Perubahan

15 11 0
                                    

"Ne, tidak baik malam-malam begini kau masih terus duduk di luar".

Aneta tidak perduli sama sekali dengan panggilan itu. Sudah dua minggu Aneta bolos kuliah, entah apa yang membuatnya tak ingin ke kampus lagi. Dia lalu menatap bintang yang berkelip daripada harus mendengar ocehan bibinya.

"Ne", kini suara nenek yang terdengar lembut memanggil Aneta untuk menyuruhnya masuk ke rumah.

Tangan nenek menyentuh bahu Aneta,"Kau kenapa Aneta? Bagaimana sama kuliahmu nak".

Aneta berbalik dan memeluk Nenek,"Nenek sampai sekarang aku masih tidak bisa melupakan Arief nek, aku harus bagaimana" kata Aneta menahan tangisnya.

Nenek menghela napas dan memegang kedua bahu Aneta,"Sayang harusnya kamu malu, kamu seperti ini karena seseorang yang bahkan bukan siapa-siapa bagimu, nenek tidak mau melihat kamu sedih lagi" kata nenek dan membawa Aneta masuk ke dalam rumah.

Di dalam kamar Aneta tidak bisa tidur, baru kali ini Aneta benar-benar tidak bisa lepas dari seorang laki-laki, Aneta memeluk kedua lututnya hingga subuh datang.

Aneta terbangun karena mendengar suara Adzan Shubuh, Aneta bangkit dari duduknya dan mengambil wudhu, saat dia hendak ke masjid nenek melihatnya, nenek tersenyum dan pergi bersama Aneta ke masjid.

"Sayang jika kamu butuh sesuatu, sakit akan sesuatu maka mintalah sama Allah dalam sujudmu, Insha Allah pasti di kabulkan" kata nenek.

Sehabis shalat Shubuh pasti akan ada ceramah dari Ustad Malik, Aneta duduk diam mendengarkan ceramahnya yang bertema An-nisa atau perempuan.

"Nah zaman sekarang banyak sekali anak-anak, saudari bahkan ibu kita yang tetap memperlihatkan aurat mereka, padahal sudah di katakan bahwa wanita itu harusnya menutup auratnya kecuali wajah dan telapak tangan. Kita para lelaki harus mengingatkan Anak gadis kita karena jika nanti kita meninggal setiap aurat yang terlihat dari sang anak akan menjadi dosa bagi kita, karena kita yang tidak bisa mengajarkan itu pada anak kita. Saya juga miris melihat anak zaman sekarang kenapa bisa mereka sangat sesuka itu pacaran, padahal pacaran itu sama sekali tidak ada dalam Al-quran sungguh merugi anak-anak yang masih pacaran, berpegangan tangan, berpelukan dan melakukan hal yang lebih dari itu yang sudah pasti jatuhnya Zina" Ceramah itu entah bagaimana bisa menenangkan hati Aneta, seperti ada sesuatu yang menusuk ke hatinya, perasaan takut, malu dan berdosa di hadapan Allah.

Sepulang dari masjid, Aneta berdiri di depan cermin mengambil selendang nenek dan memakainya untuk menutupi rambutnya, Aneta merasa tenang dan nyaman.

"Apa aku memakai jilbab saja? Tapi bagaimana jika aku nantinya tidak bisa memakai baju kesukaanku. Astagfirullah Ya Allah maafkan hambamu ini, tidak seharusnya aku ragu akan perintah Allah bukankah nanti aku akan mendapatkan surga".

*****

Aneta memeluk nenek erat,"Nenek makasih sudah membeli beberapa baju untuk Aneta".

Nenek membalas pelukan cucunya,"Tidak masalah sayang, nenek malah bersyukur dan berterima kasih sama Allah karena dia sudah mebuka hatimu dan membiarkanmu sadar akan aurat yang selama ini kau pertontonkan" kata nenek dan mengantar Aneta hingga ke depan bus. Aneta melambaikan tangannya pada nenek hingga dia tidak melihatnya lagi.

Tiga minggu yang lalu.

"Pak saya ingin melaporkan orang hilang" kata Nela serius.

Pak polisi menyipitkan matanya dan berkata,"Sudah berapa lama dia menghilang?".

"Dua kali dua puluh empat jam yang lalu pak".

"Baik, kirimkan gambar, nama, dan umur orang yang hilang itu" katanya lagi.

Dengan cepat Nela mengirimkan foto tercantik Aneta dan mengirimkannya.

"Apa benar temanmu itu sudah hilang? Atau jangan-jangan dia pergi bersama pacarnya"

"Tidak pak, dia sama sekali tidak punya pacar".

"Baiklah, nah kami sudah membuat laporannya".

Nela dan Ria keluar dari kantor polisi dan Nela tak berhenti menangisi Aneta. Kekacauan yang diciptakan oleh Aneta dan dia sama sekali tak memberi kabar hingga satu bulan berlalu.

*****
Aneta sudah tiba di kontrakan miliknya, dia mengetuk pintu tapi tak ada yang menjawab, Aneta mencari kunci tepat di bawah pot bunga dan dia menemukannya.

"Pasti semua lagi ada kuliah, aduh gimana yah kuliah yang kutinggal selama sebulan, aku memang sudah kehilangan akal karena lelaki itu" kata Aneta dan segera menyusul ke kampus.

Semua memandang ke arah gadis cantik yang berjalan menuju kelasnya tanpa berkedip dan beberapa mengatakan bahwa gadis itu sangat cantik.

Orang yang pertama di temui Aneta adalah Ramon, entah takdir apa yang harus mempertemukan mereka. Aneta tidak perduli saat melewati Ramon, Ramon pun begitu tapi setelah melihat wajah Aneta, Ramon berbalik dan menyapa Aneta,"Tunggu tunggu, kau kan gadis yang waktu itu yang mencari Arief".

Aneta menghentikan langkah kakinya dan melihat lelaki itu,"Maaf tapi tidak baik jika seorang lelaki dan perempuan hanya berdua di tempat yang sepi" Kata Aneta dan berjalan melewati Ramon.

Ramon tersentak dan membiarkan Aneta melewatinya, dia memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan pergi.

Aneta masuk ke dalam kelas bahkan Nela dan juga Ria tidak menyadari saat Aneta duduk di dekatnya.

Ria memiringkan kepalanya dan berbisik pada Nela,"Dia siapa sih?" Tanya Ria.

Nela menoleh dan kembali membalas bisikan Ria,"Dia Nita teman kita yang satu-satunya memakai hijab".

"Oh tumben dia duduk di dekat kita, biasanya kan dia duduk di pojo...tunggu-tunggu itu yang duduk di sana kan Nita. Terus yang di sebelah kita siapa dong?".

Keduanya lalu menatap wajah gadis yang duduk di samping mereka dengan seksama dan keduanya berteriak histeris,"Aneta!" Ucap keduanya dan memeluk Aneta.

"Lo dari mana aja sih Ne? Satu bulan lo nghilang entah ke mana, Arief bahkan frustasi nyariin lo" kata Nela.

"Arief? Ngapain dia nyari gue, nggak mungkin lah".

"Nela serius Ne, Arief benar-benar nyari lu, kuliahnya aja terbengkalai".

"Astagfirullah, semoga aja kata-kata kalian nggak benar, dia nggak seharusnya melakukan itu hanya untuk aku yang bukan siapa-siapanya".

Ria menguncang bahu Aneta keras,"Ne? Lo kenapa sih? Udah tiba-tiba nghilang ee datang-datang berubah total"

"Maaf yah udah buat kalian khawatir, gue dari rumah nenek. Dan Alhamdulillah selama di sana aku banyak belajar tentang agama kita, bahkan udah seminggu aku selalu ikut kajian di masjid".

"Perubahan lo bagus kok Ne, kita berdua aja yang masih nggak beres" kata Nela.

*****

Setibanya Ramon di kelas dia menemui Arief yang kelihatan sangat lesuh. Bawah matanya menghitam dan penampilannya berantakan.

"Bro! Tadi gue ketemu sama cewek yang waktu itu nyariin lo, tapi ada yang berubah darinya bro" kata Ramon.

Arief menekan bahu Ramon dan menatapnya serius,"Lo nggak bercanda kan?".

"Nggak"

Tanpa sepatah kata lagi Arief berlari ke ruang kelas Aneta tapi Arief tidak akan pernah tahu jika kecemasannya tidak akan membuat Aneta terkesan apalagi peduli.

ANETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang