47

58 9 37
                                    

Yeorin.

Aku menatap ponselku setelah berbicara dengan Jimin. 

Dia telah menelepon ku empat kali hari ini untuk memeriksa ku. Sudah seperti ini sepanjang minggu. 

Sejak Hana menyerang, dia takut meninggalkan ku. 

Dia punya Hotel untuk dijalankan tetapi dia terus menelepon ku. 

Aku ingin mendapatkan pekerjaan lagi dan dia panik, memohon padaku untuk tidak melakukannya. Jimin bilang dia tidak bisa fokus pada pekerjaan jika dia mengkhawatirkanku.

Kami terhenti. 

Ini tidak sehat. 

Jimin harus bisa hidup tanpa mengkhawatirkanku. Aku harus bisa hidup. Sifat protektifnya mulai membekapku dan aku terlalu mencintainya hingga menyakitinya dengan mengatakan sesuatu tentang itu.

Aku akan mengalami saat-saat buruk. Aku kadang akan menyelinap ke dalam kepalaku dan dia tidak selalu ada untukku. Aku hanya tidak tahu bagaimana membuatnya memahami ini dan menerimanya. 

Bagaimana kami dapat membuat hubungan ini berhasil? 

Tidak mungkin selamanya, kan.

Aku menginginkan ini selamanya, tetapi Jimin pantas mendapatkan lebih banyak lagi. 

Aku menahannya. 

Hubungan ini akan menghancurkannya.

Aku akan menghancurkannya. Aku merasa mual. Aku membiarkan ini terjadi. Aku membiarkan diriku jatuh cinta padanya tanpa daya. Aku membiarkan diriku percaya dia bisa memperbaiki ku. Bahwa kita bisa memperbaiki ku. Tapi itu tidak terjadi.

Ponsel ku berdering dan aku melihat ke bawah untuk melihat nomor Jungkook.

Dia tidak menelepon selama dua minggu. Aku berpikir untuk memberi tahu Jimin bahwa Jungkook melapor padaku beberapa kali sebulan, tapi aku belum menemukan kata yang tepat untuk menjelaskannya. 

Jimin tampak cemburu pada Jungkook. Dia tidak punya alasan untuk itu, tapi Jimin tetap cemburu. Aku tidak ingin memberinya sesuatu yang lain untuk dikhawatirkan.

"Halo," kataku sambil meregangkan kaki di depanku di pantai berpasir.

"Bagaimana kabarmu?"

"Bagus, kurasa," jawabku.

"Ku tebak? Kedengarannya tidak bagus."

"Hana memukuliku, Eunbi mengancam akan mematahkan lehernya dan membuat dia takut. Jimin sekarang lebih protektif daripada sebelumnya dan dia selalu mengkhawatirkanku."

Jungkook terdiam sesaat. Aku membiarkan dia mencerna kata-kataku.

"Sialan. Eunbi bisa membunuh dengan kakinya."

Aku tertawa. Itu tanggapannya terhadap apa yang baru saja ku katakan padanya?

"Maaf. Kurasa bukan itu intinya. Tapi sialan, aku tidak bisa membayangkan gadis kecil seksi itu melakukan dollyo chagi."

Jungkook selalu berhasil membuatku tertawa, dan dia membuatku lupa sejenak bahwa dadaku akan meledak karena kesakitan.

"Terima kasih," kataku.

"Untuk apa?"

"Membuatku tertawa," jawabku.

"Kapan saja."

Kami duduk di sana lagi untuk beberapa saat dalam diam.

"Dimana kau sekarang?" Tanyaku, tahu dia sedang dalam perjalanan.

Twisted PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang