63

73 8 4
                                    

Yeorin.

Namanya Soojin. Saat dia melahirkanku, itu adalah Lee Soojin. Dia menikah ketika dia berumur dua puluh dua tahun. Aku akan berusia enam tahun tahun waktu itu. Dia menikah dengan pria yang dia temui di tahun pertamanya di perguruan tinggi. Mereka langsung jatuh cinta. Mereka punya dua anak. Hari ini aku akan bertemu dengannya. Dan jika semua berjalan lancar, aku akan bertemu dengan keluarganya.

Aku berada di saat yang tidak nyata. Salah satu yang sepertinya tidak bisa ku keluarkan. Wanita sakit jiwa yang membesarkan ku bukanlah ibu kandung ku. 

Aku tidak akan menjadi dia. Wanita yang melahirkan ku adalah seorang guru. Dia adalah seorang ibu dan istri.

Dan kakak ku. Dia juga telah diadopsi. Aku tidak mengingatnya, tetapi dia telah menjadi bagian terbesar dalam hidup ku.

Ibu ku menjadi gila setelah kehilangan dia dan ayah ku. Dia bukan ayah kandung ku dan dia baru saja menjadi ayah angkat ku sebelum dia dibunuh. Ada begitu banyak yang dikatakan ibu kepadaku yang tidak mungkin benar. Dia mengatakan dia sedang menyusui ku dan membuat ku percaya dia mengalami depresi setelah aku lahir. Tapi dia tidak hamil. Dia tidak melahirkan ku. Semua itu tidak benar. Aku tidak tahu apa yang benar, lagi.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Seonjoo saat dia berkendara di jalanan Seoul yang sibuk. 

Soojin sedang berkendara bersama keluarganya ke Seoul. Kami bertemu di kedai kopi yang diketahui Seonjoo. Aku belum yakin bisa makan bersama wanita ini. Aku juga tidak yakin harus bertanya atau mengatakan apa padanya. Ada begitu banyak yang ingin ku ketahui, tetapi begitu banyak yang tidak ku ketahui.

"Dia tidak tahu tentang apa pun. Aku tidak memberitahunya. Aku menemukannya, tapi aku tidak merasa itu adalah ceritaku untuk dibagikan."

Aku juga tidak yakin akan memberitahunya tentang hidupku. 

"Bagaimana jika aku tidak tahu harus berkata apa setelah aku melihatnya?"

"Kalau begitu jangan katakan apa-apa. Lakukan apa yang membuatmu nyaman. Jika hari ini yang kamu siapkan hanyalah 'halo', maka itulah yang akan kita lakukan. Jika kau menginginkan lebih, kita akan mengatur untuk bertemu dengannya lagi."

Seonjoo selalu membuat segalanya terdengar begitu mudah. Wanita ini telah memasukkan keluarganya ke dalam mobil dan pergi ke Seoul untuk menemui ku. Aku harus mengatakan lebih dari halo. 

"Kau tidak mau ikut denganku?" Tanyaku lagi. 

Seonjoo telah memberi tahu ku bahwa aku harus melakukan ini sendiri. Itu adalah kesempatan ku untuk membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku kuat. Bahwa aku berani dan tidak membutuhkan seseorang untuk memegang tangan ku. Meskipun saat ini aku berpikir aku membutuhkan seseorang untuk memegang tanganku. Aku sangat ketakutan.

"Jangan lakukan ini padaku. Aku ingin pergi denganmu. Aku benci ide kau pergi sendiri, tapi ini untukmu, Yeo."

Dia benar. Seonjoo selalu benar. Aku mengangguk. "Aku tahu, terima kasih."

Aku melihat dia menarik mobil ke tempat parkir di depan kedai kopi kecil yang unik. Ada meja di luar dan di dalam. Kerumunan itu tidak banyak dan aku mengenali wanita yang melahirkan ku dari foto yang ditunjukkan Seonjoo kepada ku, duduk di meja di halaman di sebelah kiri gedung. 

Dia memegang secangkir kopi di tangannya dan dia memutarnya dengan gugup. Ini juga menakutkan baginya, kurasa. Tapi dia pemberani. Dia di sini sendirian.

"Itu dia," kata Seonjoo, menunjuk ke arah Soojin.

"Aku melihatnya," jawabku, dan meraih pegangan pintu.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang