70

64 10 9
                                    

Jimin.

Welcome home ku untuk Yeorin tidak berjalan seperti yang ku rencanakan.

Aku tidak bermaksud menidurinya di lobi, di dekat tembok seperti orang gila. Tapi dia telah mengatakan hal-hal yang membuatku kehilangan akal. Dia ingin menjadi kacau dan tubuh ku ingin memberikan apa yang dia minta.

Itu bukanlah rencananya. Tapi aku membutuhkannya. Aku perlu mendengar dia mengatakan dia milikku. Pikiran Jungkook mengendarai motor itu sambil duduk di antara kedua kaki Yeorin memakanku hidup-hidup. Aku membencinya. Aku ingin mengingatkan dia siapa yang termasuk di antara kedua kakinya. Hanya aku.

Gagasan bahwa dia percaya aku bisa bersama orang lain masih mengejutkanku. Jika dia tidak tahu betapa aku mencintainya sepenuhnya, maka itu salahku. Aku telah mengecewakannya. Aku akan memperbaikinya.

Setelah aku mendandani dia, aku membawanya ke ruang makan. Hyunseok telah membawa staf dan menyiapkan meja lengkap dengan taplak meja linen, cahaya lilin, dan mawar. Dia juga membawa makanan. Itu spesial favorit Yeorin yang kami tawarkan di Hotel. 

Aku melihat saat dia masuk ke dalam ruangan. Aku memiliki daftar lagu romance yang diputar rendah di atas sistem suara. Yeorin mengalihkan pandangannya ke arahku dan tersenyum padaku dengan malu-malu.

"Ini indah."

"Kau akan pulang. Aku ingin ini istimewa."

Aku tidak bermaksud untuk menidurimu di dinding bahkan sebelum kau benar-benar bisa masuk ke dalam rumah. Meskipun aku tidak mengatakannya dengan keras, rona wajahnya membuat ku berpikir dia tahu apa yang ku pikirkan.

Yeorin berbalik dan kemudian berhenti. Dia telah melihat gambar itu. Foto yang diambil Jihwan saat kami di pantai suatu sore. Kami telah tersesat satu sama lain dan tidak menyadari bahwa Jihwan mengambil foto kami. 

Aku telah duduk di atas pasir dan Yeorin telah mengangkangi ku, menghadap ke arahku. Tatapan kami terkunci, dan bahkan di foto itu kalian bisa melihat perasaan kami. Tidak ada pertanyaan seberapa besar aku memujanya pada saat itu.

"Kau telah membingkainya," kata Yeorin, menatap foto itu. 

Aku berjalan mendekat dan menyalakan peredup lampu agar dia bisa melihatnya dengan lebih baik.

"Ya, aku telah melakukannya."

"Aku suka foto itu," katanya sambil balas menatapku.

"Aku juga."

Dia berbalik dan menatapku. 

"Gadis dalam foto itu takut. Tentang masa lalunya dan masa depannya. Dia takut untuk mencintaimu. Itu bukan diriku. Aku tidak takut lagi. Masa laluku lah yang menjadikan diriku seperti sekarang. Masa depanku... sebagai mana aku bisa menghabiskannya bersamamu, maka aku tidak sabar untuk menjalaninya. Aku akan baik-baik saja, Jimin. Aku tidak akan... hilang akal. Banyak yang harus kukatakan padamu."

Aku sudah tahu tapi aku ingin mendengar Yeorin memberitahuku. Aku ingin tahu pikirannya. Aku tahu dia telah bertemu dengan kedua orang tua kandungnya, dan aku ingin mendengar semua tentang itu.

Aku berjalan ke arahnya dan mengulurkan tangan serta meraih tangannya. 

"Aku selalu tahu kau akan baik-baik saja. Aku bersamamu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku di sini untuk menjadi kuat saat kau lemah."

"Dan aku mencintaimu untuk itu. Tapi terkadang aku ingin menjadi yang kuat. Aku tidak selalu ingin menjadi yang lemah."

"Aku hanya menginginkanmu. Dengan cara apa pun aku bisa memilikimu. Tapi aku senang kau bahagia. Aku senang kau merasa kuat. Aku ingin kau bahagia dengan dirimu sendiri. Karena kau membuat hidupku luar biasa."

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang