Tahun 845
Pada hari itu, umat manusia mendapat peringatan. Kami hidup dalam ketakutan akan para raksasa. Tapi ini bukan kisah perjuangan umat manusia melawan para raksasa. Ini hanyalah selipan kisah sederhana diantara pejuang yang melindungi umat manusia
Dikejutkan dengan kepala raksasa muncul di balik dinding setinggi 50 meter. Untuk pertama kalinya dalam 100 tahun dinding Shingashina dihancurkan oleh raksasa yang tingginya melebihi tinggi dinding dengan sekali tendangan. Semua warga Shingashina berlarian menuju gerbang dinding Maria untuk menyelamatkan diri. Gemuruh suara bangunan yang beradu dan teriakan manusia untuk meminta tolong semakin nyaring. Meriam yang dilancarkan dari gerbang dinding Shingasina untuk menyerang raksasa terasa sia-sia
Belum hilang keterkejutan orang-orang dengan raksasa yang tingginya melebihi dinding. Masuklah raksasa yang berbeda dari kebanyakan. Tak lama raksasa itu membuat suara langkah kaki yang sangat keras. Badannya dipenuhi semacam perisai yang melekat di tubuhnya. Gerakannya jauh lebih gesit namun bukan raksasa abnormal, gerakannya terarah menuju gerbang. Suaranya semakin kencang dan cepat mendekat dinding dalam Maria. Kepanikan Prajurit Penjaga tidak bisa terbendung memilih kabur ketimbang melakukan perlawanan dengan meriam yang tak pernah mereka gunakan.
Masih belum bergeming, hingga warga dekat dengan dinding Maria melihat raksasa yang menghancurkan dinding langsung berteriak menyelamatkan diri
Petra tinggal berada di dekat dinding dalam Maria, menyadari suara gemuruh seperti suara bangunan yang dirobohkan. Seketika, ayah Petra berlari panik berteriak pada Petra dan istrinya, "Segera keluar rumah, dinding Maria sudah dirobohkan oleh raksasa". Tidak ada waktu untuk mempersiapkan diri, sekalipun terkejut.
Jalanan penuh sesak dengan semua orang yang berlari panik menyelamatkan diri. Petra menggenggam tangan ayah dan ibunya agar tidak terjatuh dan terpisah. Kerumunan dari belakang semakin kencang berlari mendapati di belakang sudah ada banyak raksasa yang sudah memasuki dinding Maria.
Melihat itu, Petra seakan mematung sebentar melihat kejadian yang mengerikan pertama kali dalam hidupnya. Ayahnya menyadarkan Petra dengan menyeretnya dengan genggamannya lebih kencang. Merekapun terus berlari hingga dekat dengan antrian kapal penghubung yang penuh orang yang berebut menaiki kapal.
Polisi Penjaga Dinding berteriak kencang agar antrian menjadi tertib namun tidak dihiraukan oleh warga karena kepanikan. Dari kejauhan, ada satu raksasa yang mendekat ke arah antrian kapal penghubung, warga semakin mendorong-dorong antrian agar bisa menaiki kapal secepatnya. Beberapa ada yang terjatuh ke dalam sungai karena terdorong.
Petra terasa sesak terkena himpitan dari belakangnya, namun kemudian Petra merasa ada sesuatu yang melewati di atas kepalanya. Dari belakang ada seseorang yang berteriak "itu kapten Levi, prajurit terkuat umat manusia"
Dia seseorang dari Pasukan Pengintai dengan ciri khas jubah berwarna hijau dengan lambang sayap hitam dan putih di belakangnya bergerak cepat menuju badan raksasa itu. Dia langsung mengincar leher belakang raksasa tersebut seketika raksasa itu jatuh dan mengeluarkan asap.
Warga yang melihatnya tertegun dengan kemahiran dia yang bisa membunuh raksasa dengan sekali tebas, begitu pun Petra memandang dengan kagum sosok pelindung umat manusia.
Dia kembali ke dekat kapal dan berteriak kepada Polisi Penjaga Dinding "Segera evakuasi warga, lamban. Aku akan menjaga daerah sini". Prajurit Penjaga Dinding hanya tergagap menurut dan kembali meneriaki warga.
Tak lama, Petra dan orang tuanya sudah menaiki kapal penghubung menuju dinding Rose. Diatas kapal orang-orang terdiam mematung. Hanya suara tali derek kapal dan suara dari kejauhan meriam yang ditembakkan. Perasaan mereka pasti sudah meliputi rasa takut dan sedih yang berkecamuk. Petra tertunduk sambil menggenggam tangan kedua orang tuanya. Beruntung masih selamat dan diselamatkan oleh pejuang terkuat itu.
Setibanya di dinding Rose, Petra dan orang tuanya berjalan kaki menuju distrik Calanes, tempat Ayah Petra berasal, sisi timur yang berbatasan dengan dinding Rose. Disana masih ada nenek dan pamannya. Petra dan orang tuanya akan berada tinggal disana untuk sementara waktu.
--
Keesokan harinya, Petra terbangun dari tidurnya. Badannya terasa masih letih akibat kejadian itu namun mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya untuk melihat keadaan orang tuanya. Di ruang tengah hanya ada nenek Ral dan paman Ral yang sedang di meja makan sarapan pagi
"Istirahatlah lebih lama lagi Petra, biar nanti sarapannya diantarkan ke kamarmu", ucap nenek Petra
Petra menggeleng pelan, "Petra sudah tidak apa-apa, nek. Hanya sedikit lelah dan ingin tau keadaan ayah ibu"
"Ayah dan ibumu masih beristirahat di kamarnya, biarkan mereka beristirahat dulu"
"Baik nek. Petra tidak akan mengganggu." Sambil menarik kursi untuk duduk meminum air putih. "Sudah lama sekali Petra tidak bertemu nenek dan paman di sini"
Paman Ral menanggapi, "Dulu Petra masih kecil, sering paman gendong dan ajak bermain kejar-kejaran hingga Paman kelelahan tapi Petra masih tertawa memaksa bermain lagi"
"Itu Petra masih umur 5 tahun, paman. Sekarang Petra sudah umur 16 tahun" sambil menatap gelasnya
"Apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Petra?" tanya Paman Ral yang sudah menghabiskan sarapannya
"Itu... Petra ingin membicarakan hal itu kepada ayah dan ibu dulu"
Dalam batin Petra, semenjak kejadian itu Petra kagum dengan sosok yang disebut prajurit terkuat umat manusia dan mengubah pilihan hidupnya yang ingin menjadi prajurit. Pikiran yang terngiang-ngiang terus di kepalanya sewaktu perjalanan menuju rumah neneknya.
"Baiklah kalau begitu. Paman mau berangkat ke ladang dulu. Titip jaga nenek ya Petra" Pamannya berdiri dari duduknya dan membereskan alat makannya.
--
Sorenya, Petra mengajak ayah dan ibunya untuk duduk bersama. "Ada hal yang ingin Petra sampaikan ke ayah dan ibu"
Ayahnya menjawab, "Apa itu nak?"
"Izinkan Petra tahun ini masuk akademi prajurit untuk menjadi Pasukan Pengintai, Ayah Ibu"
Mendengar ucapan Petra, Ayah Ibunya tertegun.
Ibunya menanggapi "Kau ini anak perempuan. Kau adalah anak satu-satunya, kenapa kau memilih jalan yang sulit"
"Petra ingin melindungi ayah ibu juga umat manusia"
Ayah Petra terdiam sejenak dan memandangi anak semata wayangnya.
Ayah Petra mengenggam tangan anaknya "Sering seringlah berkirim pesan kepada kami ya Nak. Ayah tak ingin menghalangi apa yang jadi keinginanmu bila keinginanmu itu sudah kuat. Kau pasti bisa bertahan nak"
Ibunya Petra memandang kaget kepada suaminya mengapa dengan mudahnya memberikan izin anaknya. Ayahnya berucap pada istrinya "Sudah saatnya anak kita memilih kehidupannya sendiri"
Ibunya mengelak "Bagaimana ayah ini, anak kita akan menghadapi raksasa bila sudah bertugas di luar tembok. Apakah ayah tidak takut kalau anak kita akan ..." ibunya langsung tidak ingin melanjutkan ucapannya dan menangis
Ayahnya menepuk pelan pundak istrinya menenangkan, "Bukankah kemarin kita menghadapi hal yang sama. Beruntung kita masih bisa selamat. Iya, kan"
Petra memeluk ibunya menenangkan, "Ibu, ini pilihan Petra. Petra akan berjuang. Izinkan Petra bu"
Ibunya membalas pelukan Petra denggan erat merasa tak ingin melepas anaknya namun mendengar alasan suaminya tadi, ibunya begumam pelan, "Baiklah nak, ibu izinkan"
Petra memeluk erat pelukan ibunya, senang diizinkan untuk masuk akademi yang dinantikannya. Mengingat sosok pejuang yang ingin Petra temui
===============================
#Canon: umur Petra secara official tidak disebutkan dan yg beredar saat ini adalah info yg salah
Bila dengan asumsi Petra masuk akademi umur 13th (sama seperti Eren) maka umur saat arc female titan Petra berumur 20th
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story: Petra Ral
FanfictionMungkin perasaanku pada kapten Levi bertepuk sebelah tangan. Aku pun tidak berani bertanya untuk memastikannya. Tapi setidaknya aku yakin dengan perasaanku dan terus berada disampingnya hingga nafas terakhirku -- Cerita ini pengembangan dari cerita...