Sekembalinya dari Misi Diluar Dinding ke-37, saat akan mulai pelatihan banyak yang membicarakan Petra terutama kadet wanita yang mungkin menaruh perasaan pada kapten Levi.
Petra dianggap berpura-pura untuk mendapatkan perhatian lebih dari kapten Levi bahkan diantara mereka menyebut Petra sebagai wanita penggoda.
Petra ingin sekali melawan namun itu terasa percuma karena menimbulkan keributan yang makin memperumit masalah. Lebih memilih tertunduk diam dan menyendiri.Oluo, Eld, dan Gunter menghampiri Petra. Gunter memberinya semangat, "Aku sudah dengar dari Oluo dan Eld. Siapa saja pasti akan takut menghadapi raksasa pertama kali. Bahkan kau masih bisa berjuang untuk menghabisinya. Kau adalah prajurit yang tangguh, Petra. Kau sudah mengungguli mereka. Aku berani jamin mereka masih belum bisa menebas tengkuk raksasa"
"Lihatlah Oluo juga menangis melihat raksasa pertama kali. Dan pastikan kau masih mengingat tujuanmu untuk menjadi anggota squad Levi" tambah Eld.
"Sembarangan, diam kau Eld. Lagipula mengapa wanita-wanita menyukai pria cebol yang suka berkata kasar dan dingin, dimana-mana wanita itu suka diberi pujian dan kata romantis?", pertanyaan dari Oluo yang tak perlu dijawab.
"Terimakasih teman-teman, kita harus bisa berada satu tim khusus squad Levi", ucap Petra dengan semangat
---
Sorenya selesai latihan, Petra memasuki dormnya untuk istirahat. Petra membuka kaosnya dan melihat dirinya di cermin. Terlihat jelas disana banyak lebam yang menghiasi badannya. Nanaba teman sekamarnya di dorm masuk ke kamar dan ikut melihat dirinya di cermin.
"Tadi kau latihan bersama siapa sampai sebanyak itu lebamnya?" Nanaba dengan wajah iba menatap Petra melalui cermin. Sepanjang pagi hingga siang mereka berlatih fisik.
"Tak apa Nanaba, aku harus giat berlatih untuk melakukan penyerangan. Ini bisa sembuh dengan sendirinya" Petra menyentuh lebamnya di bagian lengannya.
"Kamu jadi bersemangat sekarang. Sebelum latihan dimulai kau terlihat murung. Aku mendengar isu yang tak sedap, mereka harusnya malu di misi pertama tapi tak melakukan apapun"
"Bukankah selamat dari misi dan bisa mengabdikan hatinya untuk umat manusia adalah tujuan utamanya. Membunuh raksasa adalah bonus" Petra memakai kaosnya kembali dan duduk di tepi ranjangnya .
Nanaba juga ikut duduk di samping Petra, "Kau benar. Apa yang membuatmu semangat lagi? Aku ingin dengar cerita darimu" Nanaba menyikut Petra mulai penasaran. Selama pelatihan menjadi Pasukan Pengintai memang Nanaba menjadi teman satu kamar dengan Petra dan selama dua bulan ini mereka sudah akrab.
Petra tak ragu berbagi cerita dengan Nanaba karena mereka berdua memiliki kemiripan cerita, mengagumi seseorang yang tidak peka. Tadi malam mereka tak sempat bercerita karena Petra bertugas jaga malam."Ya seperti yang kau dengar kalau kudaku masuk ke formasinya kapten Levi" Petra menunduk malu. Petra menceritakan semua kejadian yang dialaminya kemarin. Nanaba sempat tertawa saat bagian yang memalukan. "Hahaha. Lain kali kau bawa celana tambahan, Petra. Dan aku berani bertaruh kalau kapten Levi menawarkan dirinya agar kau masuk ke formasinya"
"Oh ya? Aku berani bertaruh kalau kapten Levi itu terpaksa melakukannya kalau bukan karena perintah komandan Erwin" Petra seakan tau tabiat kapten Levi.
"Masih hebat dirimu bisa menghadapi raksasa pertama kali. Terlintas pikiran bodohku menyepelekan misi diluar dinding. Aku sudah terbengong diatas kudaku dan tak bisa bergerak. Mataku hanya menatap raksasa yang ternyata lebih besar dari dugaanku. Bahkan aku bisa merasakan tangan besarnya menggenggam badanku. Meski kita tau raksasa itu hanya tertarik dengan manusia tapi aku selalu merasa mereka senang mempermainkan badan kita. Beruntungnya aku, kapten Mike datang menolongku. Ah, dia terlihat keren sekali" wajah Nanaba seketika bersinar saat menyebut nama kapten Mike.
![](https://img.wattpad.com/cover/264256045-288-k282188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story: Petra Ral
Hayran KurguMungkin perasaanku pada kapten Levi bertepuk sebelah tangan. Aku pun tidak berani bertanya untuk memastikannya. Tapi setidaknya aku yakin dengan perasaanku dan terus berada disampingnya hingga nafas terakhirku -- Cerita ini pengembangan dari cerita...