Keempat Belas

304 34 27
                                    

Akhir bulan Februari, mentari lebih sering muncul dan salju belum sepenuhnya mencair. Sesekali hujan yang menandakan langit sudah menghangat tuk segera berganti musim. Seluruh pasukan Pengintai kini berada di dalam markas utama untuk menjalani latihan bersama selama sebulan sebagai persiapan misi diluar dinding.

Kebetulan sedang weekend dan Squad Levi mengambil cuti sehari. Petra mencoba dress yang sudah lama ia beli dan mematut pada cermin "Gimana ya reaksinya teman-teman?" Petra memutuskan keluar kamar dan berjalan ke lorong. Nanaba, Lynn, dan Nifa sedang berjalan dari arah berlawanan melihat Petra yang sedang memakai dress.

Nifa bereaksi heboh, "Wah, imut banget dress-mu Petra"

"Gitu ya? Ini dress udah lama aku beli"

Nanaba berkacak pinggang mengamati, "Oh, bagus ya dress-mu"

Lynn ikut berkomentar "Ya. Dress-nya kekinian. Kelihatan bikin yang pakai jadi lebih cantik"

"Iya dong pastinya"

Nanaba, Lynn, dan Nifa berbondong-bondong mengomentari "Ini dari sutra ya?" "Warnanya terlihat mewah ya" "Jahitannya bagus ya"

"Jadi, gimana cocok nggak sama aku?" Petra yang bertanya langsung dijawab Nifa "Eh, baru ingat kita ada tugas yang perlu diselesaikan. Bye Petra"

Petra mengerucutkan bibirnya "Yah, kalian cuma memuji dress-ku aja"

Nanaba terkekeh "Bercanda kali, dress-nya cocok sama kamu Petra"

Nifa ikutan terkekeh sambil menepuk punggung Petra "Coba aja jalan-jalan ke kota, aku bertaruh bakalan ada cowok yang naksir kamu".

Petra hanya bisa tersenyum, "Oh begitu ya, sepertinya menarik"

"Yaudah gih berangkat. Kita beneran ada tugas jadi nggak bisa nemenin. Maaf ya" Nifa menepuk punggung Petra sekali lagi dan dibalas anggukan oleh Petra

"Iya nih. Maaf ya Petra. Lain kali kita jalan bareng" ucap Nanaba. Kini mereka berjalan pergi meninggalkan Petra.

Petra menimbang-nimbang apa yang dikatakan Nifa. Jalan-jalan ke kota menyenangkan kalau bersama-sama, tapi kalau sendirian akan terasa aneh. Apa aku ajak kapten Levi ya. Petra merasa ini adalah kesempatan untuk berbicara empat mata dengan kapten. Sudah sebulan lamanya mereka saling tak bicara dan minum teh di malam hari.

Petra pun melangkahkan kaki menuju ruangan kapten namun berpapasan dengan kapten Levi di persimpangan lorong. Kapten Levi menatap Petra dari atas ke bawah, "Kenapa kau berdandan dan berpakaian rapi? Apa kau mau ke kota?"

Petra tersipu, kapten memperhatikan pakaiannya. Dan dari pakaian kapten Levi yang rapi sepertinya dia juga mau keluar. "Hm, aku pikir bisa keluar kota untuk bersantai"

"Kebetulan, aku titip daun teh di kedai langgananku. Ini uangnya, terimakasih" kapten Levi langsung berbalik menuju kamarnya. "A-ah iya" mana bisa Petra menolak. Petra menghela napas dengan berat, disangka bakal jalan bersama.

Petra berkeliling ke kota sendirian, Petra sudah mendapatkan teh yang diinginkan kaptennya. Suasana hatinya tak begitu cerah. Petra berusaha menikmati waktu senggang dengan mampir ke sebuah bar untuk minum. Tiba-tiba pelayan memberikan hidangan yang tidak ia pesan, "Maaf ini bukan pesanan saya"

"Ini dari pria tampan yang duduk di sebelah sana" pelayan itu menunjuk pada seseorang yang Petra kenal sangat menyebalkan. Oluo dengan rupa menggelikan

"Bisakah aku pergi sekarang" ucap Petra pada pelayan, tampak dari wajah pelayan yang keheranan. Tanpa berlama-lama Petra keluar dari bar itu, diikuti oleh Oluo di belakangnya berteriak "Hey, jangan begitu dong Petra"

Untold Story: Petra RalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang