16

82 12 20
                                    

Yeorin.

Pergeseran makan siang sangat brutal pada hari Minggu. 

Ku pikir hanya di Incheon setiap orang yang memiliki denyut nadi menghadiri gereja. Aku salah. Daegok mempunyai hal yang sama. 

Tepat pukul 12:05, pintu air dibuka dan setiap meja di ruang makan sudah penuh menunggu di depan pintu.

Aku bertanya-tanya mengapa aku tidak ditempatkan pada shift makan siang untuk hari Minggu sebelumnya. Ini menjelaskannya. Ini untuk mereka yang sudah 'pro saja'. 

Aku bersandar ke dinding di dapur dan menyingkirkan rambut rontok dari wajahku. Entah bagaimana kami bisa selamat. Meja terakhir baru saja selesai dan membayar tab mereka.

“Satu-satunya hal yang baik tentang hari Minggu adalah tipnya. Aku bersumpah akan berhenti setiap minggu jika sudah berakhir. Lalu aku hitung uang ku,” kata Hyunseok sambil mengedipkan mata dan mengeluarkan gulungan uang yang telah dia selipkan di sakunya.

"Daebak," aku setuju.

Hyunseok terkekeh. "Ya. Untunglah, ini sudah berakhir. Kau bisa pulang ke rumah."

Rumah. 

Apartemen Jungkook bukanlah rumahku. Dan hari ini aku tidak yakin aku akan tinggal di sana lebih lama lagi. Aku berharap tip ku benar-benar bagus karena aku mungkin perlu berkemas dan berangkat. 

Jungkook menelepon tadi malam untuk memberi tahu ku bahwa dia akan pulang untuk berkunjung. Aku tidak tahu apakah itu berarti dia ingin aku pindah sekarang. Atau dia mengharapkan kami berbagi apartemen.

Aku mengalami mimpi buruk dan banyak malam aku bangun sendiri sambil berteriak. 

Berbagi apartemen dengan Jungkook sepertinya bukan ide terbaik. Tapi meninggalkan Daegok juga tidak terdengar menarik. Aku suka di sini. Aku menyukai Jihwan dan Hyunseok, aku juga menyukai… Jimin.

“Yeorin berhenti mengerutkan kening. Sudah waktunya pulang," kata Hyunseok dengan suara menggoda saat dia berjalan di dekat ku dan melemparkan celemeknya ke dalam keranjang kotor.

Aku berhasil tersenyum dan mengangguk.

"Sepertinya aku perlu tidur siang," jawabku dan melepas celemekku juga. 

Aku tidak akan tidur siang. Ada kemungkinan besar Jungkook akan ada di sana saat aku kembali. Jika tidak, dia akan datang hari ini.

“Aku punya kencan yang panas. Tidak ada waktu untuk tidur. Sampai jumpa besok pagi," seru Hyunseok saat meninggalkan dapur.

Aku mengikutinya. Begitu aku berada di luar Hotel, aku menarik rambut ku dari sanggul tempat aku memutarnya dan membiarkannya menggantung, karena itu membuatku pusing. Aku tidak terbiasa dengan rambut ku ditarik ke belakang begitu erat.

Suara pintu mobil dibanting menarik perhatian ku dan aku berbalik untuk melihat mobil Jimin diparkir di ruang yang telah dicadangkan. Tunangannya sedang mengintai di belakang mobil dengan api di matanya.

“Hanya satu kali makan, Jimin. Benarkah? Kau tidak bisa bermain bagus untuk satu kali makan? Apa yang salah denganmu? Apakah kau begitu membenciku sehingga kau bahkan tidak bisa bersikap sopan kepadaku di depan orang tua kita?” Suara melengking nyaring terdengar di tempat parkir. 

Itu bukan urusan ku dan aku harus masuk ke mobil, pergi. Tapi aku tidak bisa. Mataku tertuju pada Jimin saat dia keluar dari mobil. Dia tampak kesal.

“Kau mendapatkan apa yang kau inginkan. Kau, dan ayah kita, menang. Aku mengalah dan menyetujui ini. Tapi aku tidak menginginkannya. Aku tidak akan pernah menginginkannya." Nada bosan dalam suara Jimin hampir terlalu rendah untuk kudengar. 

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang