21

74 13 0
                                    

Jimin.

Yeorin memakan sandwichnya dalam diam. Dia agak fokus pada makanannya sejak makanan itu sampai di meja. 

Aku mengalami kesulitan makan karena melihatnya lebih menghibur. Dia menepuk mulutnya dengan serbet dan matanya terangkat menatap mataku. Pipi memerah dan matanya berbinar.

"Aku kelaparan. Golf membuat ku lelah dan aku tidak yakin mengapa aku sangat buruk dalam hal itu,” jelasnya sambil menurunkan serbet ke pangkuannya.

“Apakah hari ini pertama kali kau bermain golf?” Tanyaku, mencoba menahan reaksi langsung cemburu ku terhadap fakta bahwa Jungkook mengajaknya bermain golf hari ini.

"Iya. Aku ingin belajar bermain dan Jungkook ingin aku pergi bersamanya hari ini, jadi aku pergi. Tapi ku pikir aku kehilangan begitu banyak bola golfnya, dia menyesalinya."

Kali ini aku tertawa. 

Aku tahu Jungkook tidak menyesali satu menit pun. Aku hanya berharap dia memiliki cukup kenangan untuk menahannya selama sisa hidupnya karena itulah satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan Yeorin sendirian seperti itu. 

"Kau hanya butuh instruktur yang baik," jawab ku.

Yeorin mencubit bibirnya sambil mengerutkan kening. Lalu dia menggelengkan kepalanya. 

“Tidak, aku putus asa. Aku tidak berencana membuang-buang waktu mu."

Kesempatan untuk memeluknya dan mengajarinya mengayunkan tongkat kemudian berdiri dan mengawasi pantatnya saat dia melakukannya bukanlah membuang-buang waktu. Aku menyimpan pikiran itu untuk diriku sendiri.

"Kita lihat saja," hanya itu yang ku katakan.

Pelayan membawakan bill kami, aku menyelipkan cukup uang untuk menutupi makanan dan tip yang layak sebelum berdiri dan mengulurkan tangan ku ke Yeorin. 

Aku lelah berada di depan umum dengannya. Aku ingin mendapatkan dia sendiri. Ada banyak hal yang ingin ku katakan tetapi pertama-tama aku harus memeluknya. Sudah terlalu lama.

“Kemana kita akan pergi sekarang?” tanyanya sambil berdiri di sampingku.

"Tempatku. Aku ingin kau melihatnya. Terutama pemandangannya. Apakah itu tidak apa-apa?"

Yeorin mengangguk dan aku mencoba menjadi baik. Itu sulit. Gambar dia telanjang di seprai ku tidak akan hilang. Aku ingin dia di sana.

"Aku ingin melihat tempatmu."

Kami berjalan kembali ke luar, ke mobil ku. Yeorin naik ke kursi penumpang dan aku bahkan tidak berpura-pura seperti aku tidak memeriksa pantatnya dengan celana pendek putih kecil yang dia kenakan. 

Tidak ada garis celana dalam dan gagasan bahwa dia tidak mengenakan apa pun di bawahnya membuatku berkeringat. Aku perlu memikirkan hal lain. Ada hal lain atau aku akan menjadi keras seperti batu dan sangat tidak nyaman.

“Berapa lama Jungkook di sini?” 

Ingatkan diriku bahwa dia berbagi apartemen dengan pria lain. Seseorang yang pasti menginginkannya juga.

“Dia tidak mengatakannya dengan tepat. Ku pikir dia baru saja siap untuk pindah dari Daejon dan kembali ke sini sebelum petualangan berikutnya.” 

Cara Yeorin berbicara tentang kehidupan Jungkook seutuhnya masuk akal mengingatkan ku bahwa dia menjalani kehidupan seperti Jungkook. Satu yang tidak aku mengerti. Tetapi jika ayah memecat ku, aku akan sama tersesatnya seperti mereka. Meninggalkan kota bersama Yeorin sepertinya bukan ide yang buruk.

Ponsel ku berdering di saku dan aku tahu tanpa menjawab bahwa itu adalah ayah ku. Hana membutuhkan waktu lebih lama dari yang kuharapkan untuk menyampaikan kabar kepadanya bahwa pertunangan telah berakhir. Rencana besarnya hancur.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang