Note: untuk kata kapten Levi POV dari Petra dan kata Levi berarti POV dari Levi itu sendiri
______________________________________
Petra membawakan baki berisi teko teh, dua cangkir dan sepiring kecil biskuit hadiah darinya untuk kapten Levi. Menyajikan di hadapan kapten Levi yang tadinya sedang membaca, begitu Petra datang ia langsung menutupnya. Aroma teh hitam pekat kesukaan kapten Levi dituang ke cangkir baru pemberian Oluo dan Gunter.
Levi menyesapnya, seperti biasa teh buatan Petra terasa nikmat. Bagi seseorang yang memiliki keahlian dalam meracik teh, Petra berada di urutan nomor dua setelah dirinya sendiri. Levi sematkan predikat itu karena mungkin terbiasa dengan teh buatan Petra. Setiap harinya ia dimanjakan dengan kenikmatan sensasi pahit teh sebagai penghilang stres dikala berkas laporan 'sialan' yang selalu dikirim ke militer pusat atas kinerja Pasukan Pengintai yang dianggap tak memiliki pencapaian, sebagai pencuci mulut setelah makan malam buatan anggota laki-laki di dalam squadnya yang sangat kacau rasanya, dan sebagai saksi bisu dari percakapan puluhan malam bersama Petra yang didalamnya selalu ada kehangatan. Sehangat teh yang ia sajikan.
"Aku belum membalas apapun dari hadiahmu" ucap kapten Levi setelah meneguk teh.
Petra meletakkan cangkirnya dan meletakkan tangan di atas pahanya siap mendengarkan. Kebiasaan Petra yang sopan saat lawan bicaranya sedang berbicara, dia akan menghentikan pekerjaannya untuk memperhatikannya. Petra memiringkan kepalanya, "Bukankah kapten memberiku pastry buah itu?"
"Itu tidak terhitung sebagai hadiah. Bahkan saat ulang tahunmu, aku diberikan hadiah olehmu"
"Oh itu, tak masalah kapten. Aku tidak memintamu untuk membalasnya" Petra tersenyum seakan-akan memang tidak mempermasalahkan hal itu.
Levi memiliki kepekaan terhadap kepalsuan senyum yang dipasang Petra kali ini. Mungkin karena statusnya sebagai atasan yang terus memperhatikan anak buahnya.
"Kau boleh tidak ikut latihan besok" Levi memikirkan hanya sebatas itu karena tidak bisa mengetahui memberikan kado apa yang cocok untuk seorang perempuan.
"Jangan begitu, kapten. Kita akan ada tugas menjaga kadet akademi di pelatihan kerjasama tingkat luar biasa. Kita harus berjaga-jaga dengan melatih diri" Petra bersikukuh dalam pendapatnya.
"Aku memberikan waktu untukmu meluangkan waktu untuk dirimu sendiri"
"Benarkah, kapten?"
Levi mengangguk seraya menyesap teh. Petra nampak menimbang-nimbang perkataan kapten Levi dengan kepala yang tertunduk.
"Ada yang salah?"
"Hmm, aku tidak bermaksud untuk menolak pemberian kelonggaran latihan dari kapten. Hanya saja kalau aku sendirian yang berkeliling kota dan meninggalkan rutinitas sebagai prajurit, aku merasa tak nyaman dengan yang lainnya"
Levi terdiam, ia tak pernah meragukan tekad anak buahnya dalam mengabdikan jantungnya demi umat manusia tapi ia juga tak bermaksud untuk terus menerus keras pada anak buahnya dalam latihan meski memang kemampuan prajurit dibawah komando squad elitenya harus berada diatas rata-rata prajurit lainnya.
"Baiklah, kita semua akan cuti. Aku yang akan mengajukan cuti pada Erwin. Kau hanya perlu mengatur jadwal dan kemana saja kita pergi"
"Itu artinya kita berlibur, kapten?"
"Iya, esoknya kalian harus menunjukkan performa terbaik dalam latihan"
"Itu terdengar sebagai ancaman kapten" sindiran Petra yang tak pernah buat Levi marah karena perkataan Petra tidak ada salahnya. "Ya tapi memang seharusnya begitu tujuan dari liburan kan. Seperti halnya menarik napas saat berenang, agar bisa mencapai garis akhir" imbuh Petra tersenyum dengan semangat kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story: Petra Ral
FanfictionMungkin perasaanku pada kapten Levi bertepuk sebelah tangan. Aku pun tidak berani bertanya untuk memastikannya. Tapi setidaknya aku yakin dengan perasaanku dan terus berada disampingnya hingga nafas terakhirku -- Cerita ini pengembangan dari cerita...