Matahari belum sepenuhnya terbit. Udara dingin sedikit berkabut menyelimuti distrik Trost. Pasukan Pengintai sudah berbaris di depan pintu gerbang Rose yang akan segera dibuka. Memulai misi pertama Petra setelah bergabung dengan squad Levi.
Petra sudah menyiapkan diri dan mentalnya untuk bisa mengeluarkan segala kemampuannya agar dirinya terlihat pantas menjadi anggota squad khusus Levi. Memantapkan hatinya untuk perjuangan umat manusia tak menjadi sia-sia. Menyerahkan jantungnya demi kemajuan umat manusia.
"Satu menit sebelum gerbang dibuka" teriak prajurit Penjaga Gerbang
Awal Petra bergabung Pasukan Pengintai, dia hanya fokus pada dirinya untuk misi dan tidak perduli dengan sekitarnya. Sekarang Petra sudah mulai terbiasa bisa melihat keadaan sekitarnya.
Para warga yang dekat dengan dinding berhamburan keluar rumah memenuhi pinggiran jalan untuk melihat Pasukan Pengintai. Menyoraki Pasukan Pengintai untuk bisa mengalahkan semua raksasa. Sorakan itu takkan bertahan lama karena kepercayaan rakyat pada Pasukan Pengintai akan luntur ketika pulang nanti.Petra lebih tertarik memandang punggung kapten Levi.
'Lambang itu pantas untuknya' masih dengan kekaguman yang sama.Petra jadi teringat pesan yang diucapkan oleh kapten Levi sebelum berangkat. "Arahkan kudamu dekat dengan pandanganku. Jangan membunuh raksasa sebelum aku yang perintahkan". Tak pernah Petra tau alasannya hanya Petra patuh saja karena pertama kali menjadi bawahannya
"Baik, Kapten. Aku berusaha agar tak mengecewakanmu"
'Bukankah aku dipilih karena kemampuanku untuk membunuh raksasa tapi mengapa aku harus menunggu perintah darinya'
Pikiran yang Petra coba acuhkan namun masih saja berputar di otaknya, penasaran.Petra sudah menanyakan itu pada teman lainnya apakah mereka menunggu perintah kapten Levi saat bertemu raksasa. Jawaban mereka sama "tidak". Yang benar saja, harus menunggu perintah yang harusnya menjadi insting prajurit untuk menyelamatkan tim.
'Kalau dalam keadaan mendesak aku akan bertindak tanpa menunggu perintah darinya. Tak perduli nanti kapten akan marah'
Pekik semangat komandan Erwin terdengar "MAJU!!" disusul derap langkah dan pekikan kuda. Kini semua Pasukan Pengintai bergerak keluar dinding Rose. Misi rute logistik di dinding Maria yang menggunakan formasi jarak pendek.
Sesuai perintah kapten Levi, Petra bergerak dekat dengan kapten Levi. Sempat melihat kapten Levi meliriknya untuk memastikan. Petra membatin saat matanya bertemu 'Seperti ini kan?' dan dibalas anggukan oleh kapten Levi.
Petra mengedarkan pandangan, kabut masih menyamarkan namun sejauh ini belum ada raksasa yang mendekat. Pasukan Pengintai belum melajukan kuda dengan kecepatan penuh karena terhalang jarak pandang. Berlangsung selama sejam hingga kabut pun berangsur menghilang.
Dari arah kiri Petra ada tiga raksasa abnormal datang mendekat. Kapten Levi berteriak, "Petra tembak suar hitam. Eld, Gunter, Oluo, siapkan diri kalian". Petra menuruti perintahnya dan lainnya sudah mengambil senjata untuk bersiap. Petra otomatis ikut mengambil senjatanya, tapi ditahan oleh kapten Levi yang menoleh ke arahnya "Aku tak menyebutmu untuk bersiap, bodoh".
Tergambar jelas di wajah Petra keheranan. 'Apa salahnya aku mengambil senjataku untuk berjaga-jaga'
Tiga raksasa sudah berada di jangkauan mereka. Eld, Gunter, Oluo mulai menggunakan manuver 3Dnya. Eld dan Gunter berkerja sama melumpuhkan raksasa yang paling dekat. Oluo sendiri melumpuhkan raksasa yang dibelakangnya. Mereka berhasil menebas keduanya.
Tersisa raksasa yang ketiga berjalan merangkak dengan cepat mendekati formasi. 'Jangan sampai raksasa ini mengganggu formasi'. Tanpa menunggu perintah, Petra mencabut pedangnya dan menggunakan manuver 3Dnya. Mudah untuk menebas raksasa dalam keadaan merangkak karena dekat untuk menjangkau tengkuknya. Petra sudah berhasil menebas. Naasnya badan raksasa yang dilumpuhkan Eld dan Gunter akan jatuh menimpa raksasa yang sudah dia habisi. Petra yang membelakangi itu masih belum tau hingga Eld berteriak, "Petra, awas dibelakangmu".

KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story: Petra Ral
Hayran KurguMungkin perasaanku pada kapten Levi bertepuk sebelah tangan. Aku pun tidak berani bertanya untuk memastikannya. Tapi setidaknya aku yakin dengan perasaanku dan terus berada disampingnya hingga nafas terakhirku -- Cerita ini pengembangan dari cerita...