Jimin.
Aku menyalakan pancuran, lalu meraih Yeorin.
Bintik-bintik darah masih terlihat di wajahnya. Yeorin mencoba membersihkannya tetapi dia meninggalkan beberapa bukti. Memar terbentuk di wajahnya dan bilah rumput di rambutnya menempel pada kekacauan yang kusut itu.
Yeorin tidak mengizinkan ku menelepon polisi. Dia menangis dan memohon agar aku tidak marah. Aku akan membunuh Hana dengan tanganku sendiri. Dia menyakiti hal yang paling berharga dalam hidupku dan dia akan membayarnya. Aku akan memastikan dia membayarnya. Tapi saat ini aku harus menjauhkan Yeorin dari pikirannya.
Aku meraih bajunya dan mulai mengangkat kain itu ke atas kepalanya ketika dia berteriak kesakitan.
Aku membeku. "Ada apa, Rin?"
"Tulang rusukku," katanya dengan bisikan.
Sial.
Aku memaksakan diri untuk tenang. Kemarahan yang menggulung ku semakin parah. Aku akan meledak. Baju yang Yeorin kenakan rusak. Noda darah dan rumput membuatnya tidak bisa diperbaiki. Aku mengulurkan tangan dan meraih garis leher, lalu merobeknya dengan satu gerakan cepat.
Kain jatuh ke tanah di belakangnya dan mataku menemukan kulit yang memar, yang terlalu berlebihan. Melihat memar gelap menutupi sisi tubuhnya membuatku patah.
Aku telah membiarkan ini terjadi padanya.
Aku telah meninggalkannya sendirian dan membiarkan penyihir itu masuk ke dalam hidup kita.
Ini salahku.
Lututku menyerah dan aku jatuh di hadapannya. Mengetahui bahwa dia terluka begitu banyak. Isak tangis yang memenuhi kamar mandi adalah tangisku.
"Jimin, tolong jangan menangis," suaranya yang manis memohon.
Tangan Yeorin membelai kepalaku dalam usahanya untuk menghiburku. Bukan aku yang diserang. Dia yang memar dan berlumuran darah tapi akulah yang berlutut, menangis.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," Yeorin mencoba meyakinkanku.
Dia kesakitan dan dia mengkhawatirkan ku. Aku adalah seorang pria, sialan. Aku tidak bisa memisahkannya, aku yang harus merawatnya, bukan sebaliknya.
Aku memaksakan diri untuk berdiri dan fokus membuka pakaiannya. Aku perlu membersihkan Yeorin. Aku harus mengobatinya. Menyingkirkan rasa sakit itu.
"Jimin?" Suaranya lembut dan tidak yakin.
Aku tahu air mata masih membasahi wajahku tanpa suara. Sepertinya aku tidak bisa menghentikannya. Aku mencoba namun air mataku tidak mau berhenti.
"Aku perlu membersihkanmu. Biarkan aku membersihkanmu," kataku, akhirnya mengangkat mataku untuk menatap matanya.
Yeorin tidak akan meninggalkanku lagi. Tatapan sayu yang tadi kulihat di matanya telah hilang. Aku membawanya kembali bersamaku.
"Oke," katanya singkat, dan melangkah ke kamar mandi.
Aku membuka pakaian dan mengikutinya ke dalam. Dia tidak berdiri di bawah air hangat.
"Aku perlu mencuci rambutmu," kataku padanya, bergerak mendekati tubuhnya dan mengelus lengannya dengan tanganku.
"Bersikaplah lembut dengan kepalaku," katanya.
Kepalanya?
Apa yang dilakukan Hana pada kepalanya?
"Ada apa dengan kepalamu, Rin?"
Dia mengalihkan pandangannya dari mataku saat dia menatap ke lantai marmer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Perfection
Romance(completed) Kehidupan di luar rumahnya adalah pengalaman baru bagi Kim Yeorin. Rahasia gelap masa lalunya bukanlah sesuatu yang ingin dia bagi dengan siapa pun. Mereka tidak akan pernah mengerti. Tidak ada yang akan pernah cukup dekat untuk mencar...