The Last Part

63 9 27
                                    

Yeorin.

Aku duduk di jendela kantor Jimin dan mengawasinya membaca beberapa kontrak baru yang perlu dia tandatangani dengan distributor yang ku temukan untuk clothing line di clubhouse. 

Apa yang kami miliki adalah untuk orang yang lebih tua. Anggota Klub RJ Hotel tidak semuanya berusia lima puluh tahun ke atas.

Dia tidak ingin aku hilang dari pandangannya lebih dari beberapa menit. Sudah dua minggu sejak pemakaman dan dia masih melekat. Itu mereda setiap hari, tetapi dia masih membutuhkan ku di dekatnya. Kami juga berhubungan sex lebih sering dari biasanya, dan itu banyak sekali seks.

Eunbi telah menelepon dan mengundang ku untuk makan siang hari ini pukul satu. Itu adalah waktu tidur siang bayi nya, jadi dia berharap kami bisa bertemu di rumahnya. Jihwan juga diundang. Dia tidak lagi bekerja atau muncul di mana pun. Eunbi mengkhawatirkannya dan aku juga khawatir. Jimin masih tidak mau membicarakannya.

"Eunbi mengundang ku untuk makan siang hari ini di rumahnya pukul satu. Apakah kau setuju jika aku pergi?" 

Biasanya aku tidak akan merasa harus meminta izin Jimin untuk makan siang, tetapi dengan kebutuhannya agar aku dekat dengannya setiap saat, aku ingin memeriksa dan memastikan.

Dia mendongak dari kontraknya dan mengerutkan kening. Aku bisa melihat kesedihan di matanya dan aku hampir berharap aku tidak bertanya padanya dan baru saja mengatakan tidak pada Eunbi.

"Maaf, Yeorin."

Aku berdiri. "Untuk apa?"

"Untuk membuatmu berpikir kau harus memintaku pergi ke suatu tempat. Beberapa minggu terakhir ini aku sangat membutuhkan, dan maaf aku telah melakukan itu padamu."

Aku menarik kursinya ke belakang dan mengangkangi pangkuannya, lalu meraih kedua bahunya. 

"Jangan minta maaf padaku. Bukan untuk itu. Kau membutuhkan ku dan aku bisa menjadi apa yang kau butuhkan. Aku yang paling kuat kali ini. Bukan dirimu. Aku. Akulah yang harus memegang tanganmu, giliranku untuk menunjukkan betapa aku mencintaimu. Jadi, jangan minta maaf untuk itu."

Jimin menyeringai. Dia tidak menyeringai sejak sebelum kecelakaan itu. Dia mengangkat tangannya dan menelusuri rahangku. 

"Kau mengangkangi pangkuanku dengan rok. Aku ingin kau pergi tapi aku juga memikirkan celana dalammu dan bertanya-tanya apakah celana dalammu basah, atau apakah aku bisa membuatnya basah. Cepat berdiri dan menjauh dariku sebelum aku melakukan sesuatu yang mengubah rencanamu."

Sambil tertawa, aku melompat dari pangkuannya. 

"Bukannya aku tidak suka kau memeriksa untuk melihat apakah kau bisa membuat celana dalamku basah, karena aku jamin kau bisa, tapi Eunbi sepertinya benar-benar ingin makan siang."

Jimin mengangguk. "Pergi makan siang dengannya. Aku akan baik-baik saja."

Aku memberinya ciuman yang dia tangkap dan tempelkan ke bibirnya. Lalu aku melangkah melewati pintu dan menutupnya di belakangku.

"Aku mendengar tawa. Itu menyenangkan," kata Yunjung-ssi dari mejanya.

Aku mengangguk. 

"Dia lebih baik," kataku padanya.

"Karena anda," jawabnya.

Aku hanya tersenyum karena aku tahu dia benar. Aku telah membantu Jimin. Itu aku.

.
.
.

Eunbi membuka pintu dengan bayi di pinggulnya. Tangan kecilnya mengepal di rambutnya yang panjang dan anak itu menariknya dengan cukup kuat.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang