Arief

21 12 1
                                    

    "Ciee...kebiasaan nih kalau ketemu selalu aja tabrak-tabrakan. Jangan-jangan jodoh" goda Anton pada kami.

"Ngaco lo ton, lagi ngurus apa? Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya ni Ne, habis nyari pak dekan. Tapi beliau belum datang tuh".

"Samaan dong, gue juga lagi nemenin Ria buat ketemu dekan".

"Beliau nggak ada di tempat gimana kalau kita nunggu aja dulu di sana" tunjuknya di ruang baca fakultas.

Aku dan Arief mengikuti Anton ke ruang baca. Tapi aku tidak tahu jika semua teman kelasku juga ada di sana. Saat mereka melihat kehadiranku mereka meledekku sejadi-jadinya.

"Wah sarjana kita yang baru, emang yah aura yang sudah jadi sarjana beda dengan yang masih berusaha lulus ujian tutup" celoteh Rahman.

"Loh? Rief? Lo datang juga?" Tanya Rian.

"Iya bro, tadi Anton datang ke asrama minta di temanin ngurus ujian hasilnya, ternyata kalian ada juga tahu gitu gue nggak ikut" ungkapnya.

"Ee gue baru nyadar, Lo ama Aneta sama-sama sudah sarjana yah" celetuk Rahman.

"Udah mereka emang jodoh, gue sih ngedukung banget" pungkas Anton tanpa basa basi.

"Gimana Ne? Lo mau? Goda Rian.

"Kalian yah suka banget ngegiring orang" belaku.

"Ne ada lagi yang harus kau tahu, si Arief ini anti banget sama cewek, benci banget kalau di sentuh, tapi kalau sama Lo malah dia yang sentuh Lo, jangan-jangan Arief beneran suk..." Anton yang belum nyelesain kalimatnya karena Arief menyikut perutnya.

"Sudah jangan bicara nggak-nggak" kata Arief salting tapi masih terlihat cool.

"Siapa yang suka sama siapa?" Ucap Ria yang baru saja bergabung.

Akhirnya Ria datang, trio Anton, Rian dan juga Rahman suka sekali menganggu Ria.

"Aduh jodoh Saleh udah dateng" goda Rahman yang kemudian di lempar buku oleh Ria karena kesal.

Dan aku juga Arief terbebas dari keusilan mereka.

"Ria kata Yogo kalau Lo beneran nikah sama Saleh, dia bakalan ngasih kado tiket liburan ke Bali" kini giliran Rian yang menggoda Ria.

Ria benar-benar sudah tahan banting buat nerima guyonan trio kocak ini, kalau gue pasti udah kabur dari tadi.

Tanpa sengaja mata kami beradu, aku merasa pipiku memanas, terlebih lagi Arief sama sekali tidak melepas pandangannya padaku.

"Bisa habis tuh sih Aneta kalau Lo natap dia muluh, mentang-mentang kita lagi nggak merhatiin". Ucap Anton sembari menyenggol bahu Arief. Arief hanya nyengir dan mengalihkan pandangannya padaku.

Aku tidak lagi bertemu dengan Arief, mungkin dia sudah tidak ingin menemani trio usil itu lagi.

"Ne? Lagi nemenin Ria yah?" Tanya Anton lalu duduk di hadapanku.

Aku menoleh ke ruangan pak Dekan,"Iya dia lagi konsul soal nilainya, gimana baiknya".

"Kalau gue sih sisa nunggu undangan ujian hasil gue keluar, kak Fera masih ngerjain".

"Semangat yah, semoga ujiannya berjalan lancar".

"Siap! Ee Lo nggak pernah ketemu Alif lagi?".

"Kenapa tiba-tiba Lo bahas dia sih".

Aku, Alif juga Anton satu kampung, jadi sudah wajar jika kami saling mengenal.

"Gue cuman nanya doang sih, ee Ne. Lo beneran nggak mau sama Arief?".

Gila, ngapain juga dia harus nanya aku hal yang kayak gini, bikin aku malu dan salang tingkah kalau kayak gini benakku.

"Lo kok nanya itu tiba-tiba".

"Ne, Arief itu cowok yang baik Ne. Jarang ada cowok yang sesempurna dia, Lo tahu nggak Ne, waktu di tempat KKN dulu dia sering banget jadi imam di masjid, suaranya itu Lo ngademin Ne, dia juga jago bahasa Inggris dan bahasa Arab, dia sering loh ngisi MC jika ada kunjungan dari duta Arab dan Inggris di kampus kita, pokoknya dia cocok banget di jadiin imam, andai aja gue cewek, pasti gue udah sikat tuh sih Arief".

"Terus hubungannya sama gue apa?".

"Yah siapa tahu aja Lo mau ama dia".

"Lo kata dia barang, Lo main jual-jual dia ke gue, iya kali kalau Arief suka juga ke gue".

"Gue kan cuman promosiin teman gue aja".

Aku cuman membalas ucapan Anton dengan senyum tipisku.

Beberapa hari ini Ria nggak ngajak aku lagi buat mengurus nilainya, kemarin emang Ria udah izin ke kita-kita kalau dia bakalan balik ke kampungnya. Tapi Sari teman KKN aku yang kali ini ngajakin aku buat ngurus ujian Hasilnya.

Aku duduk di depan ruang dekan fakultas Sari, dia sedang menghadap pak dekan fakultasnya. Dia anak sains.

Karena bosan aku berbalik dan tak sengaja aku melihat asrama Arief,"ee itu bukannya asrama Arief, kusuma, Kifli dan teman-teman KKN yang lainnya. Akhir-akhir ini aku udah nggak pernah ketemu sama Arief, dia ke mana yah batinku.

Sari menghampiriku dan duduk tepat di sebelah kiriku, dia merapikan berkasnya sambil tersenyum,"Tinggal selangkah lagi Ne, gue tinggal telpon pembimbing ama penguji gue kapan mereka ada waktu buat nguji gue Ne".

"Di pose ini ni sar, ini proses yang paling berat buat gue, nggak tahu kalau Lo sih, tapi gue bakal tetap ngedukung Lo kok".

Sari tiba-tiba mengarahkan pandangannya ke sebuah gedung, dia lalu mengeluarkan ponselnya dan memotret gedung asrama Arief.

"Ada apa Sar?".

"Gue bakal kirim ke Kusuma, kali aja dia bisa nemenin kita sekalian reunian".

Lalu terdengar bunyi ponsel Kusuma,"Assalamualaikum Sar, kita ketemu di kafetaria fakultas Aneta yah".

"Oke siap, kita juga udah mau jalan ke sana kok, Lo mau di pesanin apa?".

"Biasa bakso seporsi" ucapnya lalu menutup telponnya.

Aku sih tidak terkejut saat tiba di kafetaria, aku bertemu dengan trio usil itu, kulihat wajah Rian yang sangat serius dan ku yakin dia nggak akan bercanda untuk saat ini.

"Ee ada Sari, Aneta juga" sapa Anton dan memberikan kami tempat duduk.

"Ngapain?" Tanyaku.

"Ini kita pengen reunian teman KKN".

Demi apa? Itu artinya Arief bakalan dateng dong, gimana dong, tapi gue kan nggak suka sama dia kenapa gue meski salting sih, udah Ne biasa aja batinku.

"Kebetulan dong, kita juga pengen reunian, ini lagi nunggu Dipta, Nur, Kusuma, Raka, juga Nela".

"Seru dong, sekali-kali angakatan lima tiga ngumpul" ucap Anton semangat.

Aku yang duduk membelakangi pintu masuk sama sekali tidak tahu jika seseorang sudah berada di belakangku.

"Kalian udah nunggu lama?"

Suara itu tepat di belakangku, aku merasa belakangku memanas.

Dia lalu berjalan melewatiku dan duduk di samping Rian yang masih sibuk dengan laptopnya.

"Ne? Lo bisa tolong gue nggak?" Panggil Rian padaku.

Aku menoleh dan lagi-lagi mata kami bertemu dan beradu.

ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang