Perintah komandan Erwin yang mendadak untuk kembali ke distrik Trost. Kejadian dinding yang runtuh akibat raksasa kolosal pun terulang.
Sesaat Pasukan Pengintai tiba, dinding itu sudah ditutup oleh batu besar. Yang paling mengejutkan adalah seseorang muncul dari tengkuk raksasa yang menutup dinding, Petra dan pasukan Pengintai lainnya melihat dari atas dinding merasa tak percaya apa yang dilihatnya.
Kemenangan pertama kalinya umat manusia dari kekejaman raksasa.
"Semua pasukan, habisi para raksasa" teriak komandan Erwin memberikan perintah. Semua pasukan pengintai menyebar menghabisi raksasa.
Petra menarget satu raksasa di hadapannya setelah bermanuver ke tengah distrik. Tak disangka kapten Levi berada di belakangnya melesat ke depan, "Petra. Awasi belakangku".
Jumlah raksasa bisa empat kali lipat dari jumlah pasukan pengintai. Petra cukup kewalahan hampir menyerah dengan banyaknya raksasa yang sudah ia habisi bersama kapten.
"Masih banyak raksasanya. Aku tidak tau apakah aku masih bisa bertahan untuk menghabisinya" erang Petra saat raksasa di depannya sudah berhasil tumbang.
"Sudah cukup. Kau boleh mundur jika kau mau, Petra" kapten Levi melihat Petra sambil mengelap wajahnya dari darah raksasa dengan sapu tangan.
"Tidak, Kapten. Aku masih bisa" Petra melesat ke arah raksasa lainnya. Hingga matahari terbenam, pasukan pengintai menghentikan penyerangan.
Tangan kapten Levi penuh dengan lumuran darah raksasa. Petra mendekat dan membersihkan tangan kapten Levi dengan sapu tangan milik Petra. Kapten Levi diam menerima perlakuan Petra. Petra bisa tau kalau kapten Levi kesulitan mengambil sapu tangan miliknya di balik jaket dengan tangan yang seperti itu.
"Setelah ini, aku akan menemui Erwin. Bocah raksasa harus segera dimiliki Pasukan Pengintai sebelum dia akan mati di tangan Polisi Militer. Kumpulkan seluruh anggota untuk bersiap di markas utama dan tunggu perintah selanjutnya" ucap Kapten Levi setelah tangannya sudah bersih.
"Baik, Kapten". Kapten Levi pun melesat mendekat ke dinding. Petra memandang punggung kaptennya menjauh.
Petra merasa dekat dengan kemenangan umat manusia tapi kenapa firasatnya tidak berkata demikian.
Langit berangsur gelap menjelang petang. Petra menggelengkan kepala menyadarkan dirinya, bukan waktunya untuk memikirkan hal itu.
--
Sejak pagi langit terlihat sudah mendung dan awan kian menebal menyelimuti. Sorenya hujan pun turun.
Petra bersama anggota lainnya sedang berlatih di sekitar kastil tempat lulusan akademi yang bisa berubah menjadi raksasa itu ditahan.
'Ah, bakal makin deras hujannya' Petra membatin melihat langit. Benar saja hujan deras menghentikan latihan dan mencari tempat berteduh.
Petra berlari ke rumah tua tak berpenghuni. Disitu sudah ada Eld yang lebih dulu berteduh. Petra menyibakkan rambut dan jaketnya yang basah.
"Padahal hampir sampai menuju kastil" keluh Petra
"Aku tahu perasaanmu" Eld menimpali
"Hm?" Petra bingung
"Sama alasanku sepertimu, Petra. Aku sudah berlari kencang menuju kastil tapi sudah keburu hujan deras dan disinilah aku"
"Oh, begitu" Petra menghela napas dan memandangi tetesan hujan yang turun melalui atap.
"Kamu kecewa ya karena bukan kapten Levi yang berada disini?" goda Eld dengan nada iseng
Wajah Petra langsung memerah mendengarnya "A-apa? Jelas enggak lah"
![](https://img.wattpad.com/cover/264256045-288-k282188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story: Petra Ral
FanficMungkin perasaanku pada kapten Levi bertepuk sebelah tangan. Aku pun tidak berani bertanya untuk memastikannya. Tapi setidaknya aku yakin dengan perasaanku dan terus berada disampingnya hingga nafas terakhirku -- Cerita ini pengembangan dari cerita...