Pernyataan Cinta Arvi Bagian 1

21 12 2
                                    

     Aku berbalik setelah membaca pesan di kertas yang menyuruhku untuk berbalik, betapa terkejutnya aku, hingga secarik kertas itu terlepas dari tanganku, ku tutup mulutku berusaha untuk tidak berteriak.

Apa yang saat ini kulihat di depanku tidak pernah terbayang sedikitpun, bagaimana aku tidak menyadari jika ruangan ini di hias dengan begitu indah, lalu jika melihat wajah dari orang yang saat ini berdiri dan bersandar di tembok adalah teman kelas Arvi, Ifa dan juga Sri. Ada apa? Kenapa mereka memegang setangkai bunga mawar juga, jantungku semakin memacuh dengan kencang. Lalu kulihat Arvi dan Ifa muncul di tengah jalan menujuku, Arvi tersenyum gembira dan kulihat Ifa juga tersenyum. Aku bingung seperti orang bodoh, apa semua ini untukku? Benakku.

Saat Arvi melangkah mendekatiku, Ifa menghentikan langkah kakinya dan berdiri tepat di samping Sri. Kurasa tanganku bergetar, aku meremas bunga yang berada di dalam tasku, kurasa mawar yang di berikan anak-anak itu kini rusak.

"Ne? Kok ngelamun".

Tanpa penjelasan apapun, Arvi dengan santai berbicara padaku, bukankah semalam aku membuatnya marah, aku bahkan masih takut bagaimana dia akan memperlakukan aku, tapi apa ini dia malah tersenyum padaku seolah tidak terjadi masalah apapun. Tanpa tersadar air mataku jatuh di pipi. Dan dengan cekatan Arvi mengangkat tangannya dan mengusap air mataku, kulihat raut wajahnya berubah khawatir.

"Ne? Kau kenapa? Ada apa?".

Aku tidak menjawab, aku benar-benar merasa jika aku butuh di bentak atau di umpat oleh Arvi.

"Ne? Kau sakit?".

"Aa...aa...apa kau tidak marah padaku?".

Arvi tersenyum dan menggelenggkan kepalanya, dia lalu memegang kedua bahuku.

"Apa yang kau katakan, untuk apa aku marah padamu, jika itu kulakukan, aku pasti akan membenci diriku sendiri".

"Tapi, semalam kau menutup telpon....

Arvi menarikku dalam pelukannya sebelum aku menyelesaikan ucapanku dan tindakannya itu membuat semua temannya bersorak.

Arvi lalu melepas pelukannya padaku dan menatapku sembari menunduk karena beda tinggi badan kami yang lumayan jauh.

"Kau sudah tidak marah lagi Ne?"

Aku menggelenggkan kepalaku dan kupandang wajahnya dengan cermat.

"Kalau gitu aku akan mengatakan sesuatu padamu".

"Apa?" Tanyaku.

Dia memegang tangan Aneta dan menatap wajah Aneta.

"Apa kau ingin menjadi pacarku?".

Perasaan apa yang tiba-tiba menyerang tubuhku, rasa panas yang kurasa dari ujung kakiku menjalar hingga ke ubun-ubunku, pipiku serasa terbakar hanya karena mendengar pernyataan cinta Arvi, akhirnya dia menyatakan perasaannnya padaku. Setelah beberapa drama yang harus kami jalani.

Aku menganggukkan kepalaku dan berkata,"Iya, aku mau".

Arvi kembali memelukku, tapi pelukan ini semakin erat dan rasanya hangat, nyaman dan juga aneh.

Semua teman Arvi memberiku bunga mawar, sembari mengucapkan selamat padaku.

Aku melirik ke arah Arvi,"Bunga mawar ini bagaimana kau bisa tahu".

Arvi menoleh ke arah Ifa dan juga Sri. Dan kuyakin sumbernya dari mereka.

"Kau tahu aku sangat terkejut, aku tidak percaya kau seberani ini, bahkan meminta bantuan pada teman-teman kelasmu yang rela datang walau tidak ada kuliah sama sekali".

ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang