita mendiskusikan bisnis di kantorku dan membiarkan ibumu bersantai dan menikmati sisa harinya?”

Aku mengikutinya menyusuri lorong menuju kantornya. Aku punya waktu tepat tiga puluh menit sebelum Yeorin pulang kerja. Aku bisa memberinya waktu dua puluh menit kemudian aku pergi. Dia perlu bicara cepat.

"Rokok?" tanyanya sambil mampir di kotak tembakau yang diberikan ibu sebagai hadiah pernikahan. 

Sejak saat itu dia telah membangun sebuah ruangan di dalam rumah untuk koleksi cerutu yang banyak, tetapi dia menyimpan beberapa di sini untuk kenyamanan.

"Tidak," jawabku dan berdiri di dekat jendela alih-alih duduk di seberang meja darinya seolah aku adalah seorang anak yang membutuhkan arahan.

"Baiklah. Aku juga tidak membutuhkannya. Aku akan menunggu untuk menikmatinya malam ini. Kang Hoon-ssi akan ada di sini untuk makan malam. Aku berharap kau bergabung dengan kami." 

Kang Hoon adalah salah satu investor terbesar di Hotel. Dia memiliki seluruh lubang yang didedikasikan untuknya di lapangan golf. Aku tidak pernah diundang ke pertemuan seperti ini.

"Mengapa?" Tanyaku, masih belum siap mempercayainya. 

Aku tidak dapat mengingat Kang Hoon memiliki seorang putri. Jika aku tidak salah dia memiliki dua seorang putra yang lebih tua dari ku dan mengunjungi di musim panas bersama keluarganya.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang