34

54 12 16
                                    

Yeorin.

Aku menghabiskan sisa kemarin dengan meringkuk di pangkuan Jimin sementara kami duduk di teras depan dan mengamati laut. 

Kami tidak banyak bicara. Kami baru saja berpelukan. Aku telah berusaha keras untuk membiarkan diriku mempercayainya dan dia meyakinkan ku dengan kata-kata sesekali.

Hari ini aku menyetel alarm karena aku memiliki jadwal untuk bekerja pada shift sarapan dan aku tidak melewatkan hari lain karena Jimin berpikir dia perlu memanjakan ku. 

Aku gadis dewasa dan aku bisa menghadapi banyak hal. Dia telah membawaku ke tempat kerja dan menciumku beberapa kali sebelum meninggalkanku sehingga aku bisa bersiap-siap di dapur. Dia terlambat bekerja di kantornya dan dia berjanji kepada ku bahwa dia akan bekerja di sana hari ini dan tidak melayang di atas ku.

Sudah banyak mengemis tapi dia setuju. Aku berjalan ke dapur untuk melihat seorang wanita cantik berbicara dengan Hyunseok. Dia mengusap perutnya dan membujuk bayi di dalam. Dia mengangkat matanya untuk bertemu denganku dan senyum tulus menyentuh bibirnya. Aku langsung penasaran.

"Halo," katanya dan suaranya mengingatkan ku pada madu yang hangat, nada halus tetapi memiliki aksen. 

Aku tidak yakin bagian dia. Mataku menangkap berlian besar di tangannya. Dia harus menjadi anggota di sini. Tapi kenapa dia datang ke dapur bersama Hyunseok?

“Halo,” jawab ku.

Hyunseok balas menatapku dan menyeringai. “Senang kau kembali, Yeo. Kemarin pergi sia-sia tanpamu."

Aku membalas senyumannya tapi ketertarikanku kembali pada wanita itu.

“Yeorin, ini Eunbi. Dia sahabat-ku yang kabur dan meninggalkanku demi pria lain. Salah satu yang tidak bisa ku salahkan karena dia pria yang seksi. Eunbi-ya, ini Yeorin. Dia mungkin merayu bosnya."

"Hyunseok!" kami berdua berkata pada saat bersamaan. 

Aku tidak percaya dia mengatakan itu. Aku tidak tahu siapa Eunbi ini.

“Jimin kan? Bos itu?" Eunbi bertanya dengan seringai nakal.

Aku menyukainya.

“Tentu saja, Jimin. Gadis itu punya selera. Dia tidak akan merayu orang tua sialan itu."

“Maukah kau berhenti mengatakan 'merayu'?” Aku bisa merasakan wajahku memanas.

“Hyunseok seharusnya tidak mengatakan itu kepada ku, tetapi karena dia melakukannya, dapat ku katakan, Jimin adalah pria yang hebat. Jika kau hanya merayu dia, maka kau memilih yang bagus.”

Aku tidak percaya kita membicarakan hal ini. Aku memaksakan senyum. "Terima kasih."

Eunbi berseri-seri padaku seolah dia senang mendengar aku mungkin melakukannya dengan Jimin. 

Aku bertanya-tanya apakah mereka berteman. Aku hampir merasa cemburu sampai aku ingat perutnya yang besar dan berlian yang sangat besar. Dia sudah ada yang punya, mungkin dia sudah menikah.

“Jika minggu ini aku tidak melahirkan bayi ini, mungkin kita bisa berkumpul dan makan siang.” 

Aku menatap perutnya lalu kembali menatap wajahnya. Sangat mungkin dia akan melahirkan sebentar lagi. Dia kecil kecuali bola basket di perutnya.

"Kedengarannya bagus,” jawab ku.

"Kim Yeorin," sebuah suara keras memanggil namaku dan aku berbalik untuk melihat seorang polisi berdiri di pintu masuk dapur.

“Ya,” jawab ku. 

Terakhir kali seorang polisi datang mencari ku tidak berakhir dengan baik. Ketakutan yang menyertai ingatan itu membuatku membeku di tempat. Aku tidak suka petugas polisi.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang