Kesembilan

375 48 32
                                    

Pagi-pagi sekali Petra hendak pamit pulang ke rumah kepada kapten Levi. Namun kapten Levi tidak ada di manapun. Tadi malam, Petra dan teman-temannya pulang terlebih dahulu ke markas mereka karena kapten Levi masih menyapa tamu-tamu lainnya. 'Mungkin kapten Levi menginap di markas utama'

Kesempatan bagi Petra, ia meletakkan kotak di atas meja kerja kapten Levi yang dari kemarin ia bawa dan berjalan meninggalkan markas pamit dengan yang lainnya.

Sampailah Petra di rumahnya. Ayah dan ibunya sudah menanti di depan pintu, menyambutnya dengan pelukan dan ciuman. 'Pastilah mereka sangat rindu' "Selamat datang pejuang. Untunglah kau kembali dengan selamat" sapa ayahnya yang kini menggenggam tangan putrinya.

"Kau sudah lapar kan? Ayo kita sarapan bersama" ajak ibu yang sudah ingin memberikan anaknya makan. "Iya bu, ayo kita berkumpul makan bersama". Di meja makan sudah tersedia sup ayam dan roti bawang yang masih hangat, lengkap salad kentang resep khas ibunya. Itu makanan wajib bila sudah ada perayaan di rumah.

Di ruangan, nenek sudah menunggunya. Pamannya kini sudah beristri dan memiliki anak perempuan yang manis. Itu yang ditulis dalam surat ayahnya dua tahun lalu saat masih di akademi. Petra langsung menghampiri menggendong sepupunya yang menggemaskan. Petra dari dulu suka dengan anak kecil dan dengan mudahnya sepupunnya tidak rewel saat dia pertama kalinya digendong.

Ayahnya yang sudah duduk memimpin acara sederhana ulang tahun putrinya. Ibunya menyusul membawakan kue pancake yang disusun dan disirami sirup maple dengan lilin diatasnya, diletakkan di hadapan Petra. Seperti biasanya setiap tahunnya, ayah Petra yang selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan, "Selamat ulang tahun, putriku. Kau lahir dan tumbuh menjadi kebanggan bagi ayah dan ibu. Tak terasa umurmu sudah 21 tahun. Ayah tak meminta apapun darimu. Ayah ingin kamu hidup bahagia. Dengan begitu, ayah ibu juga ikut bahagia"

Air mata Petra tak terasa mengalir hangat ke pipinya. Begitu pula ayahnya yang juga menitikkan air mata. "Terimakasih ayah ibu yang sudah membesarkanku dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Terimakasih nenek, paman, dan keluarga paman yang sudah melengkapi kebahagiaanku"

Tangan Petra mengenggam tangan ayahnya sebelah kiri Petra dan menggenggam tangan ibunya sebelah kanannya. Ibunya seraya mengucapkan, "Ayo segera tiup lilinnya". Petra pun meniup lilin dan disambut tepuk tangan meriah dari sepupunya. Dan mereka makan bersama dengan pembicaraan yang hangat.

Selesai sarapan, ayah ibunya mengajak putrinya menuju ruang tengah dekat perapian untuk berbincang-bincang.

"Bagaimana kau bisa berada di squad khusus? Mereka memperlakukanmu dengan baik kan? Seperti apa kapten Levi itu?" serangan tanya ayahnya. Pasti pikirannya sudah memiliki banyak pertanyaan yang sebenarnya sudah Petra ceritakan dalam suratnya. Namun ayahnya memang suka khawatir ketimbang ibunya yang kini terlihat baik-baik saja, tidak seperti dulu yang langsung menolak Petra masuk akademi.

"Petra sejauh ini bisa diterima di squad khusus karena Petra sudah menghabisi 50 raksasa dalam setahun bersama Oluo, Eld, dan Gunter. Itulah alasan kapten Levi langsung memilihku dan yang lainnya untuk bergabung dalam squadnya. Mereka semua memperlakukanku dengan baik, kita sudah bersahabat sejak dari akademi."

"Hanya saja kapten Levi bukanlah tipe pemimpin yang mudah akrab dengan orang lain. Dia cenderung berkata kasar, perangainya keras, dan susah didekati namun itu bukan jadi masalah karena sebenarnya dia benar-benar peduli dengan teman dan anggotanya" Petra memandang ayahnya dan menggenggam tangannya.

Ayahnya hanya bisa manggut-manggut mendengarkan langsung dari putrinya. "Mengapa ayah membolehkanmu masuk ke akademi saat itu, karena ayah melihat putri ayah ini kalau sudah berkemauan pasti sudah susaah sekali dilarang" Petra terkekeh mendengar itu, apalagi penekanan kata susah. Petra memang keras kepala, seperti arti namanya. Petra terlintas teringat kapten Levi yang membahas namanya dengan sudut pandang yang berbeda.

Untold Story: Petra RalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang