Keesokan paginya, seluruh kadet Pasukan Pengintai berkumpul yang dipimpin langsung oleh Komandan Erwin.
Kadet baru berbaris di barisan dekat komandan Erwin yang menghadap ke kadet senior."Untuk kadet baru, silahkan perkenalkan diri kalian"
Mulailah dari barisan paling kiri menyebutkan nama dengan menyilangkan tangan kanan ke arah dada dan tangan kirinya ke belakang. "Nama saya Petra Ral, mohon kerja samanya". Respon dari beberapa kadet laki-laki bersiul rendah dan diselingi menggoda. Kapten Levi berbicara, "Cih, berisik" seketika suasana menjadi hening. Petra hanya terdiam dan perkenalan kadet baru di samping Petra melanjutkan.
Seusai perkenalan, Komandan Erwin mengumumkan untuk Misi Diluar Dinding ke-37 membutuhkan persiapan 2 bulan untuk mencari rute terdekat dari gerbang Trost menuju gerbang dinding Maria.
Kemudian barisan pun dibubarkan, kadet baru dipipimpin oleh Ketua Regu Ness menuju ruang kelas.
Sambil berjalan menuju kelas, Oluo seperti biasanya berbuat iseng pada Petra, "Ternyata pasukan pengintai disini seleranya rendah ya. Tubuhmu pendek, galak, dan tidak cantik. Apa yang dilihat dari mereka sama sekali tidak mengerti"
"Jangan seenaknya berbicara, Oluo atau nanti lidahmu tergigit"
Eld angkat bicara, "Tidak kusangka tadi kapten Levi merespon"
Gunter ikut bicara, "Kalau tidak salah, yang aku dengar dari angkatan kadet kita akan dipilih untuk menjadi squad khusus yang dipimpin oleh kapten Levi"
Oluo menimpali, "Kau terlambat mengetahuinya, Gunter. Aku sudah tau dari kemarin dan lihatlah aku, dari semua kriteria yang diinginkan kapten Levi pastilah aku bisa masuk pada squad Levi dengan kemampuanku ini. Tidak seperti kalian yang masih harus mengejar ketertinggalan dariku. Aku hanya mengalah pada kalian. Dalam waktu dekat ......" Petra langsung menyikut Oluo yang berujung lidah Oluo tergigit "Diamlah, kita sudah sampai di ruang kelas"
Ketua regu Ness menjelaskan secara detail formasi pengintaian jarak jauh, tugas dari tiap kelompok serta menelaah kondisi lapangan agar tetap dari formasi. Hingga menjelang sore, kelas pun usai.
---
Seperti biasa setelah latihan selesai, sudah ada giliran piket untuk bagian memasak dan mencuci piring. Hari ini Petra kebagian piket bersama Oluo, Eld, dan Gunter.
Bagian Eld dan Gunter menyiapkan bahan, Petra bagian memasak, dan Oluo bagian membagikan makanan kepada semua kadet.
Petra memastikan semua makanan sudah dibagikan, membawa beberapa sisa roti dan sup ke dapur untuk dipindahkan ke mangkuk besar agar teman-temannya bisa makan.
Oluo, Eld, Gunter dan Petra berkumpul di dapur makan bersama"Kalau kebagian piket memasak, hari terasa lebih melelahkan dibandingkan pelatihan" kata Gunter sambil meregangkan otot-otot tangannya.
"Lebih berat memasak memang apalagi kadet semua berkumpul" timpal Oluo yang juga sudah duduk membaringkan sebagian tubuhnya ke meja.
"Simpan keluhan kalian dan makanlah" Eld yang segera mengambil alat makan dan memberikan ke Petra. Petra menuangkan sup dan roti kepada teman-temannya.Sambil makan Oluo berkata, "Seperti biasa tak nampak kapten Levi di ruang makan"
"Apakah kita perlu ke ruangannya untuk mengantarkan makanan?" Gunter berpendapat.
"Aku rasa tak perlu, dia hanya tak suka keramaian" jawab Petra mengingat perbincangan awal dengan kapten Levi.
"Iya dia bukan anak kecil yang harus diajak makan. Kalau lapar pasti dia akan ke sini" Eld menambahi.
Tak terasa yang di piring mereka sudah tandas.
Eld bangkit dari duduknya "Ayo Gunter, Oluo kita mulai bersih-bersih alat makannya di ruang makan"
"Oy oy" disusul Gunter dan Oluo yang berdiri meninggalkan ruang dapur menyisakan Petra.Di dapur, Petra membersihkan semua panci yang dimasaknya tadi. Petra yang sedang sibuk, terdengar suara pintu dapur yang terbuka. Tanpa menoleh, Petra mengira itu pasti teman kadetnya yang ingin makanan tambahan "Ambilah roti dan supnya di meja, piringnya ada di laci seberang meja"
Tidak mendengar tanggapan, Petra pun menoleh. Ternyata kapten Levi tengah membuka laci untuk mengambil alat makan. Petra yang masih kaget hanya menatap kapten Levi mengambil sup dan roti kemudian duduk di meja dapur menyantapnya.
Petra hanya terdiam menyibukkan diri membersihkan panci tadi dan membersihkan dapur. Hingga kapten Levi pun selesai dengan makanannya. Kapten Levi bangkit dan membuka laci mencari sesuatu.
Dengan sigap Petra mendatangi kapten Levi, "Apakah ada yang ingin aku buatkan, kapten Levi?"
"Aku bisa melakukannya sendiri" jawab kapten Levi
"Jangan begitu kapten. Aku hari ini sedang bertugas di dapur. Katakanlah apa yang ingin aku buatkan untuk Kapten"
"Baiklah, buatkan aku teh", ujar kapten Levi
"Baik kapten. Tunggulah di ruang makan" Petra segera berbalik dan menyiapkan teh dan kapten Levi menuju ruang makan
Petra jadi teringat sesuatu. 'Aku akan bertemu dengan seorang pahlawan yang aku nantikan. Aku harus menyiapkan diriku'. Menurutnya, kesan pertama itu penting mengingat saat pertemuan pertama mereka kemarin sangat tak terduga. Kini Petra harus menyiapkan dirinya terbaik. Petra memandangi jari-jari tangannya 'Untunglah kuku tanganku sudah aku potong'. Kemudian Petra melihat dirinya ke arah kaca jendela untuk dijadikan cermin, 'Hm. Sepertinya aku perlu cuci mukaku dulu dan mungkin sedikit taburan bedak selagi menunggu airnya mendidih' sambil berlari kecil keluar dapur menuju kamarnya.
Tak lama, Petra sudah membawakan cangkir dan teko berisi teh ke meja makan. Tak lupa Petra menghiasi wajahnya dengan senyuman.
Belum sampai Petra meletakkan cangkirnya, kapten Levi bertanya, "Kenapa hanya satu cangkir yang kau bawa?"
"Maaf, aku tadi tidak bertanya berapa cangkir yang kapten butuhkan"
"Bawalah satu cangkir lagi untukmu dan kita minum teh bersama di sini. Kau sudah lelah memasak untuk semua kadet"
Petra kaget mendengarnya dan terkesiap balik ke dapur untuk mengambil cangkir. Pipi Petra sudah mulai memerah tapi segera menepuk-nepuknya berharap warnanya segera pudar saat kembali ke meja makan.
Setelah dari dapur, Petra datang ke ruang makan mencoba duduk sedikit lebih dekat dengan kapten Levi. Kapten Levi membuka suara, "Aku baru tau kalau namamu Petra"
"Ah iya, aku belum menyebutkan namaku sewaktu di balkon kemarin"
"Mengapa kau mau masuk ke Pasukan Pengintai? Apa kau tidak takut dengan raksasa?"
"Karena aku ingin melawan rasa takutku. Aku pernah melihat raksasa sewaktu dinding Maria hancur. Untungnya, raksasa itu tidak sampai mendekat karena sudah ada yang menolong kami" . Dan itu kapten Levi yang menyelamatkan, batinnya
"Oh.. Begitu"
Diam sejenak, terdengar kapten Levi mengangkat cangkirnya dan meminum teh. Petra hanya bisa memandang cangkir tehnya karena tak berani melihat ke arah kapten. Menunggu respon kapten Levi pada teh buatannya.
"Kau bisa tau kalau aku suka teh hitam", ujar kapten Levi
"Aku tidak tau kapten. Hanya saja aku sering menghidangkan teh di rumah" Petra juga ikut meminum tehnya. 'Syukurlah dia menyukainya'.
Tidak ada pembicaraan setelah itu. Kapten Levi masih terlihat dingin dan sulit untuk didekati namun menemaninya minum teh saat ini sudah cukup bagi Petra karena Petra sedang sibuk meredakan degup jantungnya agar tak terdengar olehnya.
Kapten Levi sudah menghabiskan dua cangkir tehnya dan mulai beranjak. "Terimakasih Petra sudah menemani minum teh. Selamat malam"
"Iya kapten. Selamat malam"
'Aah, kenapa aku begitu kaku. Tarik nafas Petra. Huuuh~ Selama terus melakukan percakapan seperti tadi, mungkin aku akan terlihat santai dan semakin dekat dengannya karena kapten Levi bukanlah orang yang terlihat kaku bila dia masih mau mengajakku minum teh bersama denganku yang prajurit biasa', Petra berpikiran positif dan membulatkan niat untuk terus berusaha sebaik mungkin. Kemudian Petra membersihkan meja dan mengangkat cangkir serta teko menuju dapur.
=====================================================
#Canon : Saat kapten Levi memintanya menemani minum teh, Petra membersihkan muka, sedikit berdandan dan memotong kuku tangannya. Petra melakukan itu karena pertama kalinya face-to-face dengan pahlawannya. Ternyata hal seperti itu, diperhatikan oleh kapten Levi yang dianggap peduli dengan kebersihan. Hal utama dan wajib bagi kapten Levi
![](https://img.wattpad.com/cover/264256045-288-k282188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story: Petra Ral
FanfictionMungkin perasaanku pada kapten Levi bertepuk sebelah tangan. Aku pun tidak berani bertanya untuk memastikannya. Tapi setidaknya aku yakin dengan perasaanku dan terus berada disampingnya hingga nafas terakhirku -- Cerita ini pengembangan dari cerita...